PTS PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENYUSUN RPP //MODUL AJAR (Istilah Kurikulum Merdeka) MELALUI PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN TERPROGRAM

PTS PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENYUSUN RPP //MODUL AJAR (Istilah Kurikulum Merdeka) MELALUI PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN TERPROGRAM

Contents [Show Up]
PTS PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENYUSUN RPP //MODUL AJAR (Istilah Kurikulum Merdeka) MELALUI PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN TERPROGRAM
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan penelitian sekolah (PTS) yang dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus, dilaksanakan di ......................  Dinas Dikpora  .................., Kabupaten .................., dengan subjek penelitian seluruh guru kelas I, II, III, IV, V, VI, Guru Mapel Pendidikan Agama Islam dan Guru Mapel Penjasorker di ...................... Dinas Dikpora .................. semester 2 Tahun Pelajaran 2022/2023 yang berjumlah 8 orang.
Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Sekolah. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan tes. Analisis data dilakukan dengan 3 (tiga) tahapan meliputi: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. 
TS PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENYUSUN RPP //MODUL AJAR (Istilah Kurikulum Merdeka) MELALUI PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN TERPROGRAM
Hipotesis menyatakan bahwa melalui penerapan pelatihan dan pendampingan terprogram dapat meningkatkan kemampuan guru dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran di ...................... UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan .................. semester 2 Tahun Pelajaran 2022/2023. Data empiris menunjukkan bahwa pembinaan dengan pelatihan dan pendampingan terproses terprogram dapat meningkatkan kemampuan guru ...................... UPTD Dikpora Unit Kecamatan .................. semester 2 Tahun Pelajaran 2022/2023 dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran  dari kondisi awal nilai kemampuan guru 63.16 pada siklus III menjadi 78,47.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui penerapan pelatihan dan pendampingan terprogram dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyususn rencana pelaksanaan  pembelajaran di ...................... UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan .................. semester 2 Tahun Pelajaran 2022/2023.

Kata kunci: kemampuan guru; rencana pelaksanaan pembelajaran; pelatihan dan pendaampingan terprogram.
PTS dapat Anda Download pada link dibawah artikel ini
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan yang berkaitan dengan karakter bangsa, kini menjadi tranding topic di masyarakat. Berbagai ketimpangan sosial yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, tawuran antar pelajar, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupn politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat di media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat (Balitbang Puskur, 2010: 1).
Upaya lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, atau paling tidak untuk mengurangi permasalahan di atas adalah melalui pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai upaya yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat.
Sejalan dengan itu, Kementerian Pendidikan Nasional mengambil langkah-langkah yang erat kaitannya dengan hal di atas, yakni : (1) penyiapan bahan pengembangan budaya dan karakter bangsa, dan (2) penyiapan bahan pelatihan metodologi pembelajaran aktif yang menumbuhkan kreativitas dan inovasi. Kedua langkah itu dilaksanakan dengan melakukan perbaikan metodologi pembelajaran yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan (teaching to the test), namun pendidikan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya-bahasa Indonesia  (Balitbang Puskur, 2010: 1).  
Budaya perlu dikembangkan di setiap satuan pendidikan agar pembelajaran yang dijalani peserta didik guna mengembangkan potensi dirinya tidak lepas dari lingkungan di mana peserta didik berada terutama lingkungan budaya. Sebab pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip tersebut akan menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka pendidikan hanya akan menghasilkan peserta didik yang tidak mengenal budayanya dengan baik, sehingga mereka menjadi orang “asing” dalam kehidupan kesehariannya.
Sementara itu, karakter merupakan  perpaduan antara  moral, etika dan akhlak. Moral lebih menitik beratkan pada kualitas perbuatan, tindakan atau tingkah laku manusia atau apakah perbuatan itu bisa dikatakan baik atau buruk, benar atau salah. Sedangkan etika memberikan penilaian tentang baik dan buruk, berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Lantas akhlak tatanannya lebih menekankan bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu telah tertanam suatu keyakinan di mana keduanya (baik dan buruk) itu ada. Karenanya, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Perpaduan antara pendidikan budaya dan karakter dapat dimaknai pula sebagai proses pendidikan yang secara aktif mengembangkan potensi peserta didik melalui proses internalisasi dan penghayatan nilai-nilai yang menjadi kepribadian dalam bergaul di masyarakat dan mengembangkan kehidupan yang lebih sejahtera dan bermartabat yang dapat menjadi keunggulan bangsa di masa mendatang. Pengembangan pendidikan budaya dan karakter harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, metode belajar dan pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pembudayaan pendidikan budaya dan karakter bangsa hendaknya merupakan usaha bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pengimplementasiannya perlu dilakukan secara bersama-sama dan senergi oleh semua pemangku kepentingan, terutama oleh guru dan pimpinan sekolah melalui seluruh aktivitas pembelajaran di sekolah, dan senantiasa menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah (Balitbang Puskur, 2010: 3). 
Namun pelaksanaan penanaman pendidikan karakter dalam pembelajaran ternyata tidak mudah. Implementasi pendidikan karakter khususnya di sekolah-sekolah yang tergabung dalam ...................... UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan .................. Kabupaten .................. ternyata belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Kenyataan itu dibuktikan dengan hasil supervisi awal di ...................... UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan .................. Kabupaten .................. sebagai berikut: (1) Kemampuan menyusun RPP dari 25 orang guru yang mendapat nilai 86 – 100 dengan kategori amat baik 0 atau 0 %, yang memperoleh nilai 71 – 85  dengan kategori baik 2 orang atau 8 %, yang memperoleh nilai 56 – 70 dengan kategori cukup 22 atau 88 %, yang memperoleh nilai 55 ke bawah dengan kategori kurang 1 orang atau 4 %; (2)  
Apabila keadaan tersebut di atas dibiarkan akan berakibat kurang baik, sebab berpengaruh terhadap prestasi siswa. Oleh karena itu perlu dicarikan pemecahannya. Sejalan dengan hal tersebut, maka perlu upaya yang strategis agar para guru di ...................... UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan .................. mampu menanamkan pendidikan karakter dalam pembelajaran mulai dari penyusunan program, pelaksanaan, sampai evaluasi pembelajaran. Untuk mewujudkan hal tersebut, para guru dan kepala sekolah binaan sengaja dilibatkan aktif dalam diskusi guna mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang menjadi penyebab lemahnya kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter dalam pembelajaran. Adapun hasil identifikasi yang dilakukan bersama adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran berkarakter masih rendah.
2. Kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter dalam pembelajaran masih rendah.
3. Kemampuan guru dalam melakukan penilaian berkarakter masih rendah.
Bertolak dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka peneliti bersama kepala sekolah dan guru-guru di ...................... UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan .................. berdiskusi untuk menganalisis penyebabnya. Adapun hasil analisis tersbut sebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter dalam pembelajaran.
2. Kurangnya kemauan guru untuk belajar mandiri dan membaca refrensi yang berkaitan dengan penanaman pendidikan karakter.
3. Beberapa guru senior sudah mulai menurun kinerjanya karena kurangnya motivasi untuk mengembangkan diri.
4. Rendahnya intensitas supervisi akademik yang dilaksanakan kepala sekolah.
5. Kurang efektifnya pembimbingan Guru sekolah terhadap para guru.
Selaras dengan tugas pokoknya sebagai Guru sekolah, maka peneliti menganggap bahwa pokok permasalahan penyebab lemahnya kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter dalam pembelajaran adalah kurang efektifnya pembinaan Guru sekolah terhadap para guru. Sejalan dengan itu peneliti memilih model pembimbingan berupa pelatihan yang dilanjutkan dengan  pendampingan terprogram untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran. 
Menurut Anwar Prabu (2003: 24) pelatihan adalah proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi, pegawai non-manajerialnya mempelajari pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam tujuan terbatas.  Dengan demikian, istilah pelatihan ditujukan pada pegawai pelaksana untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan teknis. 
Pendampingan adalah proses pembimbingan yang dilakukan oleh Guru sekolah kepada kepala sekolah dan guru pada tingkat satuan pendidikan dalam rangka mengimplementasikan hasil pelatihan atau pengetahuan yang baru diperoleh melalui kegiatan pemantauan, konsultasi, penyampaikan informasi, modeling, mentoring, dan coaching. 
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melaksanakan suatu Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) tentang pelaksanaan kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram sebagai upaya meningkatkan kemampuan guru di ...................... UPT Dikpora Unit Kecamatan .................., Kabupaten .................. pada Semester I Tahun Pelajaran 2022/2023 dalam penguasaan dan pelaksanaan penyusunan rencana pembelajaran yang karakter pada pembelajaran. Adapun judul penelitian tindakan Sekolah ini adalah “Peningkatan Kemampuan Guru dalam Penyusunan Alur Tujuan Pembelajaran melalui pelatihan dan pendampingan terprogram”. 




B. Perumusan Masalah
Berdsasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah kegiatan pelatihan dapat meningkatkan kemampuan guru-guru di SD 2 ............. UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan ..................  dalam menyusun RPP/Modul Ajar  (Kurikulum Merdeka) berkarakter?
2. Apakah kegiatan pendampingan terprogram dapat meningkatkan kemampuan guru-guru di ...................... UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan ..................  dalam menyusun RPP/Modul Ajar  (Kurikulum Merdeka) berkarakter?


C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian tindakan Sekolah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kemampuan guru-guru di 2 ............. UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan .................. dalam menyusun RPP/Modul Ajar  (Kurikulum Merdeka) berkarakter.
2. Untuk meningkatkan kesungguhan guru-guru di ...................... UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan .................. dalam menyusun RPP/Modul Ajar  (Kurikulum Merdeka) berkarakter.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan Sekolah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Guru Sekolah
Sebagai sarana Guru sekolah untuk memberikan bantuan professional kepada guru-guru di ...................... UPT Dikpora Unit Kecamatan .................. dalam menyusun RPP/Modul Ajar  (Kurikulum Merdeka) berkarakter pada perencanaan pembelajaran.
2. Guru
Karena guru-gruru sebagai subyek penelitian, maka yang bersangkutan mengalami langsung proses penyusunan, pelaksanaan, sampai pembelajaran berkarakter, Dengan demikian kemampuan guru akan meningkat.
3. Sekolah
Dengan meningkatnya kemampuan guru dalam menyusun RPP/Modul Ajar  (Kurikulum Merdeka) berkarakter, maka prestasi belajar, tingkah laku  siswa juga meningkat. Dengan demikian peserta didik menjadi anak yang cerdas sekaligus mempunyai budi pekerti luhur dan cinta tanah air.

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
Teori yang melandasi penyusunan dan pelaksanaan penelitian ini adalah teori-teori yang berkaitan dengan RPP/Modul Ajar  (Kurikulum Merdeka),  kemampuan guru, pendidikan karakter, pembelajaran pelatihan dan pendampingan terprogram.
1. Pengertian RPP/Modul Ajar  (Kurikulum Merdeka)
RPP di kurikulum merdeka dikenal dengan Modul Ajar (MA). Seperti RPP, Modul ajar ini dilengkapi dengan berbagai materi pembelajaran, lembar aktivitas siswa, dan asesmen untuk mengecek apakah tujuan pembelajaran dicapai siswa. Modul ajar tersebut memiliki komponen yang lebih lengkap dibandingkan dengan RPP dalam Kurikulum 2013. Terdapat 2 macam modul ajar dalam Kurikulum Merdeka, yaitu Modul Ajar Umum untuk proses pembelajaran yang diwajibkan untuk semua guru mapel dan Modul Ajar Khusus Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang dikhususkan untuk mengembangkan projek Profil Pelajar Pancasila.
Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa ”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus/ATP dan RPP/Modul Ajar  (Kurikulum Merdeka) yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”. Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP/Modul Ajar dijabarkan dari silabus/ATP untuk mengarahkan ke¬giatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun  RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Jadi, RPP/Modul Ajar  (Kurikulum Merdeka), RPP adalah penjabaran silabus/ATP yang menggambarkan rencana prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi. RPP digunakan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan.

KOMPONEN RPP/MODUL AJAR
RPP disusun untuk setiap Kompetensi Dasar  yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Komponen utama RPP adalah tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
Komponen RPP adalah:
1. Identitas Mata Pelajaran; (a) Satuan pendidikan; (b) Kelas; (c)  Semester; (d) Program studi; (e) Mata pela¬jaran atau tema pelajaran dan (f) Jumlah pertemuan
2. Standar Kompetensi; Merupakan kualifikasi kemam¬puan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
3. Kompetensi Dasar; Adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran ter¬tentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompe¬tensi dalam suatu pelajaran.
4. Indikator Pencapaian Kompetensi; Adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilai¬an mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja opera¬sional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5. Tujuan Pembelajaran; Menggambarkan proses dan ha¬sil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan SK, KD, dan indikator yang telah ditulis dalam silabus/ATP dan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur atau diamati. Tujuan pembelajaran dapat ditulis dalam bentuk kalimat lengkap, menggunakan rumus audience (peserta didik), behaviour (perilaku dalam bentuk kata kerja operasional), condition dan degree (ABCD).
6. Materi Ajar; Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan dikembangkan dengan mengacu pada materi pembelajaran dalam silabus/ATP. Memuat fakta, konsep, prinsip, dan pro¬sedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompe¬tensi.
7. Alokasi Waktu; Ditentukan sesuai dengan keperluan un¬tuk pencapaian KD dan beban belajar.
8. Metode Pembelajaran; Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih, misalnya metode tanya-jawab, diskusi, eksperimen, dan pendekatan beberapa model pembelajaran seperti pendekatan model CTL, dan pembelajaran kooperatif. Digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembela¬jaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemi¬lihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situ¬asi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
9. Kegiatan Pembelajaran; (a) Pendahuluan: Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan un¬tuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. (b) Inti: Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran di¬lakukan secara interaktif, inspiratif, menyenang¬kan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. (c) Penutup: Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan un¬tuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpul¬an, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.
10. Penilaian Hasil Belajar; Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kom¬petensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
11. Sumber Belajar; Sumber belajar dalam RPP ditentukan dengan mengacu pada sumber belajar yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kom¬petensi dengan mempertimbangkan: (a) Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran; (b) Sumber belajar dapat berupa media cetak, elektronik, narasumber, lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya: (c) Penentuan sumber belajar didasarkan pada SK dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi; dan (d) Sumber belajar dipilih yang mutakhir dan menarik.
2. Kemampuan Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berarti “kecakapan”. Gagne (1979:51) menyatakan bahwa kemampuan memiliki lima kategori yaitu: 1) kemampuan intelektual, 2) strategi kognitif, 3) informasi verbal, 4) kemampuan motorik dan 5) sikap, tiap kategori kemampuan didukung oleh kondisi internal maupun kondisi eksternal. Dalam ranah kognitif, seseorang belajar mulai dari informasi verbal, kemudian ketrampilan intelektual dan strategi kognitif. Selain itu seseorang juga belajar kemampuan motorik dan sikap secara bersamaan ataupun secara berurutan.  
Menurut Bloom (1982:28) tujuan pendidikan memiliki tiga ranah yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik.  Kegiatan belajar di sekolah pada umumnya lebih menekankan aspek kognitif.  Klasifikasi kemampuan dari tingkatan rendah sampai kemampuan penalaran yang paling tinggi dalam ranah kognitif secara berturut-turut adalah: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
Sementara itu pengertian guru menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 1 adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 
Dengan demikian kemampuan guru dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil belajar.   
Senada dengan itu, Raka Joni (1991: 11) mengartikan kemampuan guru adalah kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar-mengajar. Sedangkan arti kemampuan guru menurut Supriadi (1998: 21) adalah usaha guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa melalui pengajaran. Selanjutnya istilah kemampuan guru juga ditemukan dalam Permendiknas RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Akademik Guru. Kemampuan guru tidak lain adalah kompetensi seorang guru yang memenuhi standar yang terdiri dari empat komponen kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru (Depdiknas; 2007).  
Selaras dengan uraian di atas, maka aspek kemampuan guru dalam penelitian ini ditekankan pada kegiatan pembelajaran. Wujud kemampuan yang diukur adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.
3. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/atau kelompok yang unik-baik sebagai warga negara. Hal itu diharapkan  mampu memberikan kontribusi optimal dalam mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Naskah Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa: 29).
Sementara dalam buku Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa disebutkan bahwa Untuk mendapatkan wawasan mengenai arti pendidikan karakter bangsa perlu dikemukakan pengertian istilah pendidikan dan karakter bangsa. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang. Sedangkan Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang  terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan  karakter bangsa (Balitbang Puskur, 2010: 4).
Berdasarkan uraian di atas maka pendidikan karakter bangsa adalah usaha sadar dan terencana untuk menanamkan watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak kepada peserta didik.
b. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter
Menurut buku Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Depdiknas, 2010), nilai-nilai yang dikembangkan dalam Pendidikan Karakter adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

No. NILAI DESKRIPSI
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama  yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
No. NILAI DESKRIPSI
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari  sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama  hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan  yang tinggi terhadap bahasa,  lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/
Komuniktif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
No. NILAI DESKRIPSI
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Sedangkan menurut Buku Pedoman Pembangunan Karakter Bangsa (Depdiknas, 2002), deskripsi nilai-nilai pembangunan karakter bangsa adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 2 Nilai Karakter dan Indikator Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
No. NILAI KARAKTER INDIKATOR
1. Taqwa 1 mengucapkan do’a setiap memulai dan mengakhiri pekerjaan
2 bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan Alloh
3 mengerjakan setiap perintah agama dan menjauhi larangannya
4 menyesal setiap berbuat kesalahan dan segera memohon ampun kepada Tuhan
5 menolak setiap ajakan untuk berbuat tercela
2. Jujur 1 berkata benar (tidak bohong)
2 berbuat sesuai aturan (tidak curang)
3 menepati janji yang diucapkan
4 bersedia menerima sesuatu atas dasar hak
5 menolak pemberian yang bukan haknya
6 berpihak pada kebenaran
7 menyampaikan pesan orang lain
8 satunya kata dengan perbuatan
3. Disiplin 1 patuh pada setiap peraturan yang berlaku
2 patuh pada etika sosial/masyarakat setempat
3 menolak setiap ajakan untuk melanggar hokum
4 dapat mengendalikan diri dari perbuatan tercela
5 hemat dalam menggunkan uang dan barang
6 menyelesaikan tugas tepat waktu
7 meletakkan sesuatu pada tempatnya
8 dapat menyimpan rahasia
No. NILAI KARAKTER INDIKATOR
4. Demokratis 1 bersedia mendengarkan pendapat orang lain
2 menghargai perbedaan pendapat
3 tidak memaksakan kehendak pd org lain
4 toleran dalam bnermusyawarah/ diskusi
5 bersedia melaksanakan setiap keputusan bersama
6 menghargai kritikan dari orang lain
7 membuat keputusan yang adil
5. Adil 1 memperlakukan orang lain atas dasar kebenaran
2 mampu meletakkan sesuatu menurut tempatnya
3 tidak ingin lebih atas sesuatu yang bukan haknya
4 membela orang lain yang diperlakukan tidak adil
5 memperlakukan orang lain sesuai haknya
6 tidak membeda-bedakan orang lain dalam pergaulan
7 menghargai kerja orang lain sesuai hasil kerjaannya
6. Bertanggung jawab 1 menyelesaikan setiap pekerjaan yang dibebankan sampai tuntas
2 tidak mencari-cari kesalahan orang lain
3 berani menanggung rsiko terhadap perbuatan yang dilakukan
4 bersedia menerima pujian atau celaan atas perbuatan yang dilakukan
5 berbicara dan berbuat secara terus terang

6 melaksanakan setiap keputusan yang telah diambil
7. Cinta tanah air 1 merasa bangga sebagai orang yang bertanah air Indonesia
2 bersedia membela tanah air untuk kejayaan bangsa
3 peduli terhadap rusaknya hutan/lingkungan di tanah air
4 bersedia memelihara lingkungan dan melindungi flora fauna Indonesia
5 dapat menyimpan rahasia negara

6 mau hidup dimanapun di wilayah Negara kesatuan Indonesia
No. NILAI KARAKTER INDIKATOR
8. Orientasi pada keunggulan 1 gemar membaca
2 belajar dengan sungguh-sungguh
3 mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan sebaik mungkin
4 berupaya mendapat hasil yang terbaik
5 senang dalam kegiatan yang bersifa kompetitif
6 tidak cepat menyerah mengerjakan sesuatu yang mengandung tantangan
7 memiliki komitmen kuat dalamberkarya
8 menjaga diri hidup sehat
9 gemar membaca dan menulis
9. Gotong royong 1 memahami bahwa kerja sama merupakan kekuatan
2 memahami hasil kerja sama adalah untuk kebaikan bersama
3 dapat menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk kepentingan bersama
4 dapat melaksanakan pekerjaan bersama dengan cara yang menyenangkan
5 bantu-membantu demi kepentingan umum
6 bersedia secara bersama-sama membantu orang lain
7 bersedia secara bersama-sama membela kebenaran
8 dapat bekerja sama denga giat dalam setiap kelompok kerja
10. Menghargai 1 mengucapkan terima kasih atas pemberian atau bantuan orang lain
2 santun dalam setiap kontak sosial
3 menghormati pemimpin dan orang tua
4 menghormati symbol-simbol negara
5 tidak mencela hasil karya orang lain
6 memanfaatkan waktu sebaik mungkin
7 tidak mengganggu orang yang beribadah sesuai dengan agamanya
8 menerima orang lain apa adanya
11. Rela berkorban 1 mau mendengarkan orang lain berbicara
2 mau membantu org lain yang kena musibah
3 ikhlas membantu orang lain
4 bersedia menyumbang dana kemanusiaan
5 rela memberi fasilitas kepada orang lain
6 mau memperjuangkan kepentingan orang lain walaupun mengandung resiko.
c. Prinsip-prinsip pengembangan pendidikan karakter
Pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu,  guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus/ATP dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada. Adapun prinsip-prinsip pengembangan pendidikan karakter bangsa menurut Buku Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Depdiknas, 2010), adalah sebagai berikut:
1) Berkesinambungan
2) Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah.
3) Nilai tidak diajarkan melainkan dikembangkan.
4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.
d. Perencanaan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter bangsa dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum melalui hal-hal berikut ini.
1) Program pengembangan diri
Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari sekolah yaitu melalui hal-hal berikut: a) kegiatan rutin sekolah, b) kegiatan spontas, c) keteladanan, dan d) pengkondisian.
2) Pengintegrasian dalam mata pelajaran
Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakater bangsa diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus/ATP dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus/ATP ditempuh melalui cara-cara berikut ini:
1) mengkaji Standar Komptensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya;
2) menggunakan tabel 1 yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan;
3) mencantumkankan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam tabel 1 itu ke dalam silabus/ATP; 
4) mencantumkan nilai-nilai  yang sudah tertera  dalam silabus/ATP ke dalam RPP; 
5) mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai dan memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.
Penanaman nilai-nilai karakter pada penelitian ini khusus dilakukan pada pengintegrasian dalam mata pelajaran. Dengan demikian kegiatannya meliputi penyusunan silabus/ATP, RPP, pelaksanaan pembelajaran dan penialaian.
4. Pelatihan dan Pendampingan Terprogram
a. Pelatihan
Secara teoritis, istilah pelatihan (training) adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu pencapaian tujuan organisasi (Mathis & Jackson, 2002: 5). Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta ketrampilan yang digunakan dalam melakukan pekerjaan mereka saat ini. Sementara batasan yang lebih luas menyimpulkan bahwa pelatihan merupakan cakupan dari pengembangan serta memfokuskan individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun masa yang akan datang.
Menurut Panggabean (2004) “Pelatihan dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan sekarang, Sedangkan pendidikan lebih berorientasi kepada masa depan dan lebih menekankan pada peningkatan kemampuan seseorang untuk memahami dan menginterpretasikan pengetahuan”.
Pelatihan menurut Gary Dessler (2009) adalah proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.
Anwar Prabu (2003: 24) mengemukakan bahwa pelatihan adalah proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi, pegawai non-manajerialnya mempelajari pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam tujuan terbatas.  Dengan demikian, istilah pelatihan ditujukan pada pegawai pelaksana untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan teknis.
Secara filosofis pelatihan dapat dikategorikan sebagai pekerjaan membangun, oleh sebab itu harus didirikan di atas fondasi yang kuat. Di dalam konsep ini hasil akhirnya lebih dititikberatkan kepada peningkatan kemampuan individu melalui perubahan perilaku manusia yang kompleks (Satmoko, 2004:21). Kegiatan pelatihan merupakan siklus kegiatan berkelanjutan yang terdiri atas: (i) analisis kebutuhan pelatihan; (ii) perencanaan program pelatihan; (iii) penyusunan bahan pelatihan; (iv) pelaksanaan pelatihan; (v) penilaian pelatihan. Kegiatan-kegiatan itu bersifat urut (Mujiman, 2009: 56). 
Urutan pelatihan tersebut dapat digunakan untuk keperluan pelaksanaan workshop.  Namun demikian dalam workshop, urutan pelaksanaannya tidak memiliki siklus kegiatan berkelanjutan.  Artinya workshop berlangsung satu event atau moment untuk mengatasi secara ringkas, cepat dan padat suatu permasalahan yang sedang dihadapi, dalam hal ini permasalahan kompetensi guru dalam menyusun RPP.  
Dengan demikian urutan pelaksanaan workshop adalah: (i) analisis kebutuhan workshop; (ii) perencanaan program workshop; (iii) penyusunan bahan workshop; (iv) pelaksanaan workshop; (v) penilaian workshop.
b. Pendampingan Terprogram
1) Pengertian
Pendampingan adalah proses pembimbingan yang dilakukan oleh Guru sekolah kepada kepala sekolah dan guru pada tingkat satuan pendidikan dalam rangka mengimplementasikan hasil pelatihan atau pengetahuan yang baru diperoleh melalui kegiatan pemantauan, konsultasi, penyampaikan informasi, modeling, mentoring, dan coaching. Sedangkan terprogram menurut KBBI berarti sudah diprogram. 
Dengan demikian pendampingan terprogram berarti kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh Guru terhadap para guru dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
2) Peran pendamping
Dalam mengimplementasikan hasil pelatihan, guru perlu didampingi agar mereka dapat menerapkan hasil pelatihan yang baru diikutinya sementara Guru bertugas mendampingi para guru. Dikatakan mendampingi karena yang melakukan kegiatan pemecahan masalah itu bukan Guru melainkan guru yang bersangkutan. Pendamping hanya berperan untuk memfasilitasi bagaimana memecahkan masalah, mulai dari tahap mengidentifikasi permasalahan, mencari alternatif pemecahan masalah, sampai pada implementasinya.
Dalam upaya pemecahan masalah, peran pendamping hanya sebatas pada memberikan alternatif-alternatif yang dapat diimplementasikan. Guru yang didampingi dapat memilih alternatif mana yang sesuai untuk diambil. Pendamping perannya hanya sebatas memberikan pencerahan berfikir berdasarkan hubungan sebab akibat yang logis, artinya guru disadarkan bahwa setiap alternatif yang diambil senantiasa ada konsekuensinya. Diharapkan konsekwensi tersebut bersifat positip.
Dalam rangka pendampingan ini, hubungan yang dibangun oleh pendamping adalah hubungan konsultatif dan partisipatif. Dengan adanya hubungan itu, maka peran yang dapat dimainkan oleh pendamping dalam melaksanakan fungsi pendampingan adalah:
a) Peran Motivator. 
Upaya yang dilakukan pendamping adalah menyadarkan dan mendorong guru untuk mengenali potensi dan masalah, dan dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan permasalahan itu.
b) Peran Fasilitator. 
Pendamping mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan, mengkondisikan iklim yang harmonis, serta memfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok.
c) Peran Katalisator . 
Pendamping dalam hal ini dapat melakukan aktivitas sebagai penghubung antara guru dengan lembaga di atasnya (Depdikbud, 2001; 8)
2) Langkah-langkah pendampingan
Teknik pendampingan penanaman pendidikan karakter dalam pembelajaran dilaksanakan paska pelatihan dilaksanakan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Guru mengunjungi sekolah yang menjadi sasaran.
b) Guru menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam menyusun RPP, melaksanakan pembelajaran dan penilaian karakter.
c) Diskusi bersama kepala sekolah dan guru tentang kesulitan yang dihadapi guru dalam penanaman pendidikan karakter.
d) Guru menerapkan dalam pembelajaran sesungguhnya.
e) Guru dan Kepala Sekolah mengadakan observasi.
f) Guru bersama kepala sekolah dan guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang baru dilaksanakan oleh guru.
g) Guru memberi tugas kepada guru untuk memperbaharui RPP serta membuat kesepakatan pelaksanaan tindakan pada pertemuan berikutnya.
B. Kerangka Berpikir
Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/atau kelompok yang unik- sebagai warga negara. Hal itu diharapkan  mampu memberikan kontribusi optimal dalam mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Namun pelaksanaan penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran ternyata tidak mudah. Implementasi pendidikan karakter khususnya di sekolah-sekolah yang tergabung dalam 2 ............. UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan .................. Kabupaten .................. ternyata belum berjalan dengan optimal.
Untuk meningkatkan kemampuan guru di SDN  2 ............. UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan ..................  Kabupaten .................. semester II tahun pelajaran 2013/2014 dalam penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran, maka peneliti sebagai Guru sekolah akan melaksanakan suatu Penelitian Tindakan Sekolah melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram.
Adapun bagan kerangka pikir digambarkan sebagai berikut :

C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berpikir sebagaimana diuraikan di atas, maka patut diduga bahwa:
1. Kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram dapat meningkatkan kemampuan guru kelas di 2 ............. UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan .................. dalam menyusun RPP berkarakter;
2. Kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram dapat meningkatkan kemampuan guru di 2 ............. UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan .................. dalam penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran;
3. Kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram dapat meningkatkan kemampuan guru di 2 ............. UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan .................. dalam melakukan penilaian pembelajaran berkarakter.

D. Indikator Keberhasilan
Menurut KBBI (1990: 329), indikator berarti alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk, dalam penelitian ini indikator diartikan sebagai penanda yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan berhasil tidaknya penerapan model yang dilakukan. Di samping itu indikator juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan cara-cara pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun  indikator yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram sebagai upaya  peningkatan kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran yaitu apabila guru  dapat:
1. Menyusun RPP/Modul Ajar  (Kurikulum Merdeka) berkarakter dengan baik;
2. Menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran dengan baik;
3. Melaksanakan penilaian pembelajaran berkarakter dengan baik.
Sementara itu, kriteria keberhasilan adalah batasan minimal yang harus dicapai atau ditunjukkan sesuai indikator yang telah ditetapkan. Sejalan dengan indikator di atas, maka penulis menentukan kriteria sebagai berikut:
1. Penerapan kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram dikatakan dapat meningkatkan kemampuan guru di 2 ............. UPT Dikpora Unit Kecamatan .................. dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran, jika minimal 80 % para guru dapat menyusun RPP Kurikulum 2013 dengan kategori baik;
2. Penerapan kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram dikatakan dapat meningkatkan kemampuan guru di 2 ............. UPT Dikpora Unit Kecamatan .................. dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran, jika minimal 80 % para guru dapat menerapkan pendekatan scientific pada pembelajaran dengan kategori baik;
3. Penerapan kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram dikatakan dapat meningkatkan kemampuan guru di 2 ............. UPT Dikpora Unit Kecamatan .................. dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran, jika minimal 80 % para guru dapat melaksanakan penilaian otentik dengan kategori baik;
4. Penerapan kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram dikatakan berhasil apabila nilai rata-rata kemampuan guru dalam menyusun RPP berkarakter, melaksanakan pembelajaran dan melakukan penilaian berkarakter minimal 75.

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
   Penelitian bertempat di ...................... UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan ................... Lokasi ...................... berada di daerah pegunungan dengan jarak terdekat sekitar 8 km dari kantor UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan ................... Sekolahan ini di lingkungan pedesaan dengan suasana yang tenang untuk belajar.
   Sekolah Dasar Negeri 2 ............. UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan .................. merupakan sekolah bertaraf standar dan berdiri di atas tanah desa dengan hak pakai. Sarana dan prasarana untuk belajar cukup. Ruang kepala sekolah dan guru sudah terpisah. Ruang kelas cukup dengan kondisi masih baik, semua memiliki perpustakaan. Ruang UKS dan WC guru dan murid cukup. Sementara ruang lain seperti ruang pertemuan, laboratorium, ruang multimedia, ruang OSIS, dan kantin belum ada.
2. Subyek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah semua guru di ............. UPTD Dikpora Unit Kecamatan .................. terdiri 5 guru PNS guru kelas dan  3 Guru Tidak tetap, yang menjadi subyek penelitian 5 orang guru kelas yang PNS dan 3 orang guru GTT. Adapun daftar guru peserta kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Daftar Sekolah Binaan dan Jumlah Pesrta Kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Terprogram

3. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2022/2023 selama 3 bulan yakni dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2022. Adapun rencana kegiatannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Terprogram

4. Materi dan Karakteristik Peserta Kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Terprogram

a. Materi
Bahan kajian dalam PTK ini adalah kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Terprogram tentang penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran yang meliputi:
1) Dimensi kompetensi
Dimensi yang diharapkan pada akhir kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Terprogram ini adalah dimensi kemampuan guru dalam penyusunan RPP, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian berkarakter.
2) Kompetensi yang diharapkan
Setelah kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Terprogram para guru di ...................... UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan .................. diharapkan dapat; a) menyusun RPP Berkarakter serta melaksanakan penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran sesuai dengan standar proses, dan b) melaksanakan penilaian yang sesuai dengan standar penilaian.
3) Indikator pencapaian
Setelah kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Terprogram ini selesai para guru di ...................... UPTD Dikpora Unit Kecamatan .................. diharapkan dapat:
a) Menyusun RPP Berkarakter dengan baik;
b) Melaksanakan penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran dengan baik;
c) Melaksanakan penilaian dengan baik.
4) Alokasi waktu kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Terprogram
Alokasi waktu yang diperlukan dalam kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram tertera dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.3 Alokasi waktu 

5) Skenario pembinaan
a) Pembukaan dan pengantar pertemuan
b) Penjelasan tentang dimensi kompetensi, indikator, alokasi waktu dan skenario pelatihan.
c) Eksplorasi pemahaman para guru yang berkaitan dengan Pelatihan dan Pendampingan Terprogram serta penyusunan RPP, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian berkarakter.
d) Penyampaian materi pelatihan
Pelatihan lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan. Peranan Guru sekolah lebih sebagai fasilitator. Adapun kegiatannya meliputi :
Penjelasan diselingi tanya jawab tentang pengertian dan langkah-langkah kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Terprogram.
Penjelasan diselingi tanya jawab tentang penanaman pendidikan karakter dalam pembelajaran.
Diskusi menyusun RPP Berkarakter
e) Refleksi hasil pelatihan
f) Penutup
b. Karakteristik peserta pelatihan
Sasaran pelatihan adalah para guru kelas I, II, III, IV, V, VI dan Mapel Penjasorkes di ...................... UPTD Dikpora Unit Kecamatan .................. sejumlah 8 orang. Kondisi sosial mereka rata-rata termasuk strata bawah dan menengah untuk ukuran masyarakat  pedesaaan. Sementara itu, pendidikan mereka rata-rata S 1, D 2 tapi masih ada 2 orang yang pendidikannya setingkat SLA namun sedang mengikuti pendidikan S1. Perhatian mereka terhadap peningkatan mutu pendidikan cukup tinggi. Sebagian besar ikut berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah. 

B. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan Sekolah. Peneliti menggunakan rancangan tersebut dengan dua alasan, yakni: 1) merupakan ketentuan yang berlaku bagi Guru sekolah, dan 2) penelitian dapat dilakukan tanpa harus meninggalkan tugas pokoknya sebagai Guru sekolah.
1. Desain Penelitian
Desain Penelitian Tindakan ini menggunakan model Kemmis & Mc Taggart.  Model ini merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Pada model Kurt Lewin setiap penelitian tindakan terdiri dari perencanaan              (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus (Depdikbud.1999: 20). 
Pelaksanaan penelitian tindakan Sekolah ini terdiri dari tiga siklus di mana tiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Secara sederhana, desain penelitian tindakan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

2. Tahap-tahap Penelitian
Berdasarkan skema penelitian di atas, secara ringkas kegiatan penelitian tindakan Sekolah ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
  Agar penelitian dapat berjalan lancar, sebelumnya peneliti harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) memeriksa kembali rencana yang telah disusun dengan mencermati langkah-langkah yang akan dilaksanakan, 2) mengecek jadwal kegiatan dan sarana yang akan digunakan, 3) mencoba dulu teknik yang akan digunakan agar pada waktu diterapkan dapat berjalan dengan baik, 4) memprediksi kemungkinan munculnya hambatan serta mempersiapkan solusinya, dan 5) memeriksa kelengkapan alat, bahan dan instrumen penelitian yang akan digunakan (Kusmanto, 2012: 26).
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian Sekolah menggunakan kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram ini diawali dengan rapat bersama guru senior dengan tujuan untuk membangun komitmen bersama. Selanjutnya mengacu pada jadwal yang telah disepakati mulai dilaksanakan kegiatan kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram dengan materi: 1) penjelasan secara klasikal tentang pengertian dan langkah-langkah kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram; 2) penjelasan disertai tanya jawab tentang pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran; dan 3) Diskusi memecahkan masalah tentang penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran yang dihadapi oleh para guru di kelas masing-masing. Pada tahap ini, penyajian materi dijadwalkan selama 10 x 35 menit dalam kegiatan KKG  Sekolah bertempat di .......................
Siklus 1 dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan dimana setiap pertemuan dialokasikan waktu selama 2 x 35 menit. Adapun uraian kegiatannya adalah sebagai berikut:
1) Penjelasan tentang pendidikan karakter (2 x 35 menit).
2) Penjelasan tentang integrasi pendidikan karakter dalam Silabus/ATP dan RPP ( 2 x 35 menit).
3) Penjelasan tentang pendampingan terprogram (1 x 35 menit) 
4) Menyusun RPP berkarakter per kelas dari kelas I, II,  III, IV, V dan kelas VI secara kolaboratif, alokasi waktu (2 x 35 menit) ; 
5) Simulasi pembelajaran, pembelajar adalah guru yang dipilih sedangkan guru-guru yang lain sebagai pengamat, sementara peneliti dan kepala sekolah berkedudukan sebagai pemantau         (2 x 35 menit);
6) Diskusi membahas hasil simulasi pembelajaran (1 x 35 menit);
7) Pendampingan sekaligus pelaksanaan tindakan (4 x 6 x 35 menit); dan
8) Diskusi membahas hasil pembelajaran yang dilaksanakan pada saat pendampingan dan pelaksanaan tindakan (2 x 35 menit).
9) Refleksi hasil pelaksanaan tindakan (4 x 35 menit).
Siklus 2 dilaksanakan dalam 17 kali pertemuan dimana setiap pertemuan dialokasikan waktu selama 2 x 35 menit. Adapun uraian kegiatannya adalah sebagai berikut: 
1) Menyusun RPP berkarakter per kelas dari kelas I, II,  III, IV, V dan kelas VI secara kolaboratif, alokasi waktu (2 x 35 menit) ; 
2) Simulasi pembelajaran, pembelajar adalah guru yang dipilih sedangkan guru-guru yang lain sebagai pengamat, sementara peneliti dan kepala sekolah berkedudukan sebagai pemantau         (1 x 35 menit);
3) Diskusi membahas hasil simulasi pembelajaran (1 x 35 menit);
4) Pendampingan sekaligus pelaksanaan tindakan (4 x 6 x 35 menit); dan
5) Diskusi membahas hasil pembelajaran yang dilaksanakan pada saat pendampingan dan pelaksanaan tindakan (2 x 35 menit).
6) Refleksi hasil pelaksanaan tindakan (4 x 35 menit).
Siklus 3 dilaksanakan dalam 17 kali pertemuan dimana setiap pertemuan dialokasikan waktu selama 2 x 35 menit. Adapun uraian kegiatannya adalah sebagai berikut: 
1) Menyusun RPP berkarakter per kelas dari kelas I, II,  III, IV, V dan kelas VI secara kolaboratif, alokasi waktu (2 x 35 menit) ; 
2) Simulasi pembelajaran, pembelajar adalah guru yang dipilih sedangkan guru-guru yang lain sebagai pengamat, sementara peneliti dan kepala sekolah berkedudukan sebagai pemantau         (1 x 35 menit);
3) Diskusi membahas hasil simulasi pembelajaran (1 x 35 menit);
4) Pendampingan sekaligus pelaksanaan tindakan (4 x 6 x 35 menit); dan
5) Diskusi membahas hasil pembelajaran yang dilaksanakan pada saat pendampingan dan pelaksanaan tindakan (2 x 35 menit).
6) Refleksi hasil pelaksanaan tindakan (4 x 35 menit).

c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti ketika kegiatan pelatihan dan pendampingan sedang dan telah dilaksanakan. Sasaran observasi ditujukan pada proses, efek, serta hasil pelatihan dan pendampingan tersebut. Observasi juga ditujukan terhadap efektifitas kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam mencapai tujuan yang direncanakan yakni penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran.
Kegiatan pelatihan dan pendampingan pada penelitian Sekolah ini dilakukan untuk menilai kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran. 
d. Refleksi
Refleksi dilakukan dengan maksud untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTKp mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang dihadapi dapat teratasi.
3. Pelaksanaan Pelatihan dan Pendampingan Setiap Siklus.
Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan diawali dengan diskusi antara peneliti dengan 4 orang kepala sekolah dalam kegiatan KKKS di 2 ............. UPTD Dikpora Unit Kecamatan ................... Diskusi tersebut membahas hasil pemantauan pembelajaran terhadap guru-guru kelas I, II, III, IV, V, dan VI yang rata-rata masih dalam kategori cukup. Kemudian mengambil kesepakatan untuk mengadakan pelatihan dan pendampingan terprogram dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Menyusun rencana pelatihan dan pendampingan terprogram
Rencana program pelatihan dan pendampingan pada siklus I disusun dengan mempertimbangkan kelemahan-kelemahan pelatihan yang pernah dilaksanakan dan hasil supervisi pra siklus sebagai kondisi awal. Program perbaikan ini direncanakan menggunakan model pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran yang meliputi penyusunan RPP, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian.
Sosialisasi berupa penjelasan tentang pelatihan dan pendampingan, penyusunan RPP, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian, dalam siklus I, dialokasikan waktu 21 pertemuan @ 2 x 35 menit;
2) Menyusun jadwal kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam penelitian tindakan Sekolah;
3) Menyusun jadwal pelaksanaan tindakan sekaligus observasi kepada seluruh peserta pelatihan dan pendampingan;
4) Menyiapkan materi pelatihan dan pendampingan serta penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran serta media yang diperlukan seperti laptop, LCD dan power point;
5) Menyiapkan instrumen pengumpulan data dan perangkat penilaian.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti menerapkan rencana program pelatihan tentang penyusunan RPP, penanaman pendidikan karakter pada  pembelajaran dan penilaian dengan pelatihan dan pendampingan. Secara rinci bentuk kegiatannya adalah sebagai berikut:
Pertemuan I (5 x 35 menit) bertempat di PKG
1) Kegiatan  Awal
Sebelum melakukan pelatihan, peneliti menyiapkan materi dan media yang diperlukan. Setelah masuk ruangan peneliti mengucapkan salam, mengajak berdo’a dan mengedarkan daftar hadir peserta. Lantas mengadakan apersepsi, menyampaikan tujuan pembinaan serta memberi motivasi.
Sebagai apersepsi peneliti menanyakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran. Bentuk pertanyaan antara lain:
a) Apakah yang dimaksud dengan karakter?
b) Apakah yang dimaksud dengan pendidikan karakter?
c) Berilah contoh nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter!
Sebagian besar peserta pembinaan tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Hal itu dapat disimpulkan bahwa para guru peserta pembinaan/belum memahami tentang penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran 
.2) Kegiatan Inti
a) Peneliti menjelaskan disertai tanya jawab tentang pendidikan karakter;
b) Peneliti menjelaskan disertai tanya jawab tentang integrasi pendidikan karakter dalam silabus/ATP dan RPP;
c) Peserta menjelaskan disertai tanya jawab tentang pendampingan terprogram serta langkah-langkahnya;
3) Kegiatan Akhir
a) Refleksi hasil pelatihan
b) Penutup
Pertemuan II (5 x 35 menit) bertempat di PKG
1) Kegiatan  Awal
Sebelum melakukan kegiatan, peneliti menyiapkan materi dan media yang diperlukan. Setelah masuk ruangan peneliti mengucapkan salam, mengajak berdo’a dan mengedarkan daftar hadir peserta. Lantas mengadakan apersepsi, menyampaikan tujuan pembinaan serta memberi motivasi.
Sebagai apersepsi peneliti menanyakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran. Bentuk pertanyaan antara lain:
a) Apakah yang dimaksud dengan karakter?
b) Apakah yang dimaksud dengan pendidikan karakter?
c) Berilah contoh nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter!
Sebagian besar peserta pembinaan tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Hal itu dapat disimpulkan bahwa para guru peserta pembinaan/belum memahami tentang penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran 
.2) Kegiatan Inti
a) Peneliti menjelaskan ulang tentang penyusunan RPP Karakter;
b) Peserta pelatihan secara kolaboratif sesuai kelompok kelasnya menyusun RPP ;
c) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil RPP nya;
d) Peneliti bersama peserta pelatihan membuat kesimpulan
3) Kegiatan Akhir
a) Refleksi hasil pelatihan
b) Peneliti memberi tugas kepada guru untuk menyempurnakan RPP yang telah dibuat.
c) Peneliti menyampaikan jadwal Pelaksanaan Pendampingan sebagaimana tertera pada tabel 3.4
d) Penutup
Tabel 3.4  Jadwal Pelaksanaan Pendampingan dan Tindakan Siklus I

No Hari/ Tanggal Nama Guru Kls. Jam Ke Observer

Pertemuan III (4 x 6 x 35 menit) bertempat di sekolah binaan
1) Kegiatan Awal
a) Mengecek RPP, media dan lain-lain yang akan digunakan dalam pembelajaran;
b) Peneliti membagi lembar observasi
2) Kegiatan Inti
a) Pelaksanaan pendampingan, guru melaksanakan pembelajaran di kelas, peneliti dan kepala sekolah memantau;
b) Peneliti bersama guru dan kepala sekolah berdiskusi membahas tentang pelaksanaan pembelajaran yang baru dilakukan guru;
c) Peneliti menarik kesimpulan dan memberi saran kepada semua guru, tentang kekurangan dan kelemahan cara menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran.
3) Kegiatan Akhir
a) Peneliti mengajak peserta  untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan. Peserta diberi kesempatan untuk menanggapi dan menyampaikan kesulitan yang dialami dalam pembelajaran yang baru dilakukan;
b) Peneliti memberi penghargaan berupa apresiasi terhadap semua peserta pelatihan  yang telah melaksanakan tugas dengan baik;
c) Peneliti meminta guru untuk mencatat hal-hal penting sebagai bahan refleksi bersama peserta pelatihan dari SD lain di PKG.
d) Penutup
                     Siklus II
Pertemuan I (5 x 35 menit) bertempat di PKG
1) Kegiatan  Awal
Sebelum melakukan kegiatan, peneliti menyiapkan materi dan media yang diperlukan. Setelah masuk ruangan peneliti mengucapkan salam, mengajak berdo’a dan mengedarkan daftar hadir peserta. Lantas mengadakan apersepsi, menyampaikan tujuan pembinaan serta memberi motivasi.
Sebagai apersepsi peneliti menanyakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran. Bentuk pertanyaan antara lain:
a) Apakah yang dimaksud dengan karakter?
b) Apakah yang dimaksud dengan pendidikan karakter?
c) Berilah contoh nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter!
Sebagian besar peserta pembinaan tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Hal itu dapat disimpulkan bahwa para guru peserta pembinaan/belum memahami tentang penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran 
.2) Kegiatan Inti
a) Peneliti menjelaskan ulang tentang penyusunan RPP Karakter;
b) Peserta pelatihan secara kolaboratif sesuai kelompok kelasnya menyusun RPP ;
c) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil RPP nya;
d) Peneliti bersama peserta pelatihan membuat kesimpulan
3) Kegiatan Akhir
a) Refleksi hasil pelatihan
b) Peneliti memberi tugas kepada guru untuk menyempurnakan RPP yang telah dibuat.
c) Peneliti menyampaikan jadwal Pelaksanaan Pendampingan sebagaimana tertera pada tabel 3.5
d) Penutup
Tabel 3.5  Jadwal Pelaksanaan Pendampingan dan Tindakan Siklus II

No Hari/ Tanggal Nama Sekolah Kls. Jam Ke Observer

Pertemuan II (4 x 6 x 35 menit) bertempat di sekolah binaan
1) Kegiatan Awal
a) Mengecek RPP, media dan lain-lain yang akan digunakan dalam pembelajaran;
b) Peneliti membagi lembar observasi
2) Kegiatan Inti
a) Pelaksanaan pendampingan, guru melaksanakan pembelajaran di kelas, peneliti dan kepala sekolah memantau;
b) Peneliti bersama guru dan kepala sekolah berdiskusi membahas tentang pelaksanaan pembelajaran yang baru dilakukan guru;
c) Peneliti menarik kesimpulan dan memberi saran kepada semua guru, tentang kekurangan dan kelemahan cara menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran.
3) Kegiatan Akhir
a) Peneliti mengajak peserta  untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan. Peserta diberi kesempatan untuk menanggapi dan menyampaikan kesulitan yang dialami dalam pembelajaran yang baru dilakukan;
b) Peneliti memberi penghargaan berupa apresiasi terhadap semua peserta pelatihan  yang telah melaksanakan tugas dengan baik;
c) Peneliti meminta guru untuk mencatat hal-hal penting sebagai bahan refleksi bersama peserta pelatihan dari SD lain di PKG.
d) Penutup
Siklus III
Pertemuan I (5 x 35 menit) bertempat di PKG
1) Kegiatan  Awal
Sebelum melakukan kegiatan, peneliti menyiapkan materi dan media yang diperlukan. Setelah masuk ruangan peneliti mengucapkan salam, mengajak berdo’a dan mengedarkan daftar hadir peserta. Lantas mengadakan apersepsi, menyampaikan tujuan pembinaan serta memberi motivasi.
Sebagai apersepsi peneliti menanyakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran. Bentuk pertanyaan antara lain:
a) Apakah yang dimaksud dengan karakter?
b) Apakah yang dimaksud dengan pendidikan karakter?
c) Berilah contoh nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter!
Sebagian besar peserta pembinaan tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Hal itu dapat disimpulkan bahwa para guru peserta pembinaan/belum memahami tentang penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran 
.2) Kegiatan Inti
a) Peneliti menjelaskan ulang tentang penyusunan RPP Karakter;
b) Peserta pelatihan secara kolaboratif sesuai kelompok kelasnya menyusun RPP ;
c) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil RPP nya;
d) Peneliti bersama peserta pelatihan membuat kesimpulan
3) Kegiatan Akhir
a) Refleksi hasil pelatihan
b) Peneliti memberi tugas kepada guru untuk menyempurnakan RPP yang telah dibuat.
c) Peneliti menyampaikan jadwal Pelaksanaan Pendampingan sebagaimana tertera pada tabel 3.5
d) Penutup
Tabel 3.6  Jadwal Pelaksanaan Pendampingan dan Tindakan Siklus III

No Hari/ Tanggal Nama Guru Kls. Jam Ke Observer


Pertemuan II (4 x 6 x 35 menit) bertempat di sekolah binaan
1) Kegiatan Awal
a) Mengecek RPP, media dan lain-lain yang akan digunakan dalam pembelajaran;
b) Peneliti membagi lembar observasi
2) Kegiatan Inti
a) Pelaksanaan pendampingan, guru melaksanakan pembelajaran di kelas, peneliti dan kepala sekolah memantau;
b) Peneliti bersama guru dan kepala sekolah berdiskusi membahas tentang pelaksanaan pembelajaran yang baru dilakukan guru;
c) Peneliti menarik kesimpulan dan memberi saran kepada semua guru, tentang kekurangan dan kelemahan cara menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran.
3) Kegiatan Akhir
a) Peneliti mengajak peserta  untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan. Peserta diberi kesempatan untuk menanggapi dan menyampaikan kesulitan yang dialami dalam pembelajaran yang baru dilakukan;
b) Peneliti memberi penghargaan berupa apresiasi terhadap semua peserta pelatihan  yang telah melaksanakan tugas dengan baik;
c) Peneliti meminta guru untuk mencatat hal-hal penting sebagai bahan refleksi bersama peserta pelatihan dari SD lain di PKG.
d) Peneliti mengajak berdo’a dan mengucapkan terima kasih serta salam.

C. Data, Teknik Pengumpulan, dan Analisis Data
1. Data
Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data sangat penting artinya dalam suatu penelitian, sebab data merupakan sumber informasi yang mencerminkan obyektifitas penelitian Peneliti dapat menentukan berhasil atau tidaknya penelitian yang dilakukan berdasarkan data yang diperolehnya. Mengingat betapa pentingnya kedudukan data dalam penelitian, maka diperlukan data yang valid dan lengkap agar bisa menghasilkan gambaran yang tepat mengenai subyek yang diteliti.
Dalam penelitian Sekolah ini, data-data yang diperlukan dikelompokan menjadi dua, yakni data kualitatif dan data kuantitatif.
a. Data kualitatif, berupa :
1) Kemampuan guru dalam penyusunan RPP karakter;
2) Kemampuan guru dalam penanaman pendidikan karakter pada pembelajaran;
3) Kemampuan guru dalam melakukan penilaian pembelajaran berkarakter.
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa nilai kemampuan guru dalam penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian. Adapun pengolahannya adalah sebagai berikut : 
Nilai Akhir Kemampuan guru = 1 X nilai kemampuan dalam penyusunan rencana pembelajaran + 2 X nilai kemampuan  dalam pelaksanaan pembelajaran + nilai kemampuan guru dalam melakukan penilaian dibagi 4.
Sementara itu, untuk tanggapan dari guru peserta pelatihan dan pendampngan terprogram diambil dengan cara wawancara, menjawab pertanyaan dengan cheklist ataupun dengan menjawab pertanyaan dengan mengangkat tangan pada akhir setiap siklus, untuk mengetahui sejauh mana efektifitas pelatihan dengan pendampingan terprogram ini dilakukan.
2. Sumber Data
Sumber data yang dikumpulkan berasal dari guru peserta pelatihan yang menjadi subjek penelitian yaitu guru-guru kelas I, II, III, IV, V, VI, dan Mapel Penjasorkes sejumlah 25 orang guru dari 4 (empat) ...................... UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan ................... Data tersebut dikumpulkan sebelum, selama, dan/ atau sesudah kegiatan pelatihan dilakukan. Sumber data tersebut adalah sebagai berikut: 
a Data kondisi awal, berupa hasil pemantauan kemampuan guru peserta pelatihan dalam menanamkan pendidikan karakter pada Pembelajaran pada pra siklus.
b. Data Siklus I, berupa hasil pemantauan kemampuan guru peserta pelatihan dalam menanamkan pendidikan karakter pada Pembelajaran pada siklus I. 
c. Data Siklus II, berupa hasil pemantauan kemampuan guru peserta pelatihan dalam menanamkan pendidikan karakter pada Pembelajaran pada siklus II.
d. Data Siklus III, berupa hasil pemantauan kemampuan guru peserta pelatihan dalam menanamkan pendidikan karakter pada Pembelajaran pada siklus III.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah pengamatan, wawancara, diskusi, kajian dokumen, angket, dan unjuk kerja. Secara garis besar teknik pengumpulan data yang dimaksud adalah:
a. Pengamatan
Menurut Anas Sudjijono (2011:76) adalah “cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan” Lembaran Pengamatan/ Observasi, digunakan untuk mengamati proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Hal-hal yang  dinilai dengan menggunakan lembaran pengamatan ini adalah:. Pengamatan difokuskan pada peningkatan kemampuan guru dalam penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan antara peneliti dan guru-guru peserta pelatihan dan pendampingan terprogram serta meminta pendapat kepala sekolah dalam forum refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan setelah melakukan pengamatan terhadap kegiatan pendampingan terprogram dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pelatihan dan pendampingan terprogram oleh Guru.
c. Kajian Dokumen
Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti kurikulum, rencana pelaksanaan pelatihan dan pendampingan terprogram yang dibuat oleh peneliti dan kepala sekolah binaan, buku pelajaran, daftar nilai daftar adirsiswa, guru dan karyawan.
d. Angket
Angket diberikan kepada guru peserta pelatihan dan pendampingan terprogram dengan tujuan untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan proses pelatihan tersebut. Dengan menganalisis informasi yang diperoleh melalui angket tersebut peneliti dapat mengetahui peningkatan kualitas pelatihan dan pendampingan terprogram kecuali itu juga dapat mengetahui ada atau tidaknya peningkatan kemampuan guru dalam penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian untuk dijadikan bahan pembanding atau rujukan dalam penentuan kemampuan peserta.
4. Analisis Data
Untuk menganalisis data yang terkumpul, peneliti menggunakan teknik deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis. Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif dengan membandingkan hasil pra siklus (kondisi awal) dengan hasil akhir setiap siklus. Sedangkan teknik analisis kritis digunakan untuk menganalisis data kualitatif guna mengungkap kelemahan dan kelebihan guru peserta pembinaan mengacu pada  kriteria yang telah ditentukan.
Sementara itu, validasi data pada penelitian ini dijabarkan sebagai berkut: Untuk penilaian hasil pengamatan kemampuan guru peserta pelatihan dan pendampingan terprogram dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran, peneliti menggunakan triangulasi data yaitu dari kolaborasi teman sejawat dalam hal ini adalah kepala sekolah yang membantu pelaksanaan pemantauan terhadap para guru peserta pelatihan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Data Hasil Penelitian Tindakan
a. Siklus I
Hasil siklus I masih belum mencapai batas kriteria yang telah ditetapkan, namun demikian telah menunjukkan adanya perubahan ke arah yang positif di beberapa bidang. Hal itu terlihat dari data hasil perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi siklus I berikut ini:
1) Data hasil perencanaan
Data-data yang diperoleh pada tahap perencanaan berupa Rencana Pelaksanaan pelatihan dan pendampingan terprogram tentang cara menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran dan pelaksanaan penilaian otentik yang di dalamnya tercakup komponen skenario kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram, lembar observasi yang akan digunakan untuk pengumpulan data, pendukung Sekolah berupa lembar kerja, lembar pengamatan untuk mengukur kemampuan guru kelas pada akhir kegiatan.
2) Data hasil pengamatan
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat subyek penelitian melaksanakan kegiatan siklus 1, diperoleh data sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.1 Daftar Nilai Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, dan Penilaian pada Siklus I dari 25 Peserta 
Tahap Menyusun RPP Melaksanakan Pembelajaran Melaksanakan Penilaian Nilai Kemampuan Rata-rata 
A B C D A B C D A B C D A B C D
K. Awal 0 1 2 5 0 2 1 5 0 1 2 5 0 1 4 3
Skls. I 0 2 3 2 0 3 3 2 0 2 3 3 0 2 5 1

Keterangan :
A = Jumlah guru yang memperoleh nilai 86 – 100  (kategori Amat Baik).
B = Jumlah guru yang memperoleh nilai 71 – 85 (kategori Baik.
C = Jumlah guru yang memperoleh nilai 56 – 70  (kategori Cukup).
D = Jumlah guru yang memperoleh niai di bawah 55 (kategori Kurang).


Dari tabel di atas dapat diperoleh informasi sebagai berikut:
a) Pada kondisi awal, sebelum proses  pelatihan dan pendampingan terprogram dilaksanakan, subyek penelitian yang membuat rencana pembelajaran dengan kategori baik berjumlah 2 orang (8 %), yang mampu melaksanakan pembelajaran dengan kategori baik berjumlah 4 orang (16 %), yang melakukan penilaian dengan kategori baik berjumlah 3 orang (12 %), sedangkan yang memperoleh nilai rata-rata baik 1 orang (4 %). Sementara itu nilai rata-rata kemampuan guru 63,16.
b) Pada siklus I, setelah kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram dilaksanakan, subyek penelitian yang membuat rencana pembelajaran dengan kategori baik naik menjadi 6 orang (24%), yang mampu melaksanakan pembelajaran dengan kategori baik naik menjadi 7 orang (28 %), yang melakukan penilaian dengan kategori baik naik menjadi 6 orang (24 %), sedangkan yang memperoleh nilai rata-rata baik naik menjadi 7 orang (28%). Sementara itu nilai rata-rata kemampuan guru naik menjadi 68,23.
c) Dari kondisi awal ke siklus I, kemampuan subyek penelitian dalam menyusun rencana pembelajaran dengan kategori baik naik 16 %, yang melaksanakan pembelajaran dengan kategori baik naik 12 % yang melakukan penilaian dengan kategori baik naik 12 % sedangkan nilai rata-ratanya naik 24 %. Sementara nilai rata-rata kemampuan guru naik 5,07.
3) Data pendapat peserta pelatihan tentang efektifitas pelatihan dan pendampingan terprogram 

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru peserta pelatihan dan pendampingan terprogram setelah dilaksanakan pelatihan pada siklus I diperoleh data sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Pendapat Peserta Terhadap Efektifitas pelatihan dan pendampingan terprogram.

SIKLUS M TMT TMK Prosentase
M TMT TMK
Siklus I 2 3 3 25 38 38
Keterangan :
M : Jumlah guru yang berpendapat bahwa kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram efektif untuk meningkatkan kemampuan.
TMT : Jumlah guru yang tidak memberi pendapat.
TMK : Jumlah guru yang berpendapat bahwa kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram tidak efektif untuk meningkatkan kemampuan.
 
Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh informasi bahwa dari 25 orang guru peserta pelatihan dan pendampingan terprogram yang berhasil diminta pendapatnya tentang efektifitas pelaksanaan pelatihan dan pendampingan terprogram pada siklus I, ada 7 orang (28 %) berpendapat bahwa kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram efektif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran, 10 orang (40 %) tidak memberi pendapat apa-apa, dan 8 orang (32 %) berpendapat bahwa kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram tidak efektif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran.
4) Data hasil refleksi
a) Diskusi guru pada saat tahap perencanaan kurang fokus karena beberapa guru belum berminat terhadap kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram.
b) Beberapa guru enggan membuat media pembelajaran.
c) Beberapa guru pada saat refleksi tidak ikut aktif berdiskusi.
d) Ketika pelaksanaan tindakan, observasi harus dibagi dengan kepala sekolah, akibatnya hasil observasi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah ada yang kurang sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti.
e) Bertolak dari indikator yang telah ditentukan, peserta kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram baik dalam menyusun RPP, melaksanakan pembelajaran maupun melakukan penilaian sudah  ada kenaikan.
f) Dari 25 orang guru peserta pelatihan, 7 orang berpendapat bahwa kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram efektif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran, 10 orang tidak memberi tanggapan apa-apa, dan 8 orang berpendapat bahwa kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram tidak efektif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran.
Bertolak dari data dan hasil diskusi tersebut di atas, peneliti mengadakan penelaahan dan selanjutnya membuat kesimpulan hasil tindakan yang telah dilaksanakan. Kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa target peningkatan kemampuan peserta kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram selama mengikuti pelatihan dan menerapkan dalam pembelajaran di kelas belum tercapai. Sebab baik dalam menyusun RPP, melaksanakan pembelajaran maupun melakukan penilaian belum mencapai target indikator yang ditetapkan. Sementara guru yang memperoleh nilai rata-rata dengan kategori baik  baru 7 orang sedangkan nilai kemampuan guru 68,23. 
Karena hasil yang dicapai pada siklus I masih belum memenuhi indikator yang diharapkan, yakni 75 % peserta memperoleh nilai kategori baik dalam merencakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran, serta rata-rata nilai kemampuan 75, maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian tindakan Sekolah ke siklus II. 
b. Siklus II
Pelaksanaan siklus II diawali dengan penyempurnaan kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram, setelah diadakan diskusi bersama para peserta pembinaan dan kepala sekolah terkait. Meskipun hasilnya belum mencapai target namun telah menunjukkan perubahan yang signifikan terutama dalam pelaksanaan penilaian. Hal itu terlihat dari data hasil perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi siklus II berikut ini:
1) Data hasil perencanaan
Data-data yang diperoleh pada tahap perencanaan berupa Rencana Pelaksanaan kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram tentang cara menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran yang di dalamnya tercakup komponen skenario kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram, lembar observasi yang akan digunakan untuk pengumpulan data, pendukung Sekolah berupa lembar kerja, lembar pengamatan serta lembar evaluasi untuk mengukur kemampuan guru di akhir kegiatan.
2) Data hasil pengamatan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat subyek penelitian melaksanakan kegiatan siklus II, diperoleh data sebagaimana tercantum dalam tebel berikut:
Tabel 4.3 Daftar Nilai Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, dan Penilaian pada Siklus II dari 25 Peserta

B. Pembahasan
1. Siklus I
a. Pada kondisi awal, sebelum proses  pelatihan dan pendampingan terprogram dilaksanakan, subyek penelitian yang membuat rencana pembelajaran dengan kategori baik berjumlah 2 orang (8 %), yang mampu melaksanakan pembelajaran dengan kategori baik berjumlah 4 orang (16 %), yang melakukan penilaian dengan kategori baik berjumlah 3 orang (12 %), sedangkan yang memperoleh nilai rata-rata baik 1 orang (4 %). Sementara itu nilai rata-rata kemampuan guru 63,16.
b. Pada siklus I, setelah kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram dilaksanakan, subyek penelitian yang membuat rencana pembelajaran dengan kategori baik naik menjadi 6 orang (24%), yang mampu melaksanakan pembelajaran dengan kategori baik naik menjadi 7 orang (28 %), yang melakukan penilaian dengan kategori baik naik menjadi 6 orang (24 %), sedangkan yang memperoleh nilai rata-rata baik naik menjadi 7 orang (28%). Sementara itu nilai rata-rata kemampuan guru naik menjadi 68,23.
c. Dari kondisi awal ke siklus I, kemampuan subyek penelitian dalam menyusun rencana pembelajaran dengan kategori baik naik 16 %, yang melaksanakan pembelajaran dengan kategori baik naik 12 % yang melakukan penilaian dengan kategori baik naik 12 % sedangkan nilai rata-ratanya naik 24 %. Sementara nilai rata-rata kemampuan guru naik 5,07. 
Sementara itu evektifitas kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram masih rendah. Dari 25 orang guru peserta pelatihan, 7 orang berpendapat bahwa kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram efektif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran, 10 orang tidak memberi tanggapan apa-apa, dan 8 orang berpendapat bahwa kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram tidak efektif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran.
Apabila dibandingkan dengan kondisi awal, hasil pada siklus I  belum menunjukkan perubahan yang berarti. Oleh karena itu peneliti bersama kepala sekolah binaan selaku observer mengadakan diskusi untuk menelaah kekurangan-kekurangan selama proses siklus I berlangsung. Berdasarkan hasil diskusi dan penelaahan dapat diidentifikasi bahwa peserta pelatihan yang belum tuntas disebabkan oleh:
a) Diskusi guru pada saat tahap perencanaan kurang fokus karena beberapa guru belum berminat terhadap kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram.
b) Beberapa guru enggan membuat media pembelajaran.
c) Beberapa guru pada saat refleksi tidak ikut aktif berdiskusi.
d) Ketika pelaksanaan tindakan, observasi harus dibagi dengan kepala sekolah, akibatnya hasil observasi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah ada yang kurang sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti.
Permasalahan tersebut menyebabkan hasil kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram kurang maksimal. Menindaklanjuti permasalahan tersebut, upaya perbaikan segera dilakukan pada siklus kedua dengan penjelasan ulang mengenai kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram dan memotivasi peserta pembinaan agar aktif dalam kegiatan. Di samping itu juga memperbaiki instrument yang akan digunakan bersama kepala sekolah yang disepakati oleh peserta pembinaan.
2. Siklus II
Pada siklus I, setelah kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram dilaksanakan, subyek penelitian yang membuat rencana pembelajaran dengan kategori baik naik menjadi 6 orang (24%), yang mampu melaksanakan pembelajaran dengan kategori baik naik menjadi 7 orang (28 %), yang melakukan penilaian dengan kategori baik naik menjadi 6 orang (24 %), sedangkan yang memperoleh nilai rata-rata baik naik menjadi 7 orang (28%). Sementara itu nilai rata-rata kemampuan guru naik menjadi 68,23.
Pada siklus II, subyek penelitian yang membuat rencana pembelajaran dengan kategori baik naik menjadi 12 orang (48%), yang mampu melaksanakan pembelajaran dengan kategori baik naik menjadi 18 orang (54 %), yang melakukan penilaian dengan kategori baik naik menjadi 11 orang (44 %), sedangkan yang memperoleh nilai rata-rata baik naik menjadi 16 orang (64%). Sementara itu nilai rata-rata kemampuan guru naik menjadi 72,53.
Hal tersebut mengandung arti bahwa  kemampuan peserta kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram sudah mengalami kenaikan yang berarti. Apabila dibandingkan dengan hasil pada siklus I, kemampuan subyek penelitian dalam menyusun rencana pembelajaran dengan kategori baik naik 24 %, yang melaksanakan pembelajaran dengan kategori baik naik 16 % yang melakukan penilaian dengan kategori baik naik 20 % sedangkan nilai rata-ratanya naik 36 %. Sementara nilai rata-rata kemampuan guru naik 4,30.
Sementara itu evektifitas kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram mulai menunjukkan kesevektifitasannya. Dari 25 orang peserta pelatihan, 20 orang (80 %) berpendapat bahwa kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram efektif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran, 3 orang (12 %) tidak memberi pendapat apa-apa, dan 2 orang (8 %) berpendapat bahwa kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram tidak efektif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran.
Apabila dibandingkan dengan hasil siklus I, hasil pada siklus II  memang telah menunjukkan kenaikan yang cukup bagus, namun masih ada beberapa peserta yang belum tuntas. Oleh karena itu peneliti bersama kepala sekolah binaan selaku observer mengadakan diskusi untuk menelaah kekurangan-kekurangan selama proses siklus II berlangsung. Berdasarkan hasil diskusi dan penelaahan dapat diidentifikasi bahwa peserta pelatiahan yang belum tuntas disebabkan oleh:
a) Diskusi guru pada saat tahap perencanaan sudah mulai fokus karena guru sudah mulai berminat terhadap kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram.
b) Pada saat refleksi guru sudah mulai sungguh-sungguh aktif berdiskusi.
Menindaklanjuti permasalahan tersebut, upaya perbaikan segera dilakukan pada siklus III dengan memotivasi peserta pembinaan agar aktif dalam kegiatan. Di samping itu juga memperbaiki instrument yang akan digunakan bersama kepala sekolah yang sesuai dengan keinginan peserta pembinaan.  
3. Siklus III
Pada siklus II, subyek penelitian yang membuat rencana pembelajaran dengan kategori baik naik menjadi 12 orang (48%), yang mampu melaksanakan pembelajaran dengan kategori baik naik menjadi 18 orang (54 %), yang melakukan penilaian dengan kategori baik naik menjadi 11 orang (44 %), sedangkan yang memperoleh nilai rata-rata baik naik menjadi 16 orang (64%). Sementara itu nilai rata-rata kemampuan guru naik menjadi 72,53.
Pada siklus III, subyek penelitian yang membuat rencana pembelajaran dengan kategori baik ke atas naik menjadi 21 orang (84%), yang mampu melaksanakan pembelajaran dengan kategori baik ke atas naik menjadi 22 orang (88 %), yang melakukan penilaian dengan kategori baik ke atas naik menjadi 22 orang (88 %), sedangkan yang memperoleh nilai rata-rata baik ke atas naik menjadi 24 orang (96%). Sementara itu nilai rata-rata kemampuan guru naik menjadi 78,47.
Hal tersebut mengandung arti bahwa  kemampuan peserta kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram mengalami peningkatan, yakni kemampuan subyek penelitian dalam menyusun rencana pembelajaran naik 36 %, kemampuan dalam pelaksanaan pembelajaran naik 34 %, sedangkan dalam pelaksanaan penilaian naik 44 %. Sementara itu yang memperoleh nilai rata-rata baik ke atas naik 32 % sedangkan nilai kemampuan guru naik menjadi 78,47. 
Sementara itu peserta pembinaan yang berpendapat bahwa kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram efektif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran, 22 orang (88 %) berpendapat bahwa kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram efektif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran, 2 orang (8 %) tidak memberi pendapat apa-apa, dan 1 orang (4 %) berpendapat bahwa kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram tidak efektif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran.
Berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus III, maka peneliti menyimpulkan bahwa tindakan perbaikan yang dilakukan selama proses kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram telah berhasil. Sebab hasil pada siklus III sudah  memenuhi indikator yang ditentukan, yakni dalam membuat rencana pembelajaran dengan kategori baik ke atas naik menjadi 21 orang (84%), yang mampu melaksanakan pembelajaran dengan kategori baik ke atas naik menjadi 22 orang (88 %), yang melakukan penilaian dengan kategori baik ke atas naik menjadi 22 orang (88 %), semua di atas target yang ditentukan yaitu 75% peserta memperoleh nilai kategori baik dalam merencakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran. Sedangkan yang memperoleh nilai rata-rata baik ke atas 24 orang (96%). Sementara itu nilai rata-rata kemampuan guru naik menjadi 78,47. Berarti di atas target yang ditentukan yaitu niai rata-rata kemampuan guru 75,00.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data yang didapat selama penelitian berlangsung, yakni dari siklus I, II, sampai siklus III, diperoleh temuan-temuan sebagai berikut:
1. Penerapan kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram dapat meningkatkan kemampuan guru-guru di SD Negeri............. UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan ..................  dalam menyusun rencana pembelajaran berkarakter, yakni pada siklus I yang memperoleh nilai dengan kategori baik 24%, siklus II masih 48%, dan siklus III meningkat menjadi 84%.
2. Penerapan kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram dapat meningkatkan kemampuan guru-guru di ...................... UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan ..................  dalam melaksanakan pembelajaran, yakni pada siklus I yang memperoleh nilai dengan kategori baik 28 %, siklus II meningkat menjadi 54 %, dan siklus III meningkat lagi menjadi 88 %.
3. Penerapan kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram dapat meningkatkan kemampuan guru-guru di ...................... UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan ..................  dalam melakukan penilaian, yakni pada siklus I yang memperoleh nilai dengan kategori baik 24 %, siklus II meningkat menjadi 44 %, dan siklus III meningkat lagi menjadi 88 %.
Berangkat dari temuan-temuan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram secara keseluruhan dapat meningkatkan kemampuan guru-guru di ...................... UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan, yakni pada kondisi awal 63,16, siklus I meningkat jadi 68,23, siklus II meningkat lagi jadi 72,53, dan siklus III meningkat lagi jadi 78,47.
Selaras dengan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram dapat meningkatkan kemampuan guru-guru di ...................... UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan .................. dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dan implikasi  beberapa saran  diberikan kepada  pihak-pihak terkait  sebagai berikut.
1.    Bagi Guru Sekolah
Sebagai supervisor, Guru sekolah hendaknya selalu memantau penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang menjadi binaannya, sehingga apabila ada permasalahan terutama yang berkaitan dengan pembelajaran segera dapat mencarikan solusinya. Sebab apabila terlambat dalam mengatasi permasalahan yang menjadi korban adalah peserta didik.
Disamping itu disarankan pula agar Guru memprogramkan kegiatan pelatihan dan pendampingan terprogram secara berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menanamkan pendidikan karakter pada pembelajaran. 
2.  Bagi Guru 
Tugas pokok guru adalah mendidik dan mengajar, peran guru dalam mengajar diibaratkan layaknya seorang sutradara dan sekaligus menjadi aktor. Sebab gurulah yang merancang dan melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mampu menanamkan pendidkan karakter pada pembelajaran yang dikelolanya. Dengan pembelajaran yang semacam itu, niscaya peserta didik akan tumbuh menjadi manusia yang berbudi luhur dan cinta tanah air.  
3.  Bagi Kepala Sekolah
Sebagai pemimpin, kepala sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap penanaman karakter bangsa kepada peserta didik. Untuk itu kepala sekolah hendaknya selalu belajar dan meningkatkan diri sehingga program pemerintah terutama yang berkaitan dengan penanaman pendidikan karakter segera terwujud.    
4.    Bagi Institusi Penyelenggara Pendidikan
Penyelenggara pendidikan hendaknya bisa memaksimalkan peran serta masyarakat  agar pelaksanaan pendidikan dapat berjalan dengan lancar.


DAFTAR PUSTAKA
Ambarjaya, Beni. 2008. Model-model Pembelajaran Kreatif. Bandung: Tinta. Emas.

Anas Sudjijono. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : PT Raja Grafindo Persada

Anwar Prabu Mangkunegara. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Bakharudin.2013.”Pendekatan Scientific untuk Penerapan Kurikulum 2013.”. http://www.bakharuddin.net/2013/09/pendekatan-scientific-untuk-penerapan.html  diunduh tanggal 5 Agustus 2014.

Bloom, Benjamin S. (1982). Taxonomy of Educational Objectives, Cognitive Domain, Book I, New York : Logman. 

Depdikbud. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014, Jakarta : Depdikbud.

Depdikbud, 2013. Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV tentang implementasi Kurikulum 2013 bagian pembelajaran.

Depdiknas.2007. Permendiknas RI Nomor 16 Tahun 2007tentang Standar Kualifikasi dan Akademik Guru. Jakarta: Depdikbud.

Dessler, Gary, 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Indeks.

Gagne, Robert M, and Leslie J. Briggs. (1979). Principles of Instructional Design, 2nd Edition, New York: Holt, Rinehart and Winston.

Hendayana, S., dkk. (2006). Lesson Study : suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidikan (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung : UPI Press.
Kusmanto.2012 Peningkatan Kemampuan Guru Matematika SMP dalam Mengatasi Rasa Takut Siswa, Kegaduhan dan Malas Mengerjakan PR dengan Pendampingan Terprogram di Sekolah Binaan. PTKp dalam rangka usul kenaikan pangkat ke IV/B

Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama Salemba Empat, Jakarta.

Mujiman, Haris. (2009). Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Oemar Hamalik. 2007. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta. PT. Bumi Aksara.

Panggabean, S., Mutiara. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia.

Purwadarminta, WJS. 1984.  Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Pustaka

Sardiman., 2001, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja.

Satmoko, Soejitno Irmim. (2004). Mendesain Strategi Pelatihan Karyawan. N.p: Seyma Media

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sulthon. 2009. Membangun Semangat Kerja Guru. Yogyakarta: LaksBang.

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 157).

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Balitbang Puskur. 2010. Pengembangan Budaya Karakter Bangsa Pedoman Sekolah. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Balitbang Puskur. 2010. Konsep Pelatihan Karakter. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa: 2010
Depdiknas, 2010 Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta : Depdiknas
Depdiknas, 2002 Pedoman Pembangunan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta : Depdiknas
Depdiknas, 2001 Pedoman Pendampingan Pusat Kegiatan Masyarakat, Jakarta : Depdiknas

Post a Comment