UNGKAPAN PERASAAN DAN HATI SANUBARI (PUISI KARYA SENDIRI)

UNGKAPAN PERASAAN DAN HATI SANUBARI (PUISI KARYA SENDIRI)

Puisi, serangkaian kalimat sebagai ungkapan perasaan dan emosi, mewujudkan kata-kata dan kalimat yang penuh arti dan makna dalam kehidupan. Kalimat demi kalimat yang terulis bila dibacakan dengan serius dan penjiwaan yang btepat dapat menghasilkan suatu sentuhan perasaan yang teramat halus dan menyentuh hati. Pembacaan sebuah puisi yang baik harus sesuai dengan makna tersirat yang ada dalam kandungan kalimat-kalimat yang tertulis dalam sebuah puisi. Karenanya pembacaan sebuah puisi harus tepat intonasi, mimik, gerak, dan ekspresinya.

UNGKAPAN PERASAAN DAN HATI SANUBARI (PUISI KARYA SENDIRI) UNTUK ANAK USIA SEKOLAH DASAR

Belajar membuat dan membaca puisi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan dan semudah berbicara, karena membalikkan telapak tangan dan berbicara itu sendiri memerlukan latihan, apalagi membuat dan membacakan sebuah puisi. tapi tidak ada kata "tidak mungkin" di dunia ini, selama matahari masih terbit dari sebelah timur dan tenggelam disebelah barat, apapun bisa terjadi dan menjadi mungkin terjadi. Biasakanlah berbicara dan menulis apapun, dimanapun, nanti akan menjadi sesuatu yang sulit akan menjadi suatu kebiasaan yang mudah dan berjalan sendiri. Ayolah kita mulai sedikit demi sedikit lama lama akan menjadi sebuah bukit, itulah ungkapan yang penuh makna dan arti.

Pembelajaran Membaca Puisi Karya Sendiri 

dengan Ekspresi yang Tepat


A. Pendahuluan

Pembelajaran adalah sebuah proses edukatif yang dilaksanakan secara sistematis dan disengaja. Dalam situasi edukatif, esensi pembelajaran adalah peristiwa berlangsungnya transformasi skill yang terbingkai dalam kompetensi dasar dari guru kepada peserta didik. Kebermaknaan skill bagi peserta didik sebagai mata rantai dari proses edukatif, di satu sisi merupakan parameter sampai seberapa jauh sebuah pembelajaran diupayakan, sementara di sisi lain, untuk mengetahui sampai sejauh mana peserta didik dapat menguasai kompetensi dasar yang ditentukan. Oleh karena itu, karena pada sisi ini pembelajaran menjadi sebuah keniscayaan yang amat menentukan, maka pembelajaran harus dirancang, dipersiapkan, dan dikelola dengan sebaik-baiknya.


B. Kajian Teori

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (2007/2008: 78). 

Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa pembelajaran sastra dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar memiliki 2 (dua) tujuan, yakni: (1) Memiliki kemampuan untuk menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (2) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. 


2. Puisi

Kata “puisi” berasal dari bahasa Yunani “poio” yang berarti (1) membangun, (2) menyebabkan, menimbulkan, dan (3) membuat puisi (Slamet Mulyana dalam Baribin, 1990: 1). Jadi berdasarkan pengertian kata, puisi berarti ucapan yang dibangun, maksudnya ungkapan yang tidak langsung. 

Sementara itu di dalam KBBI, puisi diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus (2007: 903)

Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah ucapan yang dibangun dengan bahasa yang dipilih secara cermat sehingga membangkitkan tanggapan khusus dari pembaca.


C. Permasalahan Pembelajaran Membaca Puisi di Sekolah

Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat materi pembelajaran dengan Standar Kompetensi ”Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dengan berpidato, melaporkan isi buku, dan baca puisi”. Dari Standar Kompetensi tersebut, Kompetensi Dasar yang harus dikuasai siswa yaitu ”Membaca puisi karya sendiri dengan ekspresi yang tepat”.

Pada kenyataannya, tidak sedikit guru yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran dengan materi tersebut. Namun demikian, sebenarnya inti permasalahan bukan terletak pada sulitnya kompetensi dasar yang harus dimiliki perserta didik, melainkan terletak pada bagaimana kesungguhan guru dalam mengusahakan pembelajaran yang menarik. 


D. Strategi Pembelajaran Membaca Puisi di Sekolah

1. Aspek yang harus diperhatikan

Berkenaan dengan tuntutan kompetensi dasar tersebut, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Dengan mencermati aspek di bawah ini, diharapkan pembacaan puisi lebih hidup. Aspek yang dimaksud yaitu:

a. Vokal

Hal-hal yang berkaitan dengan vokal yaitu kejelasan ucapan, keras lemah volume suara, dan permainan suara. Tidak ada keharusan membaca puisi harus keras, tapi membaca puisi untuk orang banyak harus bisa didengar secara jelas oleh semua pendengar.

b. Interpretasi

Kata yang maknanya sama dengan interpretasi yaitu penafsiran. Agar kita bisa membaca dengan tepat, puisi harus ditafsirkan, baik maknanya, pesan yang terkandung di dalamnya, bahkan tiap kata, frasa, dan kalimat-kalimatnya. Kadang ada sebaris kalimat yang harus dibagi menjadi dua. Kadang ada pula dua baris kalimat yang dibaca secara beruntun seolah-olah merupakan satu kalimat.


c. Ekspresi

Ekspresi merupakan bentuk dari interpretasi. Ekspresi berkaitan dengan segala gerak (gerak tangan, kaki, kelenturan tubuh atau  gestur) dan isyarat tubuh (penampakan sedih, gembira, kecewa, marah melalui raut muka). Improvisasi  juga termasuk dalam ekspresi.

d. Penampilan

Penampilan dalam pembacaan puisi berkaitan dengan penguasaan panggung, ketenangan, tempo dan irama, serta bagaimana memulai dan mengakhiri pembacaan. Penampilan tidak berhubungan dengan kostum maupun tata rias.


3. Langkah-langkah dalam pembacaan puisi

a. Sebelum pembacaan

Langkah yang tidak boleh dilupakan sebelum pembacaan puisi yaitu memberi tanda pada teks puisi. Misalnya garis miring tunggal (/) untuk menandai jeda sejenak. Garis miring ganda (//) untuk membandai jeda lebih lama. Garis lengkung ke atas berarti dibaca meninggi. Garis lengkung ke bawah dibaca menurun. Garis datar dibaca mendatar. 

Contoh:

Guruku

(karya Turiyo Ragilputra)


Ketika embun masih menetes

kabut menyelimuti jalan berdebu

kau kayuh sepeda tuamu


Berkereotan suara pedal

bergemeratakan pula suara rantai

bersusulan dengan napasmu yang memburu

sebab kau takut mencuri waktu


“Selamat pagi, Pak Guru,” sambut kami semua

berebutan kami berjabat tangan dan menuntunkan sepeda

“Selamat pagi, anak-anakku,” jawabnya tulus

sambil melap keringat dengan sapu tangan

yang membasahi sekujur badan


Guruku, kaulah pahlawan pujaan

lentera abadi di kegelapan

(Surat Perdamaian, 2011: 68)

b. Saat pembacaan

Pada saat pembacaan, ciptakan agar suasana kelas hening. Tidak ada peserta didik saling berbicara. Tekankan kepada peserta didik agar dapat memberi penghargaan kepada teman yang sedang membaca puisi, misalnya dengan tepuk tangan atau komentar bernada pujian.

c. Setelah pembacaan

Setelah pembacaan puisi, guru perlu memberi komentar-komentar yang bersifat pencerahan. Berilah saran kepada peserta didik, bagian-bagian mana dari puisi yang pembacaannya perlu diperbaiki. Tidak kalah adalah menanamkan apresiasi pada pribadi siswa agar dapat menghargai karya sastra, dalam hal ini puisi. Sebab di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2017/2018 disebutkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran sastra adalah menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.


E. Penutup

Demikianlah uraian singkat tentang bagaimana membaca puisi karya sendiri. Di atas semua itu, sebenarnya pembelajaran membaca puisi merupakan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada guru untuk mengeksploitasi kemampuan dan kreativitas. Apa yang telah dikemukakan hanyalah salah satu cara dari banyak cara yang belum ditemukan. Semoga melalui kegiatan KKG, ditemukan banyak teknik/strategi/pendekatan yang lebih menarik minat dan perhatian siswa sehingga pembelajaran membaca puisi karya sendiri dapat berhasil dengan memuaskan.***

Daftar Pustaka

Badudu, J.S. 1984. Sari Kesusastraan Indonesia 2. Bandung: Pustaka Prima

Baribin, Ny. Raminah. 1990. Teori dan Apresiasi Puisi. Semarang: IKIP Semarang Press

Damono, Sapardi Djoko. 1983. Perahu Kertas. Jakarta: Balai Pustaka

Hartoko, Dick. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia

Hutomo, Suripan Sadi. 1997. Ziarah ke Dunia Penyair. Malang: Yayasan Mitra Alam Sejati (MIAS)

Ismail, Taufik. 2003. Penulisan Puisi (Modul Pegangan Peseta Diklat Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra MMAS) pada Bagian Proyek Peningkatan Perpustakaan Sekolah dan Pelajaran Sastra Jakarta)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar/Madrasah Ibdidaiyah 2007/2008. 2007. Kebumen: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori dan Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Pradopo, Rahmat Djoko. 2006. Mitos Kentut Semar. Yogyakarta: Poetindo

Ragilputra, Turiyo. 2011. Surat Perdamaian (Kumpulan Puisi). Surabaya: Iravi Jaya

Simatupang, Iwan. 1993. Ziarah Malam, Sajak-sajak 1952 – 1967. Jakarta: Grasindo

Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga

Pembaca yang budiman, jika Anda merasa bahwa artikel di blog ini bermanfaat, silakan bagikan ke media sosial lewat tombol share di bawah ini:
 
About - Contact Us - Sitemap - Disclaimer - Privacy Policy
Back To Top