Renungan Bagi Anak Kelas 12, 11, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1

Renungan Bagi Anak Kelas 12, 11, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1
“Ibu .. namamu aku raba, benarkah ini engkau, dan benarkah engkau satu-satunya yang menjadi orang tuaku. Ibu .. usiamu kini aku tak tahu, karena tak pernah ku hafal ‘kapan engkau terlahir. Ibu .. sedikit wajahmu terlihat keriput, pertanda mulai renta dan semangatmu yang dulu, nantinya akan berkurang, namun bagiku engkaulah segalanya. Ibu .. saat aku dalam kandungan, kau terus menjaga, menjaga tuk tidak lahir sebelum waktu. Rasa sayang kau berikan, kau tunjukan dengan mengelus-elus seraya berdoa selamat. Ibu .. saat aku dalam rahim pula, engkau tiap hari merasakan beban. Berat dan begitu berat, yang sesekali tak nyaman, sakit, namun tak pernah kau hirau. Tidur tak nyenyak, makan tak enak, semata demi menjagaku. Oooh ibu .. saat aku menangis terlahir, betapa sakit engkau rasa dan aku hanya menangis, menangis dan menangis tanpa menghirau sakit yang kau rasa.
Renungan Bagi Anak Kelas 12, 11, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1
Ibu .. aku terlahir, kini aku mulai menikmati hidup baru, hidup di dunia terang, dunia fana, atau dunia penuh problema. Terlahirnya aku, selain bahagia menyertai, bertambah pula tugas beratmu  merawat penuh ikhlas, memeluk, menyusui, memandikan, mengenakan baju, menyuap nasi, mengajari bicara, menyanyi, mengajari jalan, semua semata untukku, hingga aku remajapun engkau selalu membimbing, membina, membela, dengan rasa nyaman, “rasa tulus kau curahkan untukku, begitu besar tak terkira dan karena itulah mengapa engkau aku sebut matahari, langit serta bumi. Ibu ..kini aku sedang menghadapi beban hidup terkira ringan yaitu beban Ujian. Beban ini ringan, dibanding beban berat engkau merawatku. Pada beban ini, andai nilai ujianku jelek, dan aku tak bisa masuk sekolah favorit, maka akulah anakmu pertama, yang tidak bisa membahagiakan, membangggakanmu, Oooh Ibu .. aku tak ingin itu terjadi. Aku akan berusaha membahagiakanmu karena engkau segalanya. Akanku perajin belajar penuh antusias, demi nilai ujian, demi bisa masuk SMP favorit. Namun bila aku tak bisa, akulah anak yang benar menyakitimu, menyakiti pengorbananmu, yang merawatku semenjak kecil hingga remaja kini. Ibu .. aku tak ingin durhaka, dan menyakiti hatimu mendapat nilai ujian jelek.

Ayah .. kini namamu pun aku raba, engkau juga aku sebut orang tua, tugas muliamu tak jauh beda dengan ibu. Saat aku dalam rahim sampai remaja kini, engkau selalu setia berbagi tawa, canda, nyaman, pengayoman tuk keluarga termasuk aku anakmu. Ototmu yang besar, tubuhmu yang perkasa, tenagamu yang kuat, semua tercurah mencari kebutuhan perawatan sehat, pakaian, makan, tempat tinggal serta kebutuhan lain dan kau pikul sendiri. Ayah .. apakah aku bisa membahagiakanmu dengan meraih nilai ujian baik, atau aku akan menjadi bebanmu terus yang di awali “dengan nilai jelek pada Ujianku. Ayah .. aku tak ingin itu terjadi, aku akan semangat belajar, belajar dan belajar.

Ayah .. ibu … doakan aku sukses, hingga bisa membahagiakanmu, Amiiiiin.
Ya Allah Tuhanku, kabulkan permintaanku, kabulkan permohonanku, kabulkan doa ayah ibuku, untukku bisa membahagiakan mereka. Ya Allah ya Tuhanku, kabulkanlah semua kebaikan itu, Amiiin amiin ya robbal alamin.

Ayah, Ibu aku akan berjuang sekuat tenaga untuk kesuksesan
mendapat nilai ujian baik dan bisa masuk SMP favorit

Renungan Kelas 11, 10, 8, 7, 5, 4, 3, 2, 1
“Ibu .. namamu aku raba, benarkah ini engkau, dan benarkah engkau satu-satunya yang menjadi orang tuaku. Ibu .. usiamu kini aku tak tahu, karena tak pernah ku hafal ‘kapan engkau terlahir. Ibu .. sedikit wajahmu terlihat keriput, pertanda mulai renta dan semangatmu yang dulu, nantinya akan berkurang, namun bagiku engkaulah segalanya. Ibu .. saat aku dalam kandungan, kau terus menjaga, menjaga tuk tidak lahir sebelum waktu. Rasa sayang kau berikan, kau tunjukan dengan mengelus-elus seraya berdoa selamat. Ibu .. saat aku dalam rahim pula, engkau tiap hari merasakan beban. Berat dan begitu berat, yang sesekali tak nyaman, sakit, namun tak pernah kau hirau. Tidur tak nyenyak, makan tak enak, semata demi menjagaku. Oooh ibu .. saat aku menangis terlahir, betapa sakit engkau rasa dan aku hanya menangis, menangis dan menangis tanpa menghirau sakit yang kau rasa.

Ibu .. aku terlahir, kini aku mulai menikmati hidup baru, hidup di dunia terang, dunia fana, atau dunia penuh problema. Terlahirnya aku, selain bahagia menyertai, bertambah pula tugas beratmu  merawat penuh ikhlas, memeluk, menyusui, memandikan, mengenakan baju, menyuap nasi, mengajari bicara, menyanyi, mengajari jalan, semua semata untukku, hingga aku remajapun engkau selalu membimbing, membina, membela, dengan rasa nyaman, “rasa tulus kau curahkan untukku, begitu besar tak terkira dan karena itulah mengapa engkau aku sebut matahari, langit serta bumi. Ibu ..kini aku sedang menghadapi beban hidup terkira ringan yaitu beban Ulangan Semester. Beban ini ringan, dibanding beban berat engkau merawatku. Pada beban ini, andai nilaiku jelek, dan Nilaiku di bawah KKM, maka akulah anakmu pertama, yang tidak bisa membahagiakan, membangggakanmu, Oooh Ibu .. aku tak ingin itu terjadi. Aku akan berusaha membahagiakanmu karena engkau segalanya. Akanku perajin belajar penuh antusias, demi nilai yang baik serta memuaskan, Sehingga aku bisa naik kelas nantinya. Namun bila aku tak bisa, akulah anak yang benar menyakitimu, menyakiti pengorbananmu, yang merawatku semenjak kecil hingga remaja kini. Ibu .. aku tak ingin durhaka, dan menyakiti hatimu mendapat nilai ujian jelek.

Ayah .. kini namamu pun aku raba, engkau juga aku sebut orang tua, tugas muliamu tak jauh beda dengan ibu. Saat aku dalam rahim sampai remaja kini, engkau selalu setia berbagi tawa, canda, nyaman, pengayoman tuk keluarga termasuk aku anakmu. Ototmu yang besar, tubuhmu yang perkasa, tenagamu yang kuat, semua tercurah mencari kebutuhan perawatan sehat, pakaian, makan, tempat tinggal serta kebutuhan lain dan kau pikul sendiri. Ayah .. apakah aku bisa membahagiakanmu dengan meraih nilai ujian baik, atau aku akan menjadi bebanmu terus yang di awali “dengan nilai jelek pada Ujianku. Ayah .. aku tak ingin itu terjadi, aku akan semangat belajar, belajar dan belajar.

Ayah .. ibu … doakan aku sukses, hingga bisa membahagiakanmu, Amiiiiin.
Ya Allah Tuhanku, kabulkan permintaanku, kabulkan permohonanku, kabulkan doa ayah ibuku, untukku bisa membahagiakan mereka. Ya Allah ya Tuhanku, kabulkanlah semua kebaikan itu, Amiiin amiin ya robbal alamin.

Ayah, Ibu aku akan berjuang sekuat tenaga untuk kesuksesan
mendapat nilai baik baik dan bisa naik kelas nantinya

Pembaca yang budiman, jika Anda merasa bahwa artikel di blog ini bermanfaat, silakan bagikan ke media sosial lewat tombol share di bawah ini:
 
About - Contact Us - Sitemap - Disclaimer - Privacy Policy
Back To Top