Contoh PTK IPA Kelas 6 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Konduktor dan Isolator Dengan Penerapan Metode Percobaan pada Siswa Sekolah Dasar/Madrasah

Contoh PTK IPA Kelas 6 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Konduktor dan Isolator Dengan Penerapan Metode Percobaan pada Siswa Sekolah Dasar/Madrasah

Contents [Show Up]
Contoh PTK IPA Kelas 6 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Konduktor dan Isolator Dengan Penerapan Metode Percobaan pada Siswa Sekolah Dasar/Madrasah
ABSTRAK Angel, itya.  2019. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Konduktor dan Isolator Dengan Penerapan Metode Percobaan pada Siswa Sekolah Dasar
Kata kunci : Konduktor , Isolator, Percobaan dan Diskusi.
Contoh PTK IPA Kelas 6 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Konduktor dan Isolator Dengan Penerapan Metode Percobaan pada Siswa Sekolah Dasar/Madrasah
Hasil belajar siswa kelas 6 Sekolah Dasar/Madrasah pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang diperoleh selama ini masih rendah, terlihat dari hasil yang diperoleh dengan rata-rata nilai 52,40. ini berada dibawah KKM yang harus dicapainya, yaitu 64,00 Rendahnya hasil belajar ini karena selama ini belum ada metode yang cocok untuk mengajarakan materi tersebut. Untuk meningkatkan hasil belajar tersebut perlu dipergunakan metode tertentu, maka peneliti melakukan pembelajaran dengan menerapkaaan metode percobaan pada materi benda konduktor dan isolator yaitu mencoba benda-benda yang dikenal anak, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Pada penerapan metode percobaan ini siswa dan guru mempersiapkan alat-alat berupa kompor, panci untuk  melakukan percobaan benda-benda yang biasa digunakan pada kehidupan sehari- hari, diletakkan pada baskom yang diberi air lalu dipanaskan di atas api, dan benda-benda yang akan diuji disusun berdiri dengan salah satu ujungnya terendam dalam air panas tersebut, dan ujung satunya dituangi mentega padat yang atasnya dibubuhi kacang kedelai, dalam waktu tertentu, mana yang paling cepat dapat menjatuhkan kacang kedelai tersebut,sehingga siswa menjadi tahu mana benda yang dapat menghantarkan panas paling baik dan mana yang kurang baik.

Hasil penelitian pembelajaran dengan penerapan metode percobaan  menunjukkan bahwa pada akhir siklus I, setelah melakukan percobaan langsung, diketahui sebagian besar siswa (78%) terampil mempraktikkan percobaan tentang konduktor dan isolator dengan hasil belajar yang diperolehnya tuntas. Pada akhir siklus 2, setelah mempraktikkan percobaan tentang konduktor dan isolator secara individual, hampir semua siswa (87,5%) dapat memperoleh hasil belajar mencapai nilai ketuntasan (KKM). Ternyata percobaan dengan menyajikan benda langsung yang ditemui siswa, mampu membuat suasana pembelajaran lebih menarik dan meningkatkan keterampilan siswa serta hasil belajar siswa dapat  meningkat.


DAFTAR ISI

ABSTRAK............................. iii
KATA PENGANTAR................................................ viii
DAFTAR ISI................................................................................   ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah       1
1.2 Identifikasi Masalah...       3
1.3 Pembetasan Masalah.       4
1.4 Rumusan Masalah       5
1.5 Tujuan Penelitian.       6
1.6 Manfaat Penelitian       6
II. KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori.. .       7
2.2 Kajian Hasil Hasil Penelitian yang relevan..      11
2.3 Kerangka Berfikir.      12
2.4 Hipotesis Penelitian..      13
III. METODE PENELITIAN.
3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelotian      13    
3.2 Prosedur Penelitian      14
3.3 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data.      15
3.4 Indikator Kinerja.      27
3.5 Analisis/ Implementasi Data Penelitian.      28
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kondisi Awal.       40
4.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I.       42
4.3 Pelaksanaan Tindakan Siklus II..       36
4.4 Hasil Analisis Data.       43
4.5 Pembahasan.       45
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 48
Saran 49
DAFTAR PUSTAKA 50
Lampiran- lampiran. 51

DAFTAR TABEL

1. Tabel Alokasi Waktu......................................................... 14
2. Tabel Jadwal.......................................................... 17
3. Tabel Nilai Tes Awal............................................... 28
4. Tabel Hasil Belajar Siklus I....................................... 32
5. Tabel Rentang Nilai Siklus I....................................... 34
6. Tabel Nilai Siklus II......................................................... 37
7. Tabel Rentang Nilai Siklus II..................................... 37
8. Tabel Rata-rata Pra, Siklus I,dan Siklus II.................... 39

DAFTAR     GAMBAR

1. Diagram Kondisi Awal.......................................... 27
2. Rentang Nilai Awal................................................ 28
3. Siklus I................................................................... 32
4. Perbandingan Pra Siklus, Siklus I.............................. 33
5. Nilai Siklus.................................................................. 38
6. Rentang Siklus II................................................... 43
7. Perkembangan Nilai Pra, Siklus I,dan Siklus II.... 48

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah :
      Pembangunan dibidang pendidikan merupakan upaya yang positif untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, sehingga memungkinkan para warganya untuk mengembangkan diri melalui pendidikan.

Di dalam proses belajar mengajar diasumsikan terjadi situasi atau kegiatan tertentu yang menyebabkan guru dan siswa menjadi aktif dan kreatif. Adapun asumsi-asumsi tersebut adalah (1) Bahwa proses pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem; (2) Bahwa dalam proses pembelajaran harus terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru; (3) Bahwa proses pembelajaran lebih efektif apabila menggunakan metode dan teknik yang tepat; (4) Bahwa pembelajaran harus melihat pentingnya proses dan produk secara seimbang; (5) Bahwa inti proses pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa secara optimal (Sriyono, 1992 : 11-12).
      Upaya tersebut harus selalu ditingkatkan dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu . untuk  mewujudkan kualitas pendidikan diperlukan kerja sama antar berbagai komponen pendidikan yang meliputi pendidik, peserta didik, kurikulum, sarana dan prasarana yang ada. Di antara komponen tersebut pendidik dan peserta didik merupakan komponen yang sangat penting peranannya dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas.

Sebagai pendidik saya merasa telah berusaha melaksanakan memotivasi, mengarahkan, merangsang peserta didik agar dapat mencapai keberhasilan dalam belajarnya, terutama dengan ceramah-ceramah yang baik dalam pembelajaran, namun ternyata saya melihat hasil yang dicapai masih sangat jauh dari harapan. Dari siswa yang berjumlah 24 pada siswa kelas VI SD Negeri2 Kuwayuhan Kecamatan ........... Kabupaten ..........., yang terdiri dari siswa perempuan sebanyak 10 siswa dan laki-lakinya sejumlah 14 siswa, hanya 10% yang memperoleh nilai 6,5. Nilai ini dapat penulis buktikan dari hasil nilai akhir pembelajaran yang terakhir dan beberapa nilai PR yang diberikan sebelumnya.

Di dalam Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang dibuat oleh Kepala Sekolah, Guru dan Komite Sekolah terdapat Standar Ketuntasan Mengajar (SKM) yang harus dicapai. Demikian juga di dalam Standar Kelulusan yang ditentukan oleh Kepala Sekolah dan Guru menjadi pemacu bagi guru untuk mencapainya. Dan tentunya yang tidak kalah pentingnya adalah hasil ujian yang berstandar Nasional.
Mengapa guru perlu memberikan pengalaman langsung dalam menyampaikan materi tersebut dalam proses pembelajarannya? Ini dikarenakan setelah penulis lihat hasil belajar sangatlah jauh dari yang penulis harapkan, mungkin karena selama ini pembelajaran disampaikan secara monoton, atau searah, tentu akan membosankan bagi siswa dan membuat tidak bergairah untuk memperhatikan, jadi sebenarnya sia-sialah waktu kita, namun dengan pembelajaran langsung mempraktekkan sesuatu, yang sesuai dengan hal-hal yang ditemui siswa, saya berhrap dan merasa optimis dapat memberikan rasa tertarik pada anak dan memperoleh pengalaman berkesan inilah yang dapat memberikan penguatan pada siswa sehingga lebih berhasil terhadap pembelajaran tersebut.

Karena keberhasilan belajar siswa merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran
Bertolak dari kondisi awal yang seperti tersebut di atas penulis tergerak untuk mengadakan pembenahan pembelajaran dalam rangka meningkatkan pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar IPA dengan materi konduktor dan Isolator panas melalui pengalaman langsung siswa dengan mengadakan percobaan dan pengamatan langsung.

Memang selama ini pembelajaran yang dilakukan menunjukkan bahwa siswa kurang bergairah dalam pembelajaran IPA, juga karena  dalam proses pembelajarannya guru terlalu berusaha mengejar materi yang harus dikuasai siswanya, sehingga dalam kegiatan belajar mengajarnya siswa hanya cenderung diberi tugas menghafal, dalam arti penguasaan ranah kognitif yang banyak diutamakan, sementara ranah- ranah lainnya hampir tak tersentuh, sehingga kondisi seperti ini membuat siswa menjadi terlihat  pasif, merasa tertekan dan kurang menyenangkan sehingga berdampak pada hasil belajar yang menurun dan mudah hilang dalam ingatannya.
 
B. Identifikasi Masalah .
      Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pembelajaran yang sangat erat dengan pembelajaran dengan lingkungan sebagai media utamanya, namun ternyata tidak semudah kita mengenal lingkungan, masalah dalam pembelajarannya ternyata banyak muncul, bahkan terlihat seolah suatu pembelajaran yang sangat sulit, sesuatu yang sulit dipahami, .Hal ini bisa dikarenakan berbagai macam faktornya.
      Kondisi limgkungan yang merupakan lingkungan industri dengan sebagian besar penduduknya sebagai buruh pabrik

      Pada dasarnya selaku seorang guru saya sudah berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang konduktor dan isolator ini dengan metode ceramah dan tanyajawab, namun hasil yang dicapai siswa sangat tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan. Maka dari sinilah penulis mengidentifikasi masalahnya sebagai berikut : “Upaya Mengoptimalkan  Hasil Belajar Siswa Tentang Perbedaan Konduktor dan Isolator Pada Mata Pelajaran IPA Melalui  Metode Percobaan” untuk memperoleh Pengalaman langsung bagi Siswa Kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah Kecamatan ........... Kabupaten ........... Semester satu Tahun Ajaran 2018/2019”.

C. Rumusan Masalah.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut: “bagaimana  mengoptimalkan hasil belajar IPA di Kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah tentang perbedaan konduktor dan isolator menggunakan metode percobaan?

D. Pembatasan Masalah.
Dari latar belakang dan Identifikasi masalah yang telah ditemukan, maka penelitian ini dibatasi pada penerapan metode percobaan benda-benda yang terdapat di sekitar kita untuk meningkatkan Hasil Belajar siswa Mata Pelajaran IPA  Materi konduktor dan isolator kelas VI Semester satu Tahun Ajaran 2018/2019.   
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA, khususnya materi konduktor dan isolator panas dengan menerapkan metode percobaan, bagi siswa Kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah Kecamatan ........... Kabupaten ........... Semester satu Tahun Ajaran 2018/2019.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang peningkatan hasil belajar IPA Materi Konduktor dan Isolator panas melalui Pengalaman langsung dengan percobaan bagi Siswa Kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah Semester satu Tahun Ajaran 2018/2019.
b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya
2. Manfaat Praktis
Manfaat Praktis bagi Siswa:
1) Meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA bagi Siswa Kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah Kecamatan ........... Kabupaten ........... Semester satu melalui percobaan.
2) Pembelajaran akan lebih menarik karena berlangsung dalam situasi membuat siswa penasaran dan menyenangkan,
3) Menumbuhkan minat siswa untuk berperan aktif sebagai pelaku utama pembelajaran dengan suasana yang gembira, sehingga siswa aktif dan serius dalam mempelajari dan mudah memahami konsep yang diberikan guru.
Manfaat Praktis bagi Guru.
1. Membantu guru memperoleh  pengalaman baru dan lebih mendalam dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi konduktor dan isolator
2. Membantu guru bagaimana guru harus memilih media dan model pembelajaran secara tepat.
3. Merefleksi diri untuk peningkatan hasil belajar siswa.
Manfaat Praktis Bagi sekolah.
a. Sebagai sarana dan motivasi guru lain untuk mau memanfaatkan lingkungan yang tersedia di sekitar sekolah atau dirumah untuk sarana pembelajaran.
b. Sebagai pembanding keberhasilan belajarnya, sehingga langkah penggunaan alat peraga yang menarik akan ditiru, demi keberhasilan hasil belajar siswa
c. Menjadikan nama baik sekolah lebih baik, atas keberhasilan hasil belajar yang dicapai siswa.
Manfaat bagi Perpustakaan Sekolah
Bagi perpustakaan sekolah semoga penelitian ini dapat menambah perbendaharaan buku yang sekiranya dapat memberikan kontribusi

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Hakikat Belajar
Menurut Hilgard dan Brower mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktifitas, praktek dan pengalaman.
Hakekat proses belajar bertitik tolak dari suatu konsep bahwa belajar merupakan perubahan perbuatan melalui aktifitas, praktik dan pengalaman. Dua faktor utama yang menentukan proses belajar adalah hereditas dan lingkungan dan lingkungan. Heriditas adalah bawaan sejak lahir seperti bakat, abilitas dan intelegensi, sedangkan aspek lingkungan yang paling berpengaruh adalah orang dewasa sebagai unsur Indonesia yang menciptakan lingkungan, yakni guru  dan orang tua. Faktor lainnya adalah aspek jasmaniah seperti penglihatan, pendengaran, bio kimia, susunan saraf dan respons individu terhadap perangsang dengan berbagai kekuatan dan tujuannya.
Kategori belajar terdiri atas ketrampilan sensori motor yakni tindakan yang bersifat otomatis, belajar asosiasi, yakni hubungan antara urutan kata dan obyek, ketrampilan. Pengamatan motoris, yakni gabungan antara belajar sensomotoris dengan belajar asosiasi, belajar konseptual, yakni gambaran mental secara umum dan abstrak tentang situasi dan kondisi, belajar cita-cita dan sikap dan belajar memecahkan masalah yang menuntut kemampuan memanipulasi ide-ide yang abstrak. ( Oemar Hamalik : 1992 ; 45-55).
Adapun arti belajar secara umum adalah sebagai proses perubahan perilaku, akibat dari interaksi individu dengan lingkungan.
Perilaku di sini mengandung pengertian yang luas yaitu mencakup pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan sebagainya.Setiap perilaku ada yang nampak/bisa diamati yang disebut “Behavioral Performance” dan yang tidak bisa diamati disebut “Kecendrungan perilaku atau behavioral tendency”.Pengetahuan, pemahaman, ketrampilan sikap dan sebagainya yang dimiliki seseorang tidak dapat diidentifikasi karena ini merupakan kecenderungan perilaku saja, tetapi dapat diukur dari penampilan (Behavioral Performance). Penampilan ini dapat berupa kemampuan mejelaskan, menyebutkan sesuatu atau melakukan perbuatan (De Decco dan Crawford, 1997 : 178).
Prinsip umum tentang belajar adalah : (1) Bahwa proses belajar adalah kompleks namun terorganisasi (2) Diperlukan motivasi, (3) Belajar berlangsung dari yang sederhana meningkat kepada yang kompleks, (4) Belajar melibatkan proses pembedaan dan penggeneralisasian berbagai respon.

2. Hakikat Pembelajaran IPA.
Pembelajaran mata pelajaran IPA adalah  salahsatu mata pelajaran yang sangat penting, karena didalamnya sarat akan pengetahuan yang perlu pembuktian dan juga sangat erat sekali dengan kehidupan sehari-hari siswa, selain merupakan mata pelajaran pengenalan lingkungan, secara sederhana maupun yang semakin meluas ke arah yang lebih kompleks, sesuai dengan meningkatnya perkembangan zaman yang  semakin canggih ini, justru penggalian dari mata pelajaran ini sangatlah populer. Sesuai dengan kedudukan Ilmu Pengetahuan Alam, merupakan ilmu yang sangat erat langsung berhubungan dengan alam, maka di dalamnya, mempunyai fungsi menggali, memahami keadaan alam ini sehingga manusia dapat berperilaku yang tepat terhadap alam ini, dengan sikap-sikap ilmiah yang dapat dilakukannya.Sebagaimana yang disampaikan oleh Leo Sutrisno, Hery Kresnadi (200) beliau menyatakan, “ IPA itu apa?” . Secara ringkas dapat dikatakan IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi, IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul).
      Dalam IPA, belajar meliputi tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam ketrampilan, dan cita-cita. Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya penguasaan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lengkap. Rosalin Driver (1982) menyatakan bahwa kontribusi pendidikan IPA, menurut kacamata konstruktivis, adalah pengembangan serangkaian makna personal untuk memahami kejadian sehari-hari dan pengalamannya. Dasar dari teori konstruktivisme psikologi kognitif berfokus pada perolehan pengetahuan (acquisition of knowledge) (Schnell, 1986). Belajar dipandang sebagai suatu proses aktif (Millar dan Driver, 1987) dalam mengkonstruksi makna melalui interaksi dengan lingkungan sekitar (Driver dan Bell, 1986; Clough dan Driver, 1986) dengan cara menghubungkan pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (Driver dan Bell, 1986). Murid SD masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan serta masih dalam taraf berpikir konkrit (operasional konkrit) menurut Jean Peaget, maka perlu bantuan atau bimbingan guru.Demikian pula guru dalam memberikan bimbingan belajar mengupayakan adanya media atau alat peraga agar mudah dipahami siswa baik dalam mengajar perorangan maupun kelompok kecil
3   Metode Percobaan/ Eksperimen 
- Pengertian Metode Percobaan/ Eksperimen
      Metode Eksperimen adalah Metode atau cara di mana guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.
Sedangkan menurut Ramayulis, dalam bukunya “Metodologi pendidikan agama Islam” mendefinisikan bahwa Metode Eksperimen ialah suatu metode mengajar yang di lakukan murid untuk melakukan percobaan-percobaan pada mata pelajaran tertentu. Menurut Zakiyah Daradjat, Metode Eksperimen.1998. Sumber dari Web, tidak, beliau hanya mengatakan bahwa Metode Eksperimen adalah percobaan yang biasanya di lakukan dalam mata pelajaran tertentu.
- Pentingnya Metode Eksperimen/ percobaan adalah:
1. Murid dapat membuktikan kebenaran riil dari teori-teori hukum yang berlaku
2. Diharapkan dengan metode ini murid dapat kepuasan dari hasil belajarnya
- Pelaksanaan Metode Eksperimen/ percobaan.
Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang di butuhkan Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen, siswa terlebih dahulu di berikan penjelasan dan petunjuk-petunjuk seperlunya, Lakukan pengelompokan untuk melakukan percobaan yang telah di rencanakan bila hasilnya belum memuaskan dapat di ulangi lagi untuk membuktikn kebenaranya, selanjutnya melaporkan hasil percobaanya secara tertulis.
- Langkah- langkah Percobaan
1. Mempersiapkan alat- alat yang berupa: kompor minyak atau kompor gas.
2. Mempersiapkan bahan-bahan yang akan diujikan misalnya: stik bambu, stik kayu, kawat, sendok stainless steel, sendok sayur, sutil, baskom,wajan aluminium, piring seng, piring kaca/ duralek, gunting yang bertangkai palstik, gunting yang tidak bertangkai bahan isolator, pisau, irus tempurung kelapa, kain lenan, sendok melamin, dll.
3. Letakkan baskom diatas kompor kemudian isilah baskom/ wajan dengan air + 2gelas , kemudian susunlah benda-benda seperti sendok, plastik, sendok stainless steel, stik bambu, stik kayu, stik melamin, kawat, sedotan plasti, yang ujungnya terendam air tersebut dalam posisi berdiri, usahakan tidak roboh kedalam air, kemudian dengan jarak yang sama, masing-masing dibubuhi mentega yang ditempeli kacang kedelai.
4. Persiapkan jam dinding pada tempat yang mudah terlihat untuk melihat lamanya waktu yang dibutuhkan
5. Nyalakan kompor dalam waktu 5 menit, kemudian amati apa yang terjadi,
6. Diskusikan dalam kelompok untuk mengambil kesimpulan, membuat laporan dan melaporkan hasilnya pada kelompok lain.
7. Ulang kegiatan tersebut dengan mencoba benda-benda yang lainnya yang berada di sekitar kita atau benda- benda yang sering kita temui dalam kehidupan sehari- hari.sehingga diharapkan siswa dengan  indranya terlibat langsung dalam pengalaman tersebut sehingga memungkinkan siswa lebih terkesan.

B. Hasil Belajar I PA tentang Konduktor dan Isolator.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar  siswa dipengaruhi oleh : Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar)  yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, dan tanggapan,   Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).dengan  diciptakan sistem lingkungan belajar yang kondusif.yaitu, mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap. sedangkan Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. (Nana Sudjana, 1989:111)

C. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
  Dale mengatakan pengalaman itu mempunyai dua belas tingkatan.Tingkatan yang paling tinggi nilainya adalah pengalaman yang paling konkrit.Dale membuat klasifikasi dengan menggambarkan dalam bentuk sebuah kerucut.Dia menamakan ini dengan “Kerucut Pengalaman atau the Cone of Experiences”.
….. SPD, Sabtu, 17 Oktober 2018 menyampaikan Refleksinya yang berjudul: Hasil Penelitian Tindakan Kelas Pada Pelajaran IPA di SD
PENGGUNAAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE)
PADA PEMBELAJARAN IPA KONSEP KONDUKTOR DAN
ISOLATOR PANAS DI KELAS VI SD
di SD Negeri ........... kecamatan Arcamanik Kota Bandung
       Hasil penelitian ini adalah (1) semua tahapan model siklus belajar dapat dilalui dengan baik oleh siswa, dimana materi pada siklus I, II dan III disajikan dalam bentuk percobaan dan pengamatan terhadap benda-benda yang bersifat konduktor dan isolator panas; (2) aktivitas siswa seperti kerjasama, melakukan percobaan, pengamatan, mengkomunikasikan, dan menjawab pertanyaan pada siklus I mulai tampak. Aktivitas siswa terlihat bersemangat ketika memanipulasi alat peraga pada siklus II dan III, siswa sudah bisa mengungkapkan ide atau pendapatnya dalam diskusi; (3) hasil belajar siswa pada konsep konduktor dan isolator panas dengan menggunakan model siklus belajar menjadi lebih meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perolehan rata-rata ( ) siklus I yang mencapai 75,78; ( ) siklus II adalah 89,47; ( ) siklus III adalah 93,33. Dengan demikian penggunaan model siklus belajar memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pengetahuan awal yang dimiliki, serta dapat meningkat aktivitas siswa seperti, kerjasama, melakukan percobaan, pengamatan dan mengkomunikasikan hasil belajar baik secara lisan maupun tertulis. Karena pembelajaran yang dilaksanakan melalui percobaan-percobaan dengan menggunakan media pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar siswa terhadap suatu konsep dengan optimal.Disarikan oleh ……., S.Pd. di 12:06 

D. Kerangka berpikir
Berdasarkan analisis penulis, mengenai usaha peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang konduktor dan isolator bagi siswa kelas VI semester satu tahun 2018/ 2019, dengan menggunakan  metode percobaan diduga dapat menjawab harapan ini.
Hal ini didasarkan atas skema kerangka berfikir sebagai berikut:
Kerangka Berfikir Contoh PTK IPA Kelas 6 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Konduktor dan Isolator Dengan Penerapan Metode Percobaan pada Siswa Sekolah Dasar/Madrasah
Gambar 1.
 Kerangka Berfikir
E. Hipotesis Tindakan.
Pada penelitian ini berdasarkan kajian teoritis yang telah penulis uraikan di depan maka dapat ditarik hipotesis tindakannya adalah sebagai berikut : “Melalui metode percobaan dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang benda konduktor dan Isolator dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari bagi siswa Kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah Kecamatan ........... Kabupaten ........... pada Semester satu Tahun Ajaran 2018/2019.

BAB III
METODE PENELITIAN

a. Setting  dan karakteristik Penelitian.
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan ketiga Semester satu Tahun Pelajaran 2018/2019. tepatnya dimulai dari persiapan yaitu menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan pada bulan ketiga tanggal 20-30 September 2018 dalam Semester satu ini, kemudian Penyusunan Instrument Penelitian Tindakan Tindakan Kelas dilakukan pada bulan keempat tanggal 10-20 Oktober 2018.
Pengumpulan Data/ Pelaksanaan tindakan, tanggal 8 November, 11dan 14 November 2018.Pada bulan kelima tanggal 13 - 27 November 2018 untuk Analisis Data dan pada bulan keenam tanggal 5-10 Desember 2018 untuk Pembahasan dan Laporan Hasil Penelitian.
Penyusunan waktu penelitian dapat kita lihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1
Alokasi Waktu Penelitian
No Uraian Kegiatan Bulan(Semester I)
1 2 3 4 5 6
1 Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas - -
2 Menyusun Instrumen Penelitian Tindakan Kelas
3 Mengumpulkan data melalui Penelitian Tindakan Kelas
4 Menganalisis Data
5 Pembahasan dan Laporan Hasil Penelitian

Pengumpulan data/pelaksanaan tindakan ini guru laksanakan pada bulan keempat pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019 sebab : (1) Merupakan waktu yang tepat bagi peneliti untuk melaksanakan tindakan kelas/pengumpulan data sesuai dengan alokasi waktu yang ada pada syllabus mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang benda konduktor dan isolator, (2) Karena di dalam bulan ketiga tindakan kelas yang menyusun proposal penelitian yang tentunya memakan waktu yang cukup untuk segala persiapannya, (3) Di dalam bulan keempat guru gunakan untuk menyusun instrument penelitian tindakan kelas. Segala sesuatu perlu persiapan yang matang apabila menginginkan hasil yang maksimal. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan keempat karena sesui dengan jadwal kegiatan pembelajaran tersebut.
2. Tempat Penelitian 
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah, ........... , ........... pada jam mata pelajaran IPA.
Seminggu 2x pertemuan dengan alokasi waktu  2 jam pelajaran. Jumlah siswa 24 siswa dengan tingkat intelegensi yang berbeda.
Kabupaten ........... terdiri dari dua puluh enam kecamatan.Kecamatan ........... termasuk salah satu kecamatan yang ada didalamnya.Ratusan jumlah sekolah dasar yang ada di Kabupaten ........... ini. Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan ........... ini saja jumlahnya mencapai 35 (tiga puluh lima) Sekolah Dasar Negeri dan swasta termasuk Madrasah Ibtidaiyah. Peneliti mengira mungkin di semua sekolah dapat ditemukan masalah yang hampir sama dengan yang ditemukan di Sekolah Dasar/Madrasah, namun rasanya tidak mungkin kalau peneliti mengadakan penelitian di sekolah-sekolah lain selain Sekolah Dasar/Madrasah karena peneliti tempat tugas kesehariannya di Sekolah Dasar/Madrasah sebagai Guru Kelas VI. dan yang jelas masalah yang sedang kami hadapi berada di kelas itu yaitu Kelas VSekolah Dasar/Madrasah Kecamatan ............ 
3. Subjek Penelitian
Di dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitiannya adalah siswa Sekolah Dasar/Madrasah Kecamatan ........... Kabupaten ........... Kelas VI yang berjumlah 24 (dua puluh empat) siswa terdiri dari laki-laki berjumlah 14 dan perempuannya sejumlah 10 siswa.
Latar belakang orang tua siswa dapat dikatakan 99% terdiri dari kalangan ekonomi menengah ke bawah dan juga latar belakang pendidikannya sebagian besar SLTA ke bawah pula.Bahkan banyak yang latar belakang pendidikannya SLTP ke bawah. Latar belakang pendidikan orang tua juga  sangat mempengaruhi perkembangan dan pengalaman serta bimbingan belajar putra-putrinya.
Kondisi Sekolah Dasar/Madrasah termasuk sekolah yang tidak mau ketinggalan diberbagai bidang, kondisi fisik gedungnya, sarana dan prasarananya juga cukup memadai, di bidang prestasi juga sering meraih kejuaraan baik prestasi akademik maupun bidang seni.Memang kondisi gurunya cukup memadai jumlahnya meskipun dengan guru tidak tetap, namun kesadaran memanfaatkan pengalaman langsung dalam pembelajaran belum sepenuhnya dilakukan oleh sebagian guru.
4. Sumber Data
4.1  Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang berasal dari subyek yang diteliti, dalam hal ini adalah data yang berasal dari siswa Kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah, Kecamatan ..........., Kabupaten ..........., dan guru sebagai subyek peneliti. Adapun sumber data primer ini meliputi : (a) Data awal, (b) Data hasil siklus ke satu, (c) Data dari hasil siklus ke dua ini tercantum dalam lampiran.

4..2  Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang berasal dari guru lain. Sumber data dari guru lain dapat juga diperoleh ketika guru lain mewakili guru kelas dan memberikan pembelajaran materi yang sama dengan materi yang sedang diteliti guru peneliti, sehingga mendapatkan data yang dapat dijadikan sebagai sumber data sekunder.

Teknik Evaluasi
Dapat diperoleh melalui : (1) Teknik tes dan (2) Teknik non tes.
1. Teknis Tes
Tes yang dapat digunakan dalam evaluasi dapat dibedakan ke dalam tiga macam yaitu (a) Tes lisan, (b) Tes tindakan atau perbuatan, (c) Tes tertulis.
Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan secara lisan. Hal ini berguna untuk : (1) Menilai kemampuan dalam memecahkan masalah, (2) Menilai proses berpikir, terutama kemampuan melihat hubungan sebab akibat, (3) Menilai kemampuan menggunakan bahasa lisan, (4) Menilai kemampuan mempertanggungjawabkan suatu pendapat atau konsep yang dikemukakan.
Dalam pelaksanaan tes lisan, alat yang dioperasikan untuk digunakan meliputi : (a) Pedoman pertanyaan, berisi pokok-pokok pertanyaan evaluasi yang akan diajukan, (b) Lembar penilaian berupa format yang akan digunakan untuk mencatat skor hasil penilaian keberhasilan menjawab setiap soal yang diajukan.
Tes Perbuatan adalah tes yang dilaksanakan dengan jawaban menggunakan perbuatan  atau tindakan. Hal ini berfungsi sebagai penilaian terhadap kemampuan melakukan sesuatu perbuatan (berhubungan dengan domein psikomotor). Manfaat atau tes perbuatan adalah : (1) Dapat mentest kemampuan yang bersifat manipulatif (menggunakan alat-alat tertentu). Seperti dalam penelitian IPA di laboratorium, (2) Dapat mentest kemampuan melakukan suatu perbuatan berdasarkan petunjuk atau teori tertentu atau seperti dalam praktikum, (3) Dapat mentest kemampuan yang susah dilakukan dengan verbalisasi (kata-kata), (4) Siswa yang mampu akan menyadari kemampuannya sehingga menimbulkan motivasi.
Alat yang digunakan dalam tes perbuatan adalah : (a) Daftar tugas yang harus diselesaikan, (b) Bahan atau alat (devices) yang diperlukan, (c) Lembar pengamatan untuk mengamati kegiatan selama menyelesaikan tugas.
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan tertulis baik pertanyaan maupun jawabannya.Dalam bidang pendidikan maupun psikologi, test ini mempunyai kegunaan yang cukup luas. Karena test ini dapat dilakukan secara perorangan atau pun kelompok. Itu sebabnya test ini popular karena alasan efektif dan efisien.

2. Teknis Non Tes
Teknik evaluasi bukan test pada umumnya menggunakan bentuk pelaksanaan sebagai berikut : (a) Wawancara (interview), yaitu tanya jawab tentang suatu topik atau materi tertentu dilakukan secara lisan (b) Angket atau  enquete, yaitu wawancara tertulis baik pertanyaan maupun jawabannya, (c) Pengamatan atau observasi, yaitu pengamatan kegiatan seperti dalam diskusi, kerja kelompok, eksperimen dan sebagainya, (d) Skala penilaian/rating scale, biasanya dilakukan  untuk melakukan penilaian terhadap sikap atau penilaian kualitatif dengan menggunakan bentuk skala (kuantitatif), (e) Daftar cek/checklist yaitu suatu penilaian dengan menggunakan daftar cek. Biasanya dilakukan dalam kegiatan pengamatan atau observasi. (Drs. H. Muhammad Ali : 1987).
Di dalam penelitian ini peneliti tidak akan menggunakan semua teknik ini.

Validasi Data
Validasi Tertulis
Validasi data diperlukan agar diperoleh data yang valid.Untuk memperoleh data yang valid dapat dilakukan melalui data kuantitatif (berbentuk angka), dan pada umumnya yang divalidasi instrumennya.Data dapat juga diambil melalui data kualitatif.Misalnya melalui observasi, wawancara dapat divalidasi melalui Triangulasi. Triangulasi terdiri dari dua macam : (a) Triangulasi sumber; data berasal dari beberapa sumber; (b) Triangulasi metode yaitu apabila data berasal dari beberapa metode.
Cara memvalidasi disesuaikan dengan alat maupun data yang diperlukan, misalnya tes tertulis harus divalidasi butir soalnya melalui pembuatan kisi-kisi.Kisi-kisi dibuat supaya tidak mengelompok pada pokok masalah tertentu tetapi secara menyeluruh dan juga supaya sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Validasi Empirik
Secara penelitian melalui indra peneliti dapat mengumpulkan data melalui pengalaman. Pengalaman dapat diambil dari hasil pengamatan dan melalui alat test. Hal ini dilakukan oleh peneliti sebagai guru yang mempunyai tugas antara lain : (a) Educasi Obyektif, yaitu guru bersama kepala sekolah bertugas membuat kurikulum dan silabus, (b) Educasi Eksperimen, yaitu sebagai guru bertugas mengajar, (c) Tugas berikut seorang guru adalah evaluasi program yaitu membuat soal.
Soal untuk pengumpulan data pada penelitan ini dan juga kisi-kisinya terlampir.

b. Prosedur Penelitian
Rancangan Tindakan
1. Rencana Awal.
Pada tahap ini disepakati adanya observasi awal, hasilnya dipakai untuk membuat rencana tindakan. Pada tahap observasi awal akan diamati : kesiapan siswa mengikuti pelajaran, sumber yang digunakan siswa, proses belajar mengajar, dan hasil belajar siswa.
2. Rencana Tindakan
Perencanaan meliputi kegiatan bersama antara peneliti dengan guru keias VI Sekolah Dasar/Madrasah menyiapkan silabus, rencana pembelajaran, program evaluasi, sumber-sumber belajar, dan media pembelajaran.
Tabel 2
JADWAL KEGIATAN
NO NAMA KEGIATAN HARI/TANGGAL
1. Penyusunan proposal 5 - 24 September 2018.
2. Pengajuan proposal 16 Oktober 2018
3. Observasi melalui angket 17 Oktober 2018
4       Siklus I
         Pelaksanaan pembelajaran siklus 1
28 Oktober 2018
5. Pelaksanaan pembelajaran + evaluasi siklus 1 13 November 2018
6.       Siklus II
          Pelaksanaan pembelajaran + evaluasi siklus 2
20 November  2018
7. Tes akhir dan pembagian angket terakhir 30 November 2018
8. Analisa data akhir 10 Desember 2018
9. Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas 17 Desember 2018
10 Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas dan revisi pembimbing 18- 31 Desember 2018
10. Penyerahan Laporan Penelitian Tindakan Kelas dan Soft Copy E – TA 5 Januari 2019.
    3. Pelaksanaan Tindakan
a. Permintaan izin di SD. Negeri 2 Kuwayuhan, ........... , ...........   Permintaan ini dengan mudah dapat diperoleh karena :
o Peneliti adalah pengajar di SD tempat penelitian.
o Kepala Sekolah dan guru pengamat yang ditunjuk menyatakan kesiapan memberikan dukungan dalam kegiatan PTK ini.
b. Observasi dan wawancara. Kegiatan ini dilakukan selama peneliti melakukan kegiatan praktek mengajar di Sekolah Dasar/Madrasah, ........... , ...........
c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran sebanyak 3 kali pertemuan. Langkah ini didahului dengan menelaah standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, dan sumber belajar yang tercantum dalam silabus yang dirumuskan dalam bentuk RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).
d. Melaksanakan  pengamatan (evaluasi proses belajar) di setiap kegiatan pembelajaran.
e.  Melaksanakan evaluasi hasil belajar setelah 3x pertemuan.

3. Siklus Penelitian
1. Siklus I
o Menelaah standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, dan sumber belajar yang tercantum dalam silabus kemudian dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
o Membuat RPP.
o Melaksanakan kegiatan pembelajaran yaitu:
Pertemuan ke 1
1. Mempersiapkan alat- alat yang berupa: kompor minyak atau kompor gas.
2. Mempersiapkan bahan-bahan yang akan diujikan misalnya: stik bambu, stik kayu, kawat, sendok stainless steel, sendok sayur, sutil, baskom,wajan aluminium, piring seng, piring kaca/ duralek, gunting yang bertangkai palstik, gunting yang tidak bertangkai bahan isolator, pisau, irus tempurung kelapa, kain lenan, sendok melamin, dll.
3. Letakkan baskom diatas kompor kemudian isilah baskom/ wajan dengan air + 2gelas , kemudian susunlah benda-benda seperti sendok, plastik, sendok stainless steel, stik bambu, stik kayu, stik melamin, kawat, sedotan plasti, yang ujungnya terendam air tersebut dalam posisi berdiri, usahakan tidak roboh kedalam air, kemudian dengan jarak yang sama, masing-masing dibubuhi mentega yang ditempeli kacang kedelai.
4. Persiapkan jam dinding pada tempat yang mudah terlihat untuk melihat lamanya waktu yang dibutuhkan
5. Nyalakan kompor dalam waktu 5 menit, kemudian amati apa yang terjadi,
6. Diskusikan dalam kelompok untuk mengambil kesimpulan, membuat laporan dan melaporkan hasilnya pada kelompok lain.
7. Selanjutnya siswa mengerjakan tugas kelompok mengenai hasil yang telah dilakukan pada percobaan tersebut.
8. Selesai  melakukan kerja kelompok, kemudian dipresentasikan di depan kelas, kelompok lain menanggapi
9. Siswa menulis di buku masing-masing.
Pertemuan ke 2
1. Kegiatan Awal, Diawali dengan salam dari guru kemudian berdo’a bersama yang dipimpin oleh salah satu siswa yang bertugas membacakan do’a hari itu kemudian mengabsen siswa  dilanjutkan apersepsi dengan menanyakan kegiatan percobaan  yang telah dilakukan pada pertemuan pertama : “Masih ingatkah kalian mengenai benda-benda yang termasuk konduktor?” “Coba kamu Gian, lama mana dalam menghantarkan panas antara sendok stanless stel dengan sendok plastik?”
2. Kemudian pada Kegiatan Inti, siswa kembali melakukan percobaan dengan benda yang lainnya sehingga bendanya lebih banyak. usahakan juga benda- benda yang sering dijumpai anak/ siswa di rumah, sehingga anak lebih mengenal dengan baik dan berguna bagi siswa untuk berperilaku ilmiah, karena siswa sudah membuktikan lansung.
3. Selesai pembelajaran, guru melakukan wawancara mengenai kegiatan pembelajaran tadi dengan siswa.
4. Kegiatan diakhiri dengan motivasi dan penguatan dan ditutup dengan do’a bersama.
Pertemuan ketiga
Kegiatan Awal:
a. Diawali dengan ucapan salam dari guru, kemudian dilanjutkan do’a bersama yang dipimpin oleh salahsatu siswa.
b. Guru mengabsen siswa untuk mengetahui jumlah siswa yang masuk dan yang tidak masuk serta mengetahui penyebabnya
c. Apersepsi dengan tanyajawab mengenai benda- benda yang terbuat dari logam dan non logam.Peserta didik diminta mengingat-ingat materi mengenai benda-benda konduktor dan isolator panas serta pemanfaatannya dalam kehidupan sehari- hari.
Kegiatan Inti
a. Guru mengatur duduk siswa untuk tidak berkelompok
b. Guru membagi soal ters tertulis kepada masing- masing siswa
c. siswa mengerjakan soal tertulis
d. Guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa untuk dinilai.
Kegiatan Penutup:
pertemuan diakhiri dengan do’a bersama dan ditutup dengan ucapan salam.
Refleksi Kegiatan Siklus I
2. Siklus II
o Membuat RPP
o Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan materi belajar berikutnya dengan menggunakan rangkaian listrik secara langsung secara berkelompok.
o Melakukan kegiatan pemantauan terhadap perubahan perilaku siswa karena tertarik/berminat terhadap materi yang disampaikan melalui metode percobaan langsung berbeda dengan menggunakan format yang telah disiapkan.
o Melakukan evaluasi hasil belajar sesuai kegiatan pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui efektivitas penggunaan alat peraga rangkaian listrik dalam metode percobaan sehingga menarik minat siswa.
o Menganalisa nilai untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa.
Refleksi II. Merefleksi kembali semua kegiatan belajar (dimana letak kekurangan dan kelemahan) dan melihat daftar nilai
Pedoman Pengamatan/Observasi ( pada lampiran)
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah :
A Instrumen
1. Uji petik kerja prosedur untuk mengetahui hasil proses penerapan pembelajaran tersebut.
2. Tes tertulis, dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang dituangkan secara tertulis
3. Observasi Guru yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengobservasi kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
4. Observasi Siswa yaitu kegiatan mengobservasi siswa untuk mengetahui sejauh mana efektifitas penerapan metode percobaan bagi siswa dalam pembelajaran.
5. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mewawancarai siswa secara langsung untuk menanggapi/ memberi komentar mengenai pembelajaran yang telah mereka lakukan.
Instrumen yang digunakan yaitu:
1. Uji petik kerja ( Rubrik) pada Lampiran.
2. Tes tertulis ini terdapat pada lampiran yang mengiringi RPP.
3. Lembar Observasi Guru, pada Lampiran.
4. Lembar Observasi Aktifitas Belajar Siswa,  pada Lampiran.
5. Pedoman Wawancara dengan siswa, pada Lampiran.
6. Penilaian observasi terhadap siswa, pada Lampiran.

E  Indikator Kinerja
Di dalam penelitian ini peneliti mempunyai harapan atau target yang akan dicapai pada kondisi akhir penelitian ini adalah apabila diurutkan mulai dari siklus kesatu tatap muka pertama dapatlah mencapai ketuntasan KKM 68% kemudian pada tatap muka yang kedua ketuntasan KKM 75% dari KKM sebesar 64.
Pada siklus kedua tatap muka yang kedua harapan peneliti, siswa dapat meraih nilai pada test akhir pertemuan ketuntasan KKM 82,5%. Dan kondisi terakhir dari penelitian ini siswa dapat benar-bena rmewujudkan harapan peneliti yaitu dapat memperoleh nilai rata-rata kelasnya sebesar 75.

F Analisis/ Interpretasi Data Penelitian
Teknik Analisis Data
Jenis data yang akan dianalisis pada penelitian kali ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Untuk data kuantitatif dilakukan dengan cara membandingkan hasil belajar sebelum dan sesudah mengimplentasikan metode berkelompok sebelum penelitian ( pra siklus ) dengan hasil belajar pada siklus 1 dan 2. Data kualitatif disajikan dalam bentuk catatan dalam lembar observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus. Pada tahap akhir, data kulaitatif dikonversi menjadi data kuantitatif, yang selanjutnya digabungkan dengan data kuantitatif dari hasil tes. Setelah digabungkan maka akan menjadi nilai akhir siswa pada siklus ke-1 maupun siklus yang ke-2.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Kondisi Awal

Pada umumnya Siswa kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah dalam setiap pembelajaran terlihat biasa- biasa saja, dari sekilas, tidak terlalu menonjol dalam kesehariannya, namun kita akan tahu manakala kita sudah memulai pada proses pembelajaran. Ada beberapa siswa dalam kegiatan belajarnya sangatlah membuat hati kita merasa tidak sabar, bagaimana tidak, ketika pembelajaran sedang berlangsung, guru sedang menjelaskan materi, siswa terlihat paham, terlihat santai, sepertinya materi yang sedang diajarkan mereka merasa sudah mengenalnya, atau kelihatan sudah paham, namun apa yang terjadi sungguh diluar dugaan, karena ketika dilakukan evaluasi, siswa cenderung masih memerlukan waktu yang lama dalam menyelesaikannya. Bahkan sampai melebihi waktu yang telah ditentukan dan hasil yang diperoleh sangat rendah.
      Pada pembelajaran awal siswa belajar siswa masih belum mengerti tentang materi benda konduktor dan Isolator.Setelah guru melaksanakan tes penjajagan  ternyata masih ada beberapa siswa yang belum mengerti dan belum menyelesaikan tugasnya dengan  benar. Kemudian guru hanya memberi penjelasan secara abstrak teryata sisiwa pun belum menunjukkan hasil belajar yang memuaskan.Contohnya ketika siswa diminta mengerjakan soal pada mata pelajaran IPA ini memperoleh hasil sebagai mana tercantum dalam Tabel 1 ( Nilai Pra Siklus) Nilai yang diperoleh siswa rata-rata kelas pada pra siklus adalah 56,70 dengan nilai tertinggi yang diperoleh adalah 80 pun hanya satu siswa, sedangkan KKM  nya adalah 64, berarti nilai yang diperoleh siswa belum memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal. Data nilai kondisi awal diambil dari nilai bulangan harian yang telah dilaksanakan selama beberapa kali (Tabel 3. pada lampiran).
Siswa yang belum tuntas adalah 18 siswa dan yang sudah tuntas 6 siswa.
Dari KKM  64 peneliti ingin berusaha dapat naik menjadi ≥ 65.
Dari hasil tes dan data distribusi nilai, dapat dibuat tabel distribusi dan diagram sebagai berikut:

Gambar 1.
Diagram Nilai Kondisi Awal

Tabel 7
Nilai Tes Awal/ Pra Siklus
No. Nilai Frekuensi Persentase
1. 96 – 100
2. 91 - 95 - -
3. 81 -  90 1 4,16%
4. 76 – 80 1 4,16%
5. 71 – 75 - -
6. 65 – 70 4 16,68%
7. ≤ 60 - 64 18 75,00%
Jumlah 24 100%

Dituangkan dalam Diagram :

Gambar 2
Nilai Tes Awal
Berdasarkan tabel di atas dapat dihitung :
Siswa yang sudah tuntas belajar =  x 100% = 25%
Siswa yang belum tuntas belajar =  00% = 75%
Dari tes awal, presentase siswa yang sudah tuntas belajar adalah 25 %. Karena kemampuan yang dimiliki anak berbeda-beda, maka diperlukan model membaca yang sesuai agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan oleh observer dan menurut pengamatan penulis sendiri, maka dikatakan bahwa pelaksanaan studi awal belum optimal dan belum berhasil sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Pada saat pembahasan materi tes, ternyata banyak siswa yang kurang mengetahui maksud dari materi tes, padahal selama ini peneliti sudah berusaha dengan sungguh-sungguh menjelaskan materi secara gamblang, runtut dan siswa dengan tekun memperhatikan, tapi ternyata bahwa siswa duduk tenang memperhatikan itu sudah menjamin siswa paham,nyatanya ketika mengerjakan tes, terlihat mimik mereka merasa gusar karena merasa sudah pernah adapembelajaran materi tersebut, tetapi lupa, terlihat siswa berguman penasaran seolah sudah tahu tapi kapan di mana. Sehingga apa yang terjadi,nampak pada prestasi yang dicapai siswa saat evaluasi banyak siswa yang mendapat nilai kurang. Oleh karena itu, penulis melakukan tindakan kelas.

B. Diskripsi Siklus I
Berdasarkan pelaksanaan proses belajar mengajar yang disertai dengan pengamatan observer, ternyata pada studi awal masih banyak kendala dan kekurangan Diantaranya banyak siswa yang belum paham tentang materi yang disampaikan sehingga soal yang dibacanya pun seolah tidak nyambung dengan pemahaman siswa. Oleh sebab itu, diusahakan untuk mengadakan perbaikan pembelajaran yang disebut dengan penelitian tindakan kelas. Dalam melaksanakan tindakan kelas pada siklus pertama ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, penulis mengacu pada data awal. Kegiatan diawali dengan pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode percobaan dengan mengubah tatanan meja dan kursi ditata kelompok-kelompok, untuk siswa masing- masing 4 - 5 siswa.
Guru mempersiapkan alat dan bahan- bahan yang akan digunakan untuk melakukan percobaan, dan Siswa sebelunya diberi tugas untuk membawa bahan- bahan / alat yang dikenal siswa dan bisa dibawa dari rumah untuk di lakukan percobaan, diantaranya siswa membawa alat-alat dapur berupa; gelas, sendok stainless stell, sendok plastik, usuk- usuk, piring, stik, dst.
2. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian untuk siklus I ini dilaksanakan langsung di kelas VI pada hari Senin 13 November 2018. Pelaksanaan tindakan didasarkan pada perencanaan yang telah disusun dalam Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Guru memberitahu siswa mengenai hasil Pembelajaran Materi yang perlu dikuasai.
b. Guru  bersama siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran yaitu:
1. mempersiapkan alat- alat yang berupa: kompor minyak atau kompor gas.
2. bahan-bahan yang akan diujikan misalnya: stik bambu, stik kayu, kawat, sendok stainless steel, sendok sayur, sutil, baskom,wajan aluminium, piring seng, piring kaca/ duralek, gunting yang bertangkai palstik, gunting yang tidak bertangkai bahan isolator, pisau, irus tempurung kelapa, kain lenan, sendok melamin, dll.
3. Letakkan baskom diatas kompor kemudian isilah baskom/ wajan dengan air + 2 gelas , kemudian susunlah benda-benda seperti sendok, plastik, sendok stainless steel, stik bambu, stik kayu, stik melamin, kawat, sedotan plasti, yang ujungnya terendam air tersebut dalam posisi berdiri, usahakan tidak roboh kedalam air, kemudian dengan jarak yang sama, masing-masing dibubuhi mentega yang ditempeli kacang kedelai.
4. Persiapkan jam dinding pada tempat yang mudah terlihat untuk melihat lamanya waktu yang dibutuhkan
5. Nyalakan kompor dalam waktu 5 menit, kemudian amati apa yang terjadi,
6. Diskusikan dalam kelompok untuk mengambil kesimpulan, membuat laporan dan melaporkan hasilnya pada kelompok lain.
7. Lakukan kegiatan tersebut dengan mencoba benda-benda yang lainnya yang berada di sekitar kita atau benda- benda yang sering kita temui dalam kehidupan sehari- hari.sehingga diharapkan siswa dengan  indranya terlibat langsung dalam kegiatan tersebut sehingga menjadikan siswa lebih terkesan.
c. Kegiatan proses pembelajaran tersebut diobservasi oleh 2 orang observer yang merupakan guru di Sekolah Dasar/Madrasah, dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
d. Melakukan evaluasi hasil belajar sesuai kegiatan pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui efektivitas penggunaan alat peraga benda konduktor dan isolator pada metode percobaan tersebut.
e. Menganalisa nilai untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa.
f. Refleksi I. Merefleksi semua kegiatan belajar (dimana letak kekurangan dan kelemahan) dan melihat daftar nilai untuk kemudian merancang siswa untuk praktik percobaan langsung secara berkelompok lebih kecil yang akan dilaksanakan pada siklus II.
Dari kegiatan tersebut diperoleh Nilai Siklus I ( Tabel 3.pada Lampiran) dan dituangkan dalam Rentang Nilai sebagai berikut:

Tabel 8
Rentang Nilai Siklus I
No. Nilai Frekuensi Persentase
1. 90-100 1 4,16%-
2. 80-89 5 20,92%
3. 70-79 4 16,72%
4. 65-69 4 16,72%
5. 50-64 10 41,82%
6. 40-49 - -
7. 30-39 - -
8. 20-29 1 4,16%
9. 10-19 - -
10. 0- 09 - -
Jumlah 24 100%

Dari data di atas dapat dibuat Diagram sebagai berikut:

Gambar 3
Nilai Siklus I

Dari data yang diperoleh setelah melaksanakan pembelajaran Silkus I maka ketuntasan nilai yang dicapai adalah 55,02%
sedangkan yang belum tuntas adalah 44,98% . Dengan demikian maka dari kondisi awal yang belum menggunakan metode percobaan dengan yang sudah menerapkan metode tersebut, mengalami kenaikan sebesar 30,02% dari kondisi awal sebesar 25%. dan yang belum tuntas dari 75% menjadi tinggal 44,98% berarti mengalami penurunan sebesar 30,02%.
Namun harapan peneliti ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi untuk itu perlu dikukan metode tersebut dengan lebih mantap pada Silkus II. 
3. Observasi
Dari pengamatan observer pada penelitian tindakan kelas yang pertama ini dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
Pada pertemuan ke 1 dari Silkus I adalah sebagai berikut:
1) Sebagian siswa terlihat antusias dalam melakukan percobaan, sehingga diharapkan sudah ada peningkatan  dalam  memahami materi yang disampaikan guru.
2) Sebagian siswa terlihat masih ragu-ragu untuk melakukan percobaan, ini dimaklumi karena percobaan ini adalah yang pertama, sehingga kondisi seperti ini bisa diambil tindakan kembali supaya semua siswa secara aktif mengikuti dan mau melakukan percobaan supaya diperoleh hasil belajar yang lebih baik.
3) Pada saat mengerjakan soal siswa sudah bisa mengerjakan sendiri tapi kadang masih bertanya-tanya.
4) Pada saat membahas soal-soal siswa tampak aktif tapi kadang masih agak bingung.

4. Refleksi Kegiatan siklus I
Tabel 9
No Nama/ Jabatan Saran/ Kritik
1 Sukasri, S.Pd.
Kepala Sekolah
Observer - Alat yang digunakan untuk percobaan sebaiknya merata untuk setiap kelompok sehingga setiap individu dapat melakukan percobaan dengan baik Jumlah anggota kelompok usahakan jangan terlalu banyak. Sehingga siswa memperoleh tugas yang lebih banyak. Tugas yang bertambah diperkirakan tidak akan membebani siswa, apalagi siswa  sudah punya bekal pengetahuan dari KBM di Siklus 1
2 Baengatun
Guru Kelas III
Observer - Soal evaluasi sebaiknya isian, sehingga meminimalkan siswa berspekulasi dalam menjawab dan dapat untuk mengukur pemahaman siswa yang lebih baik dari soal pilihan ganda
3 Siti Nurkhayati
Guru Kelas IV
Observer
- Keberimbangan anggota kelompok agar dipertimbangkan kembali. Setiap kelompok dikondisikan berimbang dari segi jumlah siswa laki-laki dan perempuan, serta kemampuan siswa yang ada dalam kelompok usahakan berimbang
Berdasarkan pengamatan dari observer pada saat melaksanakan tindakan kelas pada siklus I ini sudah ada peningkatan hasil, meskipun siswa masih ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapat namun guru dalam  menyampaikan materi sudah tampak lebih diterima oleh sebagaian siswa. Oleh karena itu, perlu diadakan tindakan atau siklus yang kedua untuk memperoleh hasil yang lebih baik

5. Hasil Penelitian Siklus I
.Dari pelaksanaan siklus I yang telah dilaksanakan oleh peneliti diperoleh hasil sebagai berikut:
 Presentase nilai ≥ KKM =
                                                                                                                                       
1. Presentase nilai < KKM =
                                         = =                                         
2. Rata-rata kelas masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. KKM mata pelajaran IPA untuk kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah  yaitu 65
      Hal tersebut dikarenakan karena dalam pelaksanaan percobaan belum setiap  siswa masih kurang memperhatikan tanda baca sehingga mereka kurang memahami bacaan yang mereka baca..Dari pelaksanaan tindakan pada siklus I ini, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model interaktif, maka dilaksanakan tindakan/siklus II.

C. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan.
      Pada tahap ini penulis menyusun rencana tindakan yang akan dilaksanakan dengan mendiskusikannya dengan teman sejawat dan guru pamong. Pada tahap ini, peneliti mengacu pada program yang telah dibuat dan disahkan oleh kepala sekolah pada semester I tahun ajaran 2018/2019 yang meliputi: pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran  IPA dengan materi konduktor dan isolator  dengan waktu 2 x 35 menit. Kegiatan pembelajaran ini direncanakan akan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23 November 2018.

2. Pelaksanaan Tindakan
Pada penelitian siklus II ini, dilaksanakan pada:
Hari : Jum’at, 23 Novenber 2018.
Pada jampel : 2 – 3
Pkl. : 07.50 – 09.00.
Observer tetap yaitu : 1. Bu Baengatun  ( Guru kelas III)
2. Bu Siti Nurkhayati ( Guru kelas IV)
      Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini didasarkan pada perencanaan yang disusun pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
      Adapun langkah-langkahnya hampir sama dengan langkah-langkah pada siklus I yaitu :
a. Peneliti memberi selembar LK kepada setiap kelompok siswa
b. Peneliti meminta siswa secara bergantian untuk membaca LK  tersebut
c. Peneliti menjelaskan isi petunjuk kepada siswa untuk memperjelas tugas siswa kepada siswa
d. Siswa kembali melakukan percobaan lebih secara individu, memberi kesempatan pada yang belum melakukan percobaan tentunya teman satu kelompok yang sudah mengerti dapat membantu teman lainnya sehingga siswa menjadi lebih faham, dan yang tadinya belum bisa dapat lebih leluasa karena belajar langsung dengan teman sehingga tidak begitu canggung
e. Peneliti memberi kesempatan pada siswa untuk mengulangi percobaan secara lebih terperinci
f. Peneliti memberi bimbingan secara kelompok dan individu dan memberi kesempatan siswa yang ingin bertanya
g. Peneliti Guru bersama siswa meneliti dan membahas hal-hal penting untuk dicatat, Guru membimbing siswa untuk merangkum hal-hal yang dianggap penting.
h. Peneliti memberi soal evaluasi kepada siswa
i. Peneliti menilai hasil evaluasi siswa secara tertulis.
j. Refleksi , pemberian pujian dan motivasi terhadap siswa
Dari kegiatan tersebut dapat diperoleh data sebagai berikut :
1. Daftar Nilai Siklus II siswa terlampir
2. Tabel Nilai Siklus II seperti di bawah ini.
3. Rentang Nilai yang diperoleh siswa yaitu:

Tabel 10
 Rentang Nilai Siklus II
No. Nilai Frekuensi Persentase
1. 91 – 100 8 33,28%
2. 81 – 90 2 8,32%
3. 71 – 80 6 24,92%
4. 65 – 70 5 20,80%
5. 60 – 64 2 8,42%
6. 50 – 59 - -
7. 41 – 49 1 4,16%
8. 31 – 40 - -
9. 21 – 30 - -
10. 10 – 20 - -
Jumlah 24 100%
4. Dituangkan dalam diagram yaitu:

Gambar 5
Rentang Nilai Siklus II
Berdasarkan tabel di atas dapat dihitung :
Siswa yang sudah tuntas belajar
Siswa yang belum tuntas belajar =
3. Observasi Siklus II
      Dari pengamatan observer pada penelitian tindakan kelas yang kedua ini dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
1) Untuk siswa sudah ada peningkatan dalam  melakukan percobaan dengan alat yang sudah disiapkan secara kelompoksetelah mendapat penjelasan guru.
2) Pada saat mengerjakan soal, siswa sudah lebih percaya diri tanpa ada keraguan.
3) Pada saat membahas soal-soal siswa lebih aktif dan lebih bersemangat.
4) Siswa lebih antusias dan berani mengemukakan pendapat.
5) Siswa terlihat bersemangat manakala mengerjakan tes akhir pelajaran.
6) Untuk guru dalam menyampaikan materi dapat lebih diterima oleh siswa.
4. Hasil Refleksi dari Observer
No Nama/ Jabatan Saran/ Kritik
1 ........, S.Pd.
Kepala Sekolah
Observer - Alat yang digunakan untuk percobaan  sudah baik , karena setiap siswa menjadi memperoleh kesempatan, sehingga saya lihat siswa sibuk dengan tugasnya dan konsentrasi terhadap materi yang sedang dibahasnya tanpa merasa terbebani, karena siswa aktif
2 .........
Guru Kelas III
Observer - Saya sudah melihat siswa sangat antusias, baik dalam melakukan percobaan, menyampaikan laporan hasil diskusi. Siswa juga saya lihat sangat percaya diri ketika mengerjakan tes, saya kira mereka merasa faham terhadap soal yang dikerjakannya dan merasa dapat dengan mudah mengerjakannya.
3 ..........
Guru Kelas IV
Observer
- Keberimbangan anggota kelompok sudah tercipta, . Setiap kelompok sudah kompak,berimbang dan saya yakin siswa sudah lebih mampu dan memahami sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik.

Dari tindakan terakhir ini, banyak terjadi interaktsi sesama kelompok bahkan dengan kelompok yang kelihatan belum lancar, kelompok lain ada yang berusaha membantu.Sehingga tes akhir mengenai materi konduktor dan isolator yang sudah lebih luas, hasilnya lebih baik dari tes awal. Pada siklus II persentase siswa yang nilainya diatas KKM mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus I persentase siswa yang nilainya diatas KKM 55,02  %. Sedangkan pada siklus II persentase nilai siswa yang berada diatas KKM sebanyak 87,5 %. 
5. Hasil penelitian Siklus II
Berdasarkan pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan selama 2 siklus, kemampuan siswa dalam melakukan percobaan, diperoleh hasil belajar yang tidak hanya aspek kognitifnya saja, tetapi keterampilan dan afektifnya jaga terlihat meningkat. Ini dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan pada proses kegiatan pembelajaran itu berlangsung.karena hasilnya juga lebih baik dan hasilnya mengalami peningkatan..Ini diperkirakan karena siswa sudah mengenal pada siklus ke 1( satu ) sehingga pada siklus ke 2 ini siswa sudah lebih berani tidak begitu canggung dan malah punya keinginan untuk melakukan sesuatu,tanpa harus selalu dperintah oleh guru. Dengan memanfaatkan alat yang sudah tersedia, siswa dibiarkan melakukan percobaan sendiri, dan dibimbing juga membuat rangkuman/ catatan-catatan penting hasil percobaannyatanpa merasa dibebani tugas-tugas dari guru.Setelah selesai kita tanyakan pada mereka apa saja yang mereka peroleh misal, benda yang bagaimana yang dikatakan konduktor, apa saja menurutmu benda yang termasuk isolator, dan benda apa saja yang penggunaannya karena merupakan benda konduktor.
D. Evaluasi – Refleksi
      Berdasarkan pengamatan oleh observer yang telah dilakukan oleh teman sejawat dan pengalaman sendiri serta wawancara dengan subjek penelitian pada saat melaksanakan penelitian tindakan kelas siklus kedua ini ternyata ada peningkatan, dan hasilnya lebih baik. Hal ini telah meyakinkan bahwa metode percobaan dalam pembelajaran materi konduktor dan isolator dapat digunakan dalam pembelajaran IP Apada siswa kelas VI. Adapun siswa yang belum tuntas belajar ditindaklanjuti dengan menggunakan waktu khusus oleh guru kelas.

Tabel 12.
Perkembangan Nilai Rata-rata Kelas
NO Tindakan yang Dilakukan Rata-rata Kelas
1 Tes Awal 56,63
2 Siklus I 66,70
3 Siklus II 86,05


Perkembangan Nilai Rata-rata ini dituangkan dalam Diagram  di bawah ini.
  Gambar 7.
Perkembangan Nilai Rata-rata.
Dari hasil penelitian tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa metode percobaan dapat digunakan untuk meniungkatkan hasil belajar siswa dan pemahaman siswa tentang benda konduktor dan isolator.khususnya dan pembelajaran IPA pada umumnya.

E. Hasil Analisis Data.
Dari tindakan penelitian yang sudah dilaksanakan oleh penulis, penulis menemukan kemajuan yang berarti. Persentase siswa yang sudah tuntas belajar, mengalami peningkatan yang cukup baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat hasil pada Tabel Nilai Niswa ( pada lampiran 8) dan rentang nilai dibawah ini.
Tabel 13
Perbandingan Persentase Ketuntasan Siswa
Antara Tes Awal, Siklus I dan Siklus II

Jenis Tindakan Siswa yang Belum Tuntas Belajar Siswa yang Sudah Tuntas Belajar
Tes Awal 75,00% 25,00%
Siklus I 45,02% 55,98%
Siklus II 12,50% 87,50%

      Dari tabel di atas dapat disajikan dalam Diagram sbb:
 
Gambar. 8.
Perkembangan Ketuntasan Siswa Dari Pra,Siklus I, dan Siklus II


      Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa persentase siswa yang sudah tuntas belajar mengalami peningkatan dari 25% menjadi 55,02, kemudian meningkat lagi menjadi 87,5%. Dan persentase siswa yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dari 75% menjadi 44,98%, kemudian menurun lagi menjadi 12,5%. Sebagian siswa sudah dapat memahami dari hasil percobaanyang telah dilakukan,. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa juga lebih aktif, berani bertanya dan dalam mengerjakan soal siswa lebih percaya diri dan mandiri. Sehingga hasil penelitian tindakan kelas  ini, membuktikan bahwa model pembelajaran dengan penerapan percobaan pada materi perbedaan benda konduktor dan isolator VI Sekolah Dasar/Madrasah, efektif dapat digunakan.
F. Pembahasan
      Selama melaksanakan tindakan penulis tidak banyak mengalami kendala atau kesulitan yang berarti semua berjalan dengan baik.
      Sebelum diadakan tindakan diperoleh data awal dengan nilai rata-rata kelas 56,63. Dari data tersebut, maka penulis mengadakan tindakan atau  siklus pertama agar hasil yang dicapai optimal. Pada tindakan pertama siswa diberi soal-soal latihan. Hasilnya mengalami peningkatan rata-rata kelas yaitu 66,70. Akan tetapi peningkatan ini dirasa belum optimal. Oleh karena itu, penulis mengadakan tindakan yang kedua. Pada tindakan yang kedua ini penulis mengadakan tindakan yang sama seperti pada tindakan yang pertama yaitu siswa diberi soal-soal latihan. Ternyata tindakan yang kedua ini mengalami peningkatan yang berarti dengan rata-rata kelas 75,95.
Berdasarkan tabel dan Diagram di atas,rata-rata kenaikan kelas meningkat tiap siklusnya. Dari data awal dan siklus I meningkat sebanyak 10,03.( 56,63 – 66,70) Kemudian dari siklus I dan siklus II meningkat sebanyak 20,80 (66,70 – 75,95)
      Dari hasil penelitian tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa metode percobaan ini dapat digunakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi konduktor dan isolator panas khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
G. Hasil Penelitian
      Dari tindakan penelitian yang sudah dilaksanakan oleh penulis, penulis menemukan kemajuan yang berarti. Persentase siswa yang sudah tuntas belajar, mengalami peningkatan yang cukup baik. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel di bawah ini :


Tabel. 14
KondisI Kenaikan Nilai Rata-rata
Pra, Siklus I, Siklus II
Jenis Tindakan NILAI RATA-RATA KENAIKAN
Tes Awal 56,63 -
Siklus I 66,70 10,07
Siklus II 75,95 9,25

      Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase siswa yang sudah tuntas belajar mengalami peningkatan dari 25,0% menjadi 55,98%, kemudian meningkat lagi menjadi 87,50%. Dan persentase siswa yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dari 75,00% menjadi 44,02%, kemudian menurun lagi menjadi 12,50%. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa juga lebih aktif, berani bertanya dan dalam mengerjakan soal siswa lebih percaya diri dan mandiri. Sehingga hasil penelitian tindakan kelas ini membuktikan bahwa metode percobaan yang digunakan, dapat digunakan  untuk membelajarkan materi konduktor dan isolator pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI di Sekolah Dasar/Madrasah.
      Dalam proses pembelajaran yang sudah peneliti lakukan yaitu selama pra siklus, Siklus I, serta siklus II ada 3 karakter siswa yaitu:
1. Sejumlah 3 (tiga)Siswa yang selalu bernilai baik pada pra, siklus I dan siklusII, yaitu: Akhmad Nur Fauzi, Gian Eka Alessandro ( siTukang sepak bola). anak-anak ini memang hampir disetiap tes mendapat nilai baik, latar belakang hidup sederhana, rajin belajar dan tidak sombong.
Bagi anak-anak ini dapat diberi tugas sebagai tutor sebaya, membantu teman-teman untuk bertanya bila ada hal-hal yang belum dipahaminya.
2. Sejumlah siswa 18 siswa yang mendapat nilai naik dari kondisi awalnya, meningkat setelah ada penerapan metode percobaan yang dilakukan. Dengan demikian sebagian besar siswa juga akan lebih baik prestasinya bila dalam pembelajaran juga dilakukan inovasi pembelajaranyang sesuai.
3. Sejumlah 3(tiga) siswa lagi walaupun sudah ada inovasi pembelajaran lebih dari satu kali, namun nilai siswa masih tidak tuntas, setelah diselidiki, anak-anak seperti ini dapat diambil kesimpulan supaya diberi tindakan khusus, yaitu pembelajaran individu pada waktu tertentu.
Demikian sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai ketuntasan yang optimal.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
      Berdasarkan hasil-hasil penelitian serta pembahasannya yang telah diuraikan di muka, pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
ahwa pembelajaran IPA dengan materi mengenai benda konduktor dan isolator dengan penerapan metode percobaan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ini dapat dilihat dari hasil ketuntasan belajar siswa yang kondisi awalnya yang tuntas hanya 25% setelah diadakan tindakan penelitian menjadi 87,5 %.


1. Persentase siswa yang sudah tuntas belajar mengalami peningkatan peningkatan dari 25% menjadi 55,98%, kemudian meningkat lagi menjadi 87,5%. Dan persentase siswa yang belum tuntas  belajar mengalami penurunan dari 75,00 % menjadi 44,02%, kemudian menurun lagi menjadi 12,5 %.
2. Model pembelajaran dengan  menggunakan penerapan metode percobaan  yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPA materi benda konduktor dan Isolator pada siswa kelas VI Sekolah Dasar cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan melakukan percobaan siswa akan menemukan sendiri ilmu pengetahuan dengan pengalaman yang sulit dilupakan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan, perlu disampaikan  saran-saran, sebagai berikut :
1. Guru SD hendaknya
a. Berusaha menciptakan  dan dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan misalnya dengan metode percobaan  dalam pembelajaran IPA,
b. Bertindak kritis menanggapi kebutuhan anak untuk mendapat ilmu pengetahuan dengan mengenalkan kepada anak-anak sejak dini untuk mengenal lingkungan dengan baik dan memberdayakan hal- hal yang terdapat dilingkungan kita untuk alat pembelajaran.
2. Siswa SD :
a. Lebih banyak mengamati keadaan lingkungan serta berlatih mengidentifikasinya.
b. Membuat catatan- catatan  mengenai benda yang berada di lingkungan serta dengan cara penggunaannya
c. Mau mencoba hal- hal yang ditemuinya yang merasa asing bagi siswa
d. Mau bertanya kepada guru bila menenui hal- hal yang masih asing sehingga pengetahuan menjadi lebih luas.
3. Orang tua siswa:
      Hendaknya mendukung kegiatan anak yang berhbungan tugas- tugas yang harus dilaksanakan di rumah demi perkembangan pendidikan anaknya.
      Sebaiknya pengenalan hal-hal dilingkungan mulai dikenalkan sejak dini.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian. Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa. www.google.com. Akses 7 Maret 2008.
Badarudin,.Refleksinya: Hasil Penelitian Tindakan Kelas Pada Pelajaran IPA di SD. Akses Sabtu, 17 Oktober 2018
Buzan, Toni. 2007. Buku Pintar Mid Map. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Daradjat,  Zakiyah. Metode Eksperimen. 1998.
De Decco dan Crawford, 1997: 178. Behavioral Performance.
Depdiknas (2005), Undang – Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standart Kompetensi. Jakarta: Puskur. Dit. PTKSD.
http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar
Millar dan Driver.1987. belajar dipandang sebagai suatu proses aktif.
Ramayulis, “Metodologi pendidikan agama Islam”
Schnell,1986.dalam acquisition of kno ledge.
Semiawan R. Conny. 2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi.
Soly Abimanyu, dkk ( 2008 ) . Strategi Pembelajaran S1 PJJ PGSD. Dirjen dikti
Subroto,Tisno Hadi dan I. S. Herawati, 2002 : 1.10). Pengalaman belajar itu dihayati sebagai suatu kebulatan atau keseluruhan.Pembelajaran Terpadu, Universitas Terbuka.
Sujana, Nana.1989; 111.Hasil Belajar Dipengaruhi Faktor Internal dan Eksternal.
Widiarto, Tri, dan Suwarso,Mpd.  2006. Materi IPA. Salatiga : Widya Sari Press.