Mendaki Gunung Bersama Anak-Anak "Sangat Beresiko"

Mendaki Gunung Bersama Anak-Anak "Sangat Beresiko"

Contents [Show Up]
Mendaki Gunung Bersama Anak-Anak "Sangat Beresiko"
Berawal dari niat Spontanitas. Waktu itu Saya dan keluarga, (Anak dan istri), berwisata dan jalan-jalan ke sebuah gunung, namanya Gunung Brujul di daerah Peniron, kecamatan Pejagoan, kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Memang lokasinya sangat indah dan pemandangan yang mempesona serta sangat memanjakan pandangan mata.
Mendaki Gunung Bersama Anak-Anak "Sangat Beresiko"
Sampai dilokasi, ternyata antara taman bermain dan puncak gunung masih separoh perjalanan, tempat bermain dan bersantai masih berada di pertengahan gunung, dan untuk mencapai puncak masih setengan perjalanan lagi, karena ada rute dan petunjuk arah untuk mencapai puncak gunung anak-anak saya mengajak dengan sangat dan penuh harap pada saya untuk menuju puncak gunung, karena ingin melihat keindahan alam dari puncak tertinggi.

Melihat dan mendengar ajakan anak-anak yang mengharap dengan sangat, akhirnya saya memutuskan dan menyetujui ajakan anak. Memang saya kurang tahu dan paham akan medan yang nanti akan dilalui untuk mencapai puncak apakah berbahaya atau tidak, mampu atau tidak anak-anak saya, tapi dalam hati saya terbersit, bahwa nanti bila sampai ada medan yang berbahaya dan anak-anak saya tidak mampu melewatinya, maka tujuan mencapai puncak akan saya batalkan.

Anak anak saya yang masih berumur 13 tahun, 9 tahun dan 6 tahun, sangat bersemangat untuk mendaki gunung tersebut hingga sampai puncaknya. Oke lah...Ayo...kita lanjutkan perjalanan mencapai puncak gunung. Kami mulai melangkah menelusuri jalan menanjak yang hanya lebarnya satu sampai satu setengah meter, bahkan ada yang setengah meter lebar jalannya, dengan kemiringan jalan sekitar 60-70 derajat, Kami lalui, terkadang sampai merangkak karena kemiringan jalan yang cukup sulit.

Langkah demi langkah, jarak pun semakin jauh dan semakin mendekati puncak gunung yang Kami inginkan dan kami tuju. Tapi....apa yang ada di hadapan saya...? Saya cukup terkejut dan dalam hati bicara, "Apakah anak-anak saya mampu melewati medan ini?". Di depan saya terdapat seutas tali sebesar ibu jari tangan dan tebing batu yang cukup tinggi dengan kanan kiri serta belakang jurang yang dalam, dalam hati saya bergetar memikirkan anak-anak, mengingat resiko yang akan terjadi bila ada kesalahan.

Memang medan di hadapan sangat berbahaya, dan mengerikan bagi anak-anak yang belum dewasa dan memahami sebab akibat, kekuatan, ketelitian, kehati-hatian, perhitungan yang matang. Tapi ternyata anak-anak saya masih terus bersemangat, Saya sebagai orang tua memang tidak mau memutus dan memotong semangat Mereka (anak-anak).

Anak-anak saya tetap mencoba meraih tali yang sudah disiapkan oleh pengelola lokasi pendakian, dan mencoba merambat menaiki tebing, anak yang pertama berusia 13 tahun, memang tidak banyak kesulitan dan sukses menaiki tebing, lalu anak yang berusia 9 tahun ikut mencoba, tapi apa yang terjadi...? Memang anak saya yang berusia 9 tahun adalah seorang wanita, sehingga dari sisi fisik, keterampilan, keberanian serta kelincahan berbeda dengan yang laki-laki, sehingga sampai di tengah tebing menangis dan tidak berani melanjutkan merambat tebing dan turun lagi. anak saya yang terkecil umur 6 tahun, semangatnya luar biasa, melihat tantangan di hadapannya hatinya tak bergetar sedikitpun, dia langsung menggantikan posisi kakaknya dan meraih tali lalu mencoba naik dan merambat tebing, memang tidak sekali sukses dan berhasil, tapi tidak menyerah, mencoba, mencoba, dan mencoba sampai berhasil naik ke atas tebing, sungguh hebat saya memberikan Reward pada-Nya.

Sementara anak saya yang Cewek, tetap tidak berani dan memutuskan untuk tidak melanjutkan pendakian. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali dan membatalkan pendakian sampai puncak gunung, Lalu saya panggil kakak dan adik yang sudah sampai di atas tebing intuk turun dan kembali, dengan janji lain waktu kita lanjutkan dan ulangi pendakian ini sampai puncak gunung.

Akhirrnya kami kembali ke bawah, dengan perasaan kakak yang berumur 13 tahun dan Adik yang berumur 6 tahun setengah kecewa, karena gagal mencapai puncak gunung yang diimpikan. Tapi tidak masalah setidaknya Mereka sudah mencoba, walau gagal karena alasan kakak perempuan yang tidak berani melewati medan yang terjal. Tidak masalah lain waktu bisa kita ulangi  dan lanjutkan pendakian dengan persiapan yang matang dan maksimal. Yang jelas pengalaman yang telah mereka alami akan mengesan dan jadi kenangan yang tak terlupakan.
Anda akan menahan nafas Anda, Anda bisa melihat Video Pendakian oleh anak-anak yang sangat menegangkan pada link ini

Kesimpulannya:
Mendaki gunung adalah suatu kegiatan yang menyenangkan sekaligus menantang, tapi  apa yang terjadi bila sang pendaki masih tergolong anak-anak. Apapun bisa terjadi. Mulai dari resiko yang terringan (gagal mencapai tujuan/puncak), sampai resiko yang terberat (terjadi kecelakaan).

Pendakian yang dilakukan oleh anak-anak sangat berbahaya, apalagi bila medan yang dilalui sangat beresiko dan membahayakan. Perlu ekstra hati-hati dari pribadi pendaki itu sendiri dan pengawasan dari orang dewasa karena kalau tidak pendakian Anda bisa gagal mencapai puncak dan tujuan. Pendakian harus siap mental dan fisik, Pendakian harus mempersiapkan peralatan yang lengkap, mulai dari bekal, peralatan, pakaian, dan perlengkapapan keamanan, serta PPPK.

Anda perlu memikirkan 1000 kali untuk mengajak anak-anak mendaki gunung karena banyaknya resiko yang harus Anda tanggung, akibat perbuatan Anda. Pikirkanlah dan berhati-hatilah dalam menentukan keputusan, "Jangan sampai Anda Menyesal Kemudian".