Kenapa Harus Beradab
"Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab", siapa yang tidak kenal kalimat tersebut, sila kedua dari Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia sehingga dijadikan pedoman hidup bangsa Indonesia, bukanlah hanya sekedar kalimat yang tak bermakna. Sila kedua tersebut mempunyai arti yang sangat mendalam dan menjiwai seluruh komponen bangsa Indonesia. salah satu komponen bangsa yaitu Manusia/masyarakat Indonesia adalah manusia-manusia yang beradab. Karenanya jangan sampai manusia Indonesia tidak beradab, karena hal tersebut berarti manusia tersebut belum atau tidak mengamalkan sila kedua dari Pancasila.
Sila ke-dua Pancasila ini mengandung makna warga Negara Indonesia mengakui adanya manusia yang bermartabat (bermartabat adalah manusia yang memiliki kedudukan, dan derajat yang lebih tiinggi dan harus dipertahankan dengan kehidupan yang layak), memperlakukan manusia secara adil dan beradab di mana manusia memiliki daya cipta, rasa, karsa, niat dan keinginan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan.
Jadi sila kedua ini menghendaki warga Negara untuk menghormati kedudukan setiap manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, setiap manusia berhak mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur serta menggunakan norma sopan santun dalam pergaulan sesama manusia.
Adab memiliki kedudukan yang tinggi, dimana didalamnya berisi mengenai hal hal yang berkaitan dengan cara berbicara, dan berprilaku yang baik. Sayangnya kini, hal ini sudah bukan menjadi hal dilupakan, sebab bagi kebanyakan orang akhlaq atau adab tidak lagi menjadi penting. Padahal adab merupakan hal yang sifatnya agung sebab menjadi bagian dari karakter seseorang, karakter Indonesia. Kualitas seseorang juga dipengaruhi oleh kualitas adab dimiliki.
Tujuan pendidikan adab dalam Kitab al Muwaththa sejatinya berangkat dari pemahaman tentang makna dan tujuan pendidikan Islam. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh setiap Hamba senantiasa berdasarkan tujuan penghambaan atas penciptaan manusia yaitu menjadikan makhluk untuk beribadah dan bertakwa pada Sang Khaliq Alloh Subhanahu wata'ala.
Puncak dari proses perjalanan keimanan manusia termasuk pendidikan sebagai bagian yang tidak bisa terpisahkan dari penghambaan seseorang pada Alloh Subhanahu wata'ala. Tidak cukup hanya melahirkan seseorang yang cerdas dan berpengetahuan luas saja. kecerdasan dan kepandaian butuh balutan takwa dan iman sebagai pengawalmembangun peradaban. Jika ilmu terlepas dari akar ketakwaan, maka yang terjadi adalah kehancuran.
Tidak jauh dari Tujuan pendidikan Islam, Tujuan pendidikan Adab diantaranya adalah:
1. Melahirkan Ketaqwaan
Imam Malik menggambarkan sosok Khalid bin walid. Dia adalah panglima perang pemberani yang ditakuti oleh musuh. Meskipun demikian, Dia amat takut pada Alloh Subhanahu wata'ala, yang maha pelindung. Dengan adab yang dimiliki oleh seseorang terdorong untuk makin berhati-hati dalam melakukan dan mengerjakan satu tindakan, agar jangan sampai tindakannya, sesuatu yang dilakukannya, perkataannya termasuk perkataan dan tindakan seorang yang sombong dan takabur pada Alloh Subhanahu wata'ala, agar setiap amal yang dikerjakannya niscaya mendapat balasan dari Alloh Subhanahu wata'ala, walau sekecil apapun.
Lebih dari itu, hakikat harkat dan martabat adalah berdasarkan pada ketentuan Alloh Subhanahu wata'ala, bukan pada penilai manusia, atau kebiasaan umumnya.
2. Melahirkan Keteladanan
Dalam pendidikan Islam, mengutamakan keteladanan sebagai tujuan dan hasil dari proses pendidikan. Bagaimana setelah memperoleh pendidikan, seseorang bisa menjadi teladan bagi orang lain. Menjadi teladan dalam setiap hal mulai daro bangun tidur sampai tidur lagi adalah satu hal yang sangat berat. Menajdi teladan dalam setiap perkataan dan perbuatan adalah satu prestasi yang sangat luar biasa. itulah sebenarnya tujuan dalam pendidikan.
Menjadi teladan tidak bisa terwujud dan terlahir secara instan dan semudah berbicara, melainkan tumbuh dari sebuah proses pendidikan dan pembiasaan, yang tumbuh secara terus menerus dan membentuk karakter yang kuat sehingga melahirkan keteladanan.
Dalam fase awal pertumbuhan, seorang anak biasa disebut sebagai peniru ulung, ia meniru apapun yang dia lihat, yang dia dengar dari lingkungannya, terutama dari orang tuanya ditambah dari lingkungannya, jika lingkungannya baik niscaya si anak 80% akan baik dan sebaliknya jika lingkungannya jelek maka niscaya si anak 80% akan menjadi jelek.
3. Melahirkan Kedisiplinan
Disiplin adalah persoalan pokok dalam pendidikan adab. Manusia yang disiplin akan dapat memahami dan mengakui posisinya yang tepat dengan dirinya sendiri, dengan masyarakat, dengan komunitasnya, dan juga dapat memahami dirinya, kemampuannya, intelektualnya, potensi dirinya dan spiritualnya.
Rosululloh Sholallohu'alaihi wasalam, memberi contoh dengan memulai dari hal hal sederhana seperti; makan menggunakan tangan kanan, makan jangan sambil berdiri, memakai pakaian mendahulukan yang kanan, meski tampak sepele tapi itu adalah bagian dari suatu proses pembiasaan dan penumbuhan karakter, dan pendidikan adab, di dalamnya terkandung tujuan yang luhur.
Adab-adab yang harus dipelajari dan dilaksanakan dalam Islam antara lain::
a. adab makan,
b. adab minum,
c. adab mandi,
d. adab buang hajat,/masuk kamar mandi/toilet/WC
e. adab belajar atau menuntut ilmu
f. adab mengaji,
g. adab berjalan,
h. adab bergaul pria dan wanita non muhrim,
i. adab terhadap orang tua,
j. adab terhadap guru,
k. adab terhadap yang muda,
l. adab terhadap yang lebih tua,
m. adab kepada wanita,
n. adab kepada tetangga,
o. adab kepada sesama makhluk,
p. adab kepada sesama Muslim,
q. adab kepada non Muslim,
r. adab kepada hewan
s. Adab menjenguk orang sakit
t. Adab bersenggama
u. adab Pertemanan sejati
v. adab dalam berwudhu
Bukan sekedar kebiasaan yang diulang-ulang, tapi lahir dari cara berpikir (worldview) yang benar, cara bersikap dan berperilaku (attitude) yang tepat, dan menjadi kebiasaan (behavior), kedisiplinan sikap (discipline) yang terukur berupa akhlakul karimah
4. Melahirkan Kebahagiaan
Tidak ada kebahagiaan melebihi kebahagiaan orang-orang yang beriman dan bertakwa pada Alloh subhanahu wata'ala. Ini adalah rumus dan kunci sukses kehidupan dunia akherat yang harus dimiliki oleh setiap Muslim.
Kebahagian berasal dari adanya setitik iman dalam jiwa. Imanlah yang membuat orang bisa merasa bahagia baik di dalam dunia maupun di akherat kelak.
Berdoa, adalah salah satu contoh ungkapan manusia yang tumbuh dan berangkat dari hati nurani yang tulus dan ikhlas, sadar bahwa dirinya tidak mempunyai apa-apa, tidak mempunyai kekuatan, kemampuan, tanpa adanyta pemberian dan pertolongan Alloh subhanahu wata'ala. Berdoa bukan sekedar rutinitas merapalkan bacaan, membaca mantera/tulisan, berdoa adalah wujud kepasrahan dan tawakkal kepada Aalloh Subhanahu wata'ala, yang bisa membuat jiwa tenang, damai dan tenteram. Lahirlah kebahagiaan hati dan kelapangan jiwa. Sadar dan ikhlas serta meyakini segala sesuatu yang dimiliki dan diusahakan manusia tidak terlepas dari izin dan kehendak Alloh subhanahu wata'ala.
Rosululloh sholallohu'alaihi wasalam bersabda; "Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan Dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, diapun bersabar, maka, yang demikian itu merupakan kebaikan baginya". (H.R. Muslim)
"Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab", siapa yang tidak kenal kalimat tersebut, sila kedua dari Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia sehingga dijadikan pedoman hidup bangsa Indonesia, bukanlah hanya sekedar kalimat yang tak bermakna. Sila kedua tersebut mempunyai arti yang sangat mendalam dan menjiwai seluruh komponen bangsa Indonesia. salah satu komponen bangsa yaitu Manusia/masyarakat Indonesia adalah manusia-manusia yang beradab. Karenanya jangan sampai manusia Indonesia tidak beradab, karena hal tersebut berarti manusia tersebut belum atau tidak mengamalkan sila kedua dari Pancasila.
Sila ke-dua Pancasila ini mengandung makna warga Negara Indonesia mengakui adanya manusia yang bermartabat (bermartabat adalah manusia yang memiliki kedudukan, dan derajat yang lebih tiinggi dan harus dipertahankan dengan kehidupan yang layak), memperlakukan manusia secara adil dan beradab di mana manusia memiliki daya cipta, rasa, karsa, niat dan keinginan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan.
Jadi sila kedua ini menghendaki warga Negara untuk menghormati kedudukan setiap manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, setiap manusia berhak mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur serta menggunakan norma sopan santun dalam pergaulan sesama manusia.
Adab memiliki kedudukan yang tinggi, dimana didalamnya berisi mengenai hal hal yang berkaitan dengan cara berbicara, dan berprilaku yang baik. Sayangnya kini, hal ini sudah bukan menjadi hal dilupakan, sebab bagi kebanyakan orang akhlaq atau adab tidak lagi menjadi penting. Padahal adab merupakan hal yang sifatnya agung sebab menjadi bagian dari karakter seseorang, karakter Indonesia. Kualitas seseorang juga dipengaruhi oleh kualitas adab dimiliki.
Tujuan pendidikan adab dalam Kitab al Muwaththa sejatinya berangkat dari pemahaman tentang makna dan tujuan pendidikan Islam. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh setiap Hamba senantiasa berdasarkan tujuan penghambaan atas penciptaan manusia yaitu menjadikan makhluk untuk beribadah dan bertakwa pada Sang Khaliq Alloh Subhanahu wata'ala.
Puncak dari proses perjalanan keimanan manusia termasuk pendidikan sebagai bagian yang tidak bisa terpisahkan dari penghambaan seseorang pada Alloh Subhanahu wata'ala. Tidak cukup hanya melahirkan seseorang yang cerdas dan berpengetahuan luas saja. kecerdasan dan kepandaian butuh balutan takwa dan iman sebagai pengawalmembangun peradaban. Jika ilmu terlepas dari akar ketakwaan, maka yang terjadi adalah kehancuran.
Tidak jauh dari Tujuan pendidikan Islam, Tujuan pendidikan Adab diantaranya adalah:
1. Melahirkan Ketaqwaan
Imam Malik menggambarkan sosok Khalid bin walid. Dia adalah panglima perang pemberani yang ditakuti oleh musuh. Meskipun demikian, Dia amat takut pada Alloh Subhanahu wata'ala, yang maha pelindung. Dengan adab yang dimiliki oleh seseorang terdorong untuk makin berhati-hati dalam melakukan dan mengerjakan satu tindakan, agar jangan sampai tindakannya, sesuatu yang dilakukannya, perkataannya termasuk perkataan dan tindakan seorang yang sombong dan takabur pada Alloh Subhanahu wata'ala, agar setiap amal yang dikerjakannya niscaya mendapat balasan dari Alloh Subhanahu wata'ala, walau sekecil apapun.
Lebih dari itu, hakikat harkat dan martabat adalah berdasarkan pada ketentuan Alloh Subhanahu wata'ala, bukan pada penilai manusia, atau kebiasaan umumnya.
2. Melahirkan Keteladanan
Dalam pendidikan Islam, mengutamakan keteladanan sebagai tujuan dan hasil dari proses pendidikan. Bagaimana setelah memperoleh pendidikan, seseorang bisa menjadi teladan bagi orang lain. Menjadi teladan dalam setiap hal mulai daro bangun tidur sampai tidur lagi adalah satu hal yang sangat berat. Menajdi teladan dalam setiap perkataan dan perbuatan adalah satu prestasi yang sangat luar biasa. itulah sebenarnya tujuan dalam pendidikan.
Menjadi teladan tidak bisa terwujud dan terlahir secara instan dan semudah berbicara, melainkan tumbuh dari sebuah proses pendidikan dan pembiasaan, yang tumbuh secara terus menerus dan membentuk karakter yang kuat sehingga melahirkan keteladanan.
Dalam fase awal pertumbuhan, seorang anak biasa disebut sebagai peniru ulung, ia meniru apapun yang dia lihat, yang dia dengar dari lingkungannya, terutama dari orang tuanya ditambah dari lingkungannya, jika lingkungannya baik niscaya si anak 80% akan baik dan sebaliknya jika lingkungannya jelek maka niscaya si anak 80% akan menjadi jelek.
3. Melahirkan Kedisiplinan
Disiplin adalah persoalan pokok dalam pendidikan adab. Manusia yang disiplin akan dapat memahami dan mengakui posisinya yang tepat dengan dirinya sendiri, dengan masyarakat, dengan komunitasnya, dan juga dapat memahami dirinya, kemampuannya, intelektualnya, potensi dirinya dan spiritualnya.
Rosululloh Sholallohu'alaihi wasalam, memberi contoh dengan memulai dari hal hal sederhana seperti; makan menggunakan tangan kanan, makan jangan sambil berdiri, memakai pakaian mendahulukan yang kanan, meski tampak sepele tapi itu adalah bagian dari suatu proses pembiasaan dan penumbuhan karakter, dan pendidikan adab, di dalamnya terkandung tujuan yang luhur.
Adab-adab yang harus dipelajari dan dilaksanakan dalam Islam antara lain::
a. adab makan,
b. adab minum,
c. adab mandi,
d. adab buang hajat,/masuk kamar mandi/toilet/WC
e. adab belajar atau menuntut ilmu
f. adab mengaji,
g. adab berjalan,
h. adab bergaul pria dan wanita non muhrim,
i. adab terhadap orang tua,
j. adab terhadap guru,
k. adab terhadap yang muda,
l. adab terhadap yang lebih tua,
m. adab kepada wanita,
n. adab kepada tetangga,
o. adab kepada sesama makhluk,
p. adab kepada sesama Muslim,
q. adab kepada non Muslim,
r. adab kepada hewan
s. Adab menjenguk orang sakit
t. Adab bersenggama
u. adab Pertemanan sejati
v. adab dalam berwudhu
Bukan sekedar kebiasaan yang diulang-ulang, tapi lahir dari cara berpikir (worldview) yang benar, cara bersikap dan berperilaku (attitude) yang tepat, dan menjadi kebiasaan (behavior), kedisiplinan sikap (discipline) yang terukur berupa akhlakul karimah
4. Melahirkan Kebahagiaan
Tidak ada kebahagiaan melebihi kebahagiaan orang-orang yang beriman dan bertakwa pada Alloh subhanahu wata'ala. Ini adalah rumus dan kunci sukses kehidupan dunia akherat yang harus dimiliki oleh setiap Muslim.
Kebahagian berasal dari adanya setitik iman dalam jiwa. Imanlah yang membuat orang bisa merasa bahagia baik di dalam dunia maupun di akherat kelak.
Berdoa, adalah salah satu contoh ungkapan manusia yang tumbuh dan berangkat dari hati nurani yang tulus dan ikhlas, sadar bahwa dirinya tidak mempunyai apa-apa, tidak mempunyai kekuatan, kemampuan, tanpa adanyta pemberian dan pertolongan Alloh subhanahu wata'ala. Berdoa bukan sekedar rutinitas merapalkan bacaan, membaca mantera/tulisan, berdoa adalah wujud kepasrahan dan tawakkal kepada Aalloh Subhanahu wata'ala, yang bisa membuat jiwa tenang, damai dan tenteram. Lahirlah kebahagiaan hati dan kelapangan jiwa. Sadar dan ikhlas serta meyakini segala sesuatu yang dimiliki dan diusahakan manusia tidak terlepas dari izin dan kehendak Alloh subhanahu wata'ala.
Rosululloh sholallohu'alaihi wasalam bersabda; "Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan Dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, diapun bersabar, maka, yang demikian itu merupakan kebaikan baginya". (H.R. Muslim)