Adab bertetangga Untuk Mempererat Ukhuwah Islamiyah
Tetangga, Kata Al Jaar (tetangga) dalam bahasa Arab berarti orang yang bersebelahan denganmu. Ibnu Mandzur berkata: “الجِوَار , الْمُجَاوَرَة dan الْجَارُ bermakna orang yang bersebelahan denganmu. Bentuk pluralnya أَجْوَارٌ , جِيْرَةٌ dan جِيْرَانٌ”. Sedang secara istilah syar’i bermakna orang yang bersebelahan secara syar’i baik dia seorang muslim atau kafir, baik atau jahat, teman atau musuh, berbuat baik atau jelek, bermanfaat atau merugikan dan kerabat atau bukan.
Tetangga memiliki tingkatan, sebagiannya lebih tinggi dari sebagian yang lainnya, bertambah dan berkurang sesuai dengan kedekatan dan kejauhannya, kekerabatan, agama dan ketakwaannya serta yang sejenisnya.
Adapun batasannya masih diperselisihkan para ulama, di antara pendapat mereka adalah:
1. Batasan tetangga yang mu’tabar adalah 40 rumah dari semua arah.
2. sepuluh rumah dari semua arah.
3. orang yang mendengar azan adalah tetangga.
4. tetangga adalah yang menempel dan bersebelahan saja.
5. batasannya adalah mereka yang disatukan oleh satu masjid.
Pengertian Tetangga Umat Islam dalam bermasyarakat telah memiliki tuntunan tersendiri, termasuk dalam hidup bertetangga. Bertetangga artinya hidup bersama orang lain dalam suatu lingkungan tertentu yang dekat atau yang jauh (Muhsin, 2004:1). Dalam Islam tetangga itu ada dua kategori, yaitu tetangga dekat dan tetangga jauh. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Q.S al-Nissa: 36.
Dari pengertian kerukunan dan tetangga sebagaimana dijelaskan di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kerukunan bertetangga adalah suatu keadaan dalam menjalankan kehidupan bersama oranglain pada suatu lingkungan tertentu yang ditandai dengan sikap damai, saling menghormati, menghargai, tenggang rasa, saling membantu dan tidak saling mengganggu.
ayat al-Qur’an sebagaimana berikut ini:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” Q.S alHujurat: 10
Sebagai mahluk sosial, kita tidak akan dapat hidup dengan baik tanpa bantuan orang lain. Sejak kita lahir bahkan hingga kita meninggal, tentunya kita membutuhkan bantuan orang lain. Maka dari itu, kita harus menjaga hubungan baik dengan sesama, terutama dengan tetangga. Berikut ini adalah beberapa adab bertetangga yang perlu kita aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari:
Sendi-sendi ukhuwah Islamiah menurut Abuddin Nata (2008: 371) adalah sebagai berikut:
1. Husnul zhan atau prasangka baik terhadap sesama saudara sesama muslim. Sebab, kalau sejak awal persaudaraan telah dibina dengan prasangka baik semua kegiatan akan berjalan lancar, karena tidak ada rasa saling mencurigai antara sesama saudara. Sebaliknya, jika persaudaraan dibina atas su’ul zhan atau prasangka buruk segala
2. Bersikap baik
Kepada tetangga, hendaknya kita selalu bersikap baik agar hubungan yang terjalin pun semakin hangat dan akrab. Hal ini juga telah diperintahkan langsung oleh Allah SWT dalam Al Quran,
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ
“Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.” (QS. An Nisa: 36).
3. Kasih sayang. Kasih sayang dan saling mencintai merupakan jiwa persaudaraan. Tanpa kasih sayang dan rasa saling mencintai, niscaya tidak akan ada persaudaraan. Oleh sebab itu, semakin besar kasih sayang akan semakin intim pulalah persaudaraan. Seperti yang ada dalam shahih Bukhari dan Muslim dimana disebutkan perumpamaan tersebut dari haditsnya Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: 'Rasulallah Shalallahu‟alaihi wa sallam bersabda
Artinya "Perumpamaan orang mukmin dalam hal saling mencinta, saling mengasihi dan saling menyayangi bagaikan sebuah tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh merasa sakit dan tidak dapat tidur ". HR Bukhari dan Muslim (Syamsu Rijal, 2007: 94).
4. Rela berkorban. Kerelaan berkorban dan berbagi rasa amat diperlukan dalam membina ukhuwah. Sebab, ukhuwah pada intinya seperti telah disebutkan adalah pergaulan hidup dalam tarap yang paling intim. Pergaulan hidup memerlukan pengorbanan, baik material maupun spiritual. Pengorbanan itu diperlukan, karena manusia tidak mempunyai selera yang sama, tidak memilki perasaan dan pikiran yang sama. d) Toleransi. Sudah hakikatnya manusia dalam menjalani kehidupan dengan manusia lain terdapat benturan perbedaan pendapat ataupun cara pandang. Oleh sebab itu, dalam ukhuwah dituntut adanya kelapangan dada atau toleransi. Dengan adanya sikap toleransi berarti adanya sikap saling menerima perbedaan yang ada tanpa harus mempermasalahkannya
5. Musyawarah. Merupakan salah satu sendi ukhuwah Islamiyah, karena melalui musyawarah itu umat atau pemimpinnya dapat memecahkan problema bersama secara adil, bebas dan terbuka. Tanpa adanya musyawarah, tentu perbedaan pendapat dalam menghadapi suatu problem tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka akibatnya yang terjadi ialah keretakan dalam tubuh ukhuwah Islamiyah.
menurut Muhsin dalam bukunya bertetangga dan bermasyarakat dalam Islam, (2004: 6-10) antara lain adalah:
6. Sebagai saudara dan keluarga Ada yang mengatakan bahwa tetangga sama dengan saudara atau keluarga sendiri, apalagi bila mereka seiman dan sesama muslim. Sebab, bila ada kesulitan dan musibah, maka tetanggalah yang lebih dahulu memberikan pertolongan. Oleh karena itu, sebagai sesama muslim dan seiman mereka harus semakin memperkuat hubungan persaudaraannya; untuk menjaga agar tidak sampai putus.
7. Sebagai mitra usaha Tetangga juga dapat menjadi mitra dalam usaha dalam pekerjaan sebagai upaya meningkatkan keadaan ekonomi rumah tangganya. Mereka melakukan kerjasama dalam mendirikan kegiatan dan jaringan usaha yang saling menguntungkan dan mendatangkan pendapatan.
8. Sebagai teman seperjuangan Demikian pula tetangga dapat menjadi teman seperjuangan dalam masyarakat, apalagi mereka yang seiman dan sesama muslim. Sebagai teman seperjuangan, terutama dalam memperjuangkan hak-hak, menjaga keamanan bersama, dan membangun masyarakat. Juga sesama muslim dapat menjadi teman seperjuangan dalam memakmurkan mesjid, aktivitas dakwah dan pengajian yang ada dilingkungan tempat tinggalnya. d. Sebagai uswah Tetangga dapat pula menjadi teladan dan contoh. Tetangga yang baik akan membuat lingkungan masyarakatnya pun menjadi baik. Namun sebaliknya, tetangga yang buruk dapat menimbulkan lingkungan yang buruk pula. Oleh sebab itu, seorang muslim harus menjadikan dirinya sebagai uswah dan suri tauladan bagi tetangganya dimana saja mereka tinggal
9. Sebagai sesama warga Tetangga dalam suatu masyarakat adalah sama-sama sebagai warga RT/RW setempat yang mempunyai hak-hak dan kewajiban yang sama. Mereka dapat melakukan kerja sama dalam melaksanakan kegiatan kebajikan dalam 27 lingkungan masyarakat. Mereka dapat bergotong royong dalam memelihara lingkungan yang aman, bersih, dan sehat.
10. Sikap Akhlak dalam bertetangga diantaranya dalam bentuk sikap dan perbuatan. Akhlak dalam bentuk sikap ditunjukkan dalam perilaku yang baik terhadap tetangga yang perlu dijaga dan dipelihara diantaranya:
11. Menjaga hubungan baik Dalam bertetangga yang perlu dijaga dan dipelihara diantaranya hubungan baik. Hubungan baik dengan tetangga hendaknya tidak sampai luntur. Hubungan baik harus dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya sampai kapanpun.
12. Saling menghormati Bertetanggga sudah seharusnya saling menghormati, apakah ada hubungan keluarga ataupun tidak, sahabat atau bukan, satu agama atau beda sekalipun.
13. Menjaga nama baiknya Bertetangga yang baik tentu harus saling menjaga nama baik. Mereka tidak menyebarkan aib dan menceritakan kejelekan tetangganya. Bila ada orang lain yang menceritakan aib tetangganya maka diingatkan dan ditolaknya dengan baik.
14. Tidak bersikap sombong Dalam bertetangga yang baik juga perlu menghindari sikap sombong. Selain sombong adalah merupakan sifat syetan, juga bisa membawa pada kehancuran. e) Tidak saling membenci dan mendengki Bertetangga haruslah menghindari sikap saling membenci dan dengki. Apabila dengan tetangga saling membenci dan dengki maka hidupnya menjadi tidak tenang dan damai. Oleh sebab itulah, Rasulullah saw melarang saling membenci dan dengki, dan memerintahkan agar menjaga hubungan, toleransi dan persaudaraan.
15. Perkataan Selain sikap, akhlak bertetangga juga menyangkut perkataan. "Lidah Tak Bertulang" mengandung makna bahwa bagaimana menjaga perkataan dengan baik dan benar terhadap tetangga jangan sampai menimbulkan kemudharatan terhadap tetangga. Adapun perkataan yang perlu dipelihara agar tidak menimbulkan bahaya, sakit hati, tersinggung dan benci bagi tetangga antara lain: hasud, ghibah, fitnah, namimah, bohong, bisikbisik, olok-olok dan lain-lain.
16. Saling Tolong menolong Manusia mengenal kehidupan bersama, kemudian bermasyarakat atau berkehidupan sosial. Dalam perkembangannya setiap orang akhirnya mengetahui bahwa manusia itu saling membantu dan dibantu, memberi dan diberi (Sunarto, 2008: 27).
Hendaknya seorang muslim menolong serta membantu saudaranya sesama muslim. Seperti yang diperintahkan oleh Allah swt dalam Qur’an Surat al-Maidah ayat 2:
ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
17. Gemar memberi kepada tetangga.
Hadits di atas mengisyaratkan bahwasannya memberi atau berbagi cukup dengan pemberian yang sederhana asalkan diberikan dengan cara yang baik.
18. Membalas ucapan salamnya, memenuhi undangannya, mendo'akan bila dirinya bersin, menjenguk jika dirinya sakit, dan mengiringi jenazahnya.
19. Tidak menghalangi bangunan tetangga
Dalam bertetangga, tentu kita akan memiliki bangunan rumah yang saling berdampingan. Bahkan bebrerapa rumah juga berdempetan. Sebagai tetangga yang baik, hendaknya kita tidak menghalangi tetangga untuk membangun rumah atau menghalangi udara dan sinar matahari ke rumahnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
لاَ يَمْنَعْ أَحَدُكُمْ جَارَهُ أَنْ يَغْرِزَ خَشَبَةً فِى جِدَارِهِ
“Janganlah salah seorang di antara kalian melarang tetangganya menancapkan kayu di dinding (tembok)nya” (HR.Bukhari (no.1609); Muslim (no.2463); dan lafazh hadits ini menurut riwayat beliau; Ahmad (no.7236); at-Tirmidzi (no.1353); Abu Dawud (no.3634); Ibnu Majah (no.2335); dan Malik (no.1462)
20. Memelihara hak tetangga
Salah satu hal yang harus kita utamakan adalah memelihara hak tetangga. Hak tetangga yang perlu kita jaga adalah melindungi harta mereka dari orang jahat, serta memberikan beberapa hadiah.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, aku memiliki dua tetangga, manakah yang aku beri hadiah?’ Nabi menjawab,
إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكَ باَباً
‘Yang pintunya paling dekat dengan rumahmu’” (HR. Bukhari (no.6020); Ahmad (no.24895); dan Abu Dawud (no.5155)).
21. Tidak menggangu tetangga
Adab bertetangga selanjutnya adalah tidak mengganggu tetangga. Misalnya tidak mengeraskan suara televisi sehingga mengganggu istirahat tetangga dan kegiatan yang mungkin membuat mereka menjadi tidak nyaman. Begitu pula ketika akan mengadakan sebuah acara di rumah, hendaknya meminta izin tetangga terdekat terlebih dahulu agar mereka tidak merasa terganggu dengan acara yang kita selenggarakan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka janganlah dia mengganggu tetangganya’”(HR. Bukhari (no.1609); Muslim (no.2463); dan lafazh hadits ini menurut riwayat beliau, Ahmad (no.7236); at-Tirmidzi (no.1353); Abu Dawud (no.3634); Ibnu Majah (no.2335); dan Malik (no.1462)).
Dari Abu Syuraih radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda,
وَاللَّه لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ
“Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. “Sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yang tetangganya tidak aman dari keburukannya” (HR. Bukhari (no.6016)).
22. Memberi makanan
Kepada tetangga yang paling dekat rumahnya dengan kita hendaknya sering-sering berbagi makanan. Dengan begini, hubungan kita dengan tetangga akan menjadi semakin baik dan harmonis. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasul kepada para tetangganya.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wassalam bersabda kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu,
يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا وَتَعَاهَدْ جِيرَانَكَ
“Wahai Abu Dzar, apabila kamu memasak sayur (daging kuah) maka perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu” (HR. Muslim).
23. Sabar jika diganggu
Adab bertetangga lainnya adalah selalu bersabar jika diganggu oleh tetangga yang jahil. Memang terdapat beberapa tetangga yang suka membuat masalah, namun hendaknya sebagai muslim kita dapat menahan amarah dan menyikapinya dengan sabar. Begitu pula yang dicontohkan oleh Rasulullah saw ketika dulu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda :
“Ada tiga kelompok manusia yang dicintai Allah, … Disebutkan diantaranya: “Seseorang yang mempunyai tetangga, ia selalu disakiti (diganggu) oleh tetangganya, namun ia sabar atas gangguannya itu hingga keduanya dipisah boleh kematian atau keberangkatannya” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).
24. Menjenguk ketika ia sakit
Sebagai tetangga yang baik, hendaknya kita selalu memberikan dukungan kepada tetangga. Begitu pula ketika ia sakit, maka sudah seharusnya kita menjenguknya sembari memberikan semangat dan doa agar ia segera sembuh dari penyakitnya. Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda:
إِذَا عَادَ الرَّجُلُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ مَشَى فِيْ خِرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ.
“Apabila seseorang menjenguk saudaranya yang muslim (yang sedang sakit), maka (seakan-akan) dia berjalan sambil memetik buah-buahan Surga sehingga dia duduk, apabila sudah duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila menjenguknya di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar mendapat rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad dengan sanad shahih).
Daftar Pustaka
Abdullah bin Jarullah. 2008. Ukhuwah Islamiyah. Yogyakarta: Insan Madani
Depag. R.I., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag R.I. : Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 1978.
http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB259410343.pdf
Tetangga, Kata Al Jaar (tetangga) dalam bahasa Arab berarti orang yang bersebelahan denganmu. Ibnu Mandzur berkata: “الجِوَار , الْمُجَاوَرَة dan الْجَارُ bermakna orang yang bersebelahan denganmu. Bentuk pluralnya أَجْوَارٌ , جِيْرَةٌ dan جِيْرَانٌ”. Sedang secara istilah syar’i bermakna orang yang bersebelahan secara syar’i baik dia seorang muslim atau kafir, baik atau jahat, teman atau musuh, berbuat baik atau jelek, bermanfaat atau merugikan dan kerabat atau bukan.
Tetangga memiliki tingkatan, sebagiannya lebih tinggi dari sebagian yang lainnya, bertambah dan berkurang sesuai dengan kedekatan dan kejauhannya, kekerabatan, agama dan ketakwaannya serta yang sejenisnya.
Adapun batasannya masih diperselisihkan para ulama, di antara pendapat mereka adalah:
1. Batasan tetangga yang mu’tabar adalah 40 rumah dari semua arah.
2. sepuluh rumah dari semua arah.
3. orang yang mendengar azan adalah tetangga.
4. tetangga adalah yang menempel dan bersebelahan saja.
5. batasannya adalah mereka yang disatukan oleh satu masjid.
Dari pengertian kerukunan dan tetangga sebagaimana dijelaskan di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kerukunan bertetangga adalah suatu keadaan dalam menjalankan kehidupan bersama oranglain pada suatu lingkungan tertentu yang ditandai dengan sikap damai, saling menghormati, menghargai, tenggang rasa, saling membantu dan tidak saling mengganggu.
ayat al-Qur’an sebagaimana berikut ini:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” Q.S alHujurat: 10
Sebagai mahluk sosial, kita tidak akan dapat hidup dengan baik tanpa bantuan orang lain. Sejak kita lahir bahkan hingga kita meninggal, tentunya kita membutuhkan bantuan orang lain. Maka dari itu, kita harus menjaga hubungan baik dengan sesama, terutama dengan tetangga. Berikut ini adalah beberapa adab bertetangga yang perlu kita aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari:
Sendi-sendi ukhuwah Islamiah menurut Abuddin Nata (2008: 371) adalah sebagai berikut:
1. Husnul zhan atau prasangka baik terhadap sesama saudara sesama muslim. Sebab, kalau sejak awal persaudaraan telah dibina dengan prasangka baik semua kegiatan akan berjalan lancar, karena tidak ada rasa saling mencurigai antara sesama saudara. Sebaliknya, jika persaudaraan dibina atas su’ul zhan atau prasangka buruk segala
2. Bersikap baik
Kepada tetangga, hendaknya kita selalu bersikap baik agar hubungan yang terjalin pun semakin hangat dan akrab. Hal ini juga telah diperintahkan langsung oleh Allah SWT dalam Al Quran,
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ
“Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.” (QS. An Nisa: 36).
3. Kasih sayang. Kasih sayang dan saling mencintai merupakan jiwa persaudaraan. Tanpa kasih sayang dan rasa saling mencintai, niscaya tidak akan ada persaudaraan. Oleh sebab itu, semakin besar kasih sayang akan semakin intim pulalah persaudaraan. Seperti yang ada dalam shahih Bukhari dan Muslim dimana disebutkan perumpamaan tersebut dari haditsnya Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: 'Rasulallah Shalallahu‟alaihi wa sallam bersabda
Artinya "Perumpamaan orang mukmin dalam hal saling mencinta, saling mengasihi dan saling menyayangi bagaikan sebuah tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh merasa sakit dan tidak dapat tidur ". HR Bukhari dan Muslim (Syamsu Rijal, 2007: 94).
4. Rela berkorban. Kerelaan berkorban dan berbagi rasa amat diperlukan dalam membina ukhuwah. Sebab, ukhuwah pada intinya seperti telah disebutkan adalah pergaulan hidup dalam tarap yang paling intim. Pergaulan hidup memerlukan pengorbanan, baik material maupun spiritual. Pengorbanan itu diperlukan, karena manusia tidak mempunyai selera yang sama, tidak memilki perasaan dan pikiran yang sama. d) Toleransi. Sudah hakikatnya manusia dalam menjalani kehidupan dengan manusia lain terdapat benturan perbedaan pendapat ataupun cara pandang. Oleh sebab itu, dalam ukhuwah dituntut adanya kelapangan dada atau toleransi. Dengan adanya sikap toleransi berarti adanya sikap saling menerima perbedaan yang ada tanpa harus mempermasalahkannya
5. Musyawarah. Merupakan salah satu sendi ukhuwah Islamiyah, karena melalui musyawarah itu umat atau pemimpinnya dapat memecahkan problema bersama secara adil, bebas dan terbuka. Tanpa adanya musyawarah, tentu perbedaan pendapat dalam menghadapi suatu problem tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka akibatnya yang terjadi ialah keretakan dalam tubuh ukhuwah Islamiyah.
menurut Muhsin dalam bukunya bertetangga dan bermasyarakat dalam Islam, (2004: 6-10) antara lain adalah:
6. Sebagai saudara dan keluarga Ada yang mengatakan bahwa tetangga sama dengan saudara atau keluarga sendiri, apalagi bila mereka seiman dan sesama muslim. Sebab, bila ada kesulitan dan musibah, maka tetanggalah yang lebih dahulu memberikan pertolongan. Oleh karena itu, sebagai sesama muslim dan seiman mereka harus semakin memperkuat hubungan persaudaraannya; untuk menjaga agar tidak sampai putus.
7. Sebagai mitra usaha Tetangga juga dapat menjadi mitra dalam usaha dalam pekerjaan sebagai upaya meningkatkan keadaan ekonomi rumah tangganya. Mereka melakukan kerjasama dalam mendirikan kegiatan dan jaringan usaha yang saling menguntungkan dan mendatangkan pendapatan.
8. Sebagai teman seperjuangan Demikian pula tetangga dapat menjadi teman seperjuangan dalam masyarakat, apalagi mereka yang seiman dan sesama muslim. Sebagai teman seperjuangan, terutama dalam memperjuangkan hak-hak, menjaga keamanan bersama, dan membangun masyarakat. Juga sesama muslim dapat menjadi teman seperjuangan dalam memakmurkan mesjid, aktivitas dakwah dan pengajian yang ada dilingkungan tempat tinggalnya. d. Sebagai uswah Tetangga dapat pula menjadi teladan dan contoh. Tetangga yang baik akan membuat lingkungan masyarakatnya pun menjadi baik. Namun sebaliknya, tetangga yang buruk dapat menimbulkan lingkungan yang buruk pula. Oleh sebab itu, seorang muslim harus menjadikan dirinya sebagai uswah dan suri tauladan bagi tetangganya dimana saja mereka tinggal
9. Sebagai sesama warga Tetangga dalam suatu masyarakat adalah sama-sama sebagai warga RT/RW setempat yang mempunyai hak-hak dan kewajiban yang sama. Mereka dapat melakukan kerja sama dalam melaksanakan kegiatan kebajikan dalam 27 lingkungan masyarakat. Mereka dapat bergotong royong dalam memelihara lingkungan yang aman, bersih, dan sehat.
10. Sikap Akhlak dalam bertetangga diantaranya dalam bentuk sikap dan perbuatan. Akhlak dalam bentuk sikap ditunjukkan dalam perilaku yang baik terhadap tetangga yang perlu dijaga dan dipelihara diantaranya:
11. Menjaga hubungan baik Dalam bertetangga yang perlu dijaga dan dipelihara diantaranya hubungan baik. Hubungan baik dengan tetangga hendaknya tidak sampai luntur. Hubungan baik harus dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya sampai kapanpun.
12. Saling menghormati Bertetanggga sudah seharusnya saling menghormati, apakah ada hubungan keluarga ataupun tidak, sahabat atau bukan, satu agama atau beda sekalipun.
13. Menjaga nama baiknya Bertetangga yang baik tentu harus saling menjaga nama baik. Mereka tidak menyebarkan aib dan menceritakan kejelekan tetangganya. Bila ada orang lain yang menceritakan aib tetangganya maka diingatkan dan ditolaknya dengan baik.
14. Tidak bersikap sombong Dalam bertetangga yang baik juga perlu menghindari sikap sombong. Selain sombong adalah merupakan sifat syetan, juga bisa membawa pada kehancuran. e) Tidak saling membenci dan mendengki Bertetangga haruslah menghindari sikap saling membenci dan dengki. Apabila dengan tetangga saling membenci dan dengki maka hidupnya menjadi tidak tenang dan damai. Oleh sebab itulah, Rasulullah saw melarang saling membenci dan dengki, dan memerintahkan agar menjaga hubungan, toleransi dan persaudaraan.
15. Perkataan Selain sikap, akhlak bertetangga juga menyangkut perkataan. "Lidah Tak Bertulang" mengandung makna bahwa bagaimana menjaga perkataan dengan baik dan benar terhadap tetangga jangan sampai menimbulkan kemudharatan terhadap tetangga. Adapun perkataan yang perlu dipelihara agar tidak menimbulkan bahaya, sakit hati, tersinggung dan benci bagi tetangga antara lain: hasud, ghibah, fitnah, namimah, bohong, bisikbisik, olok-olok dan lain-lain.
16. Saling Tolong menolong Manusia mengenal kehidupan bersama, kemudian bermasyarakat atau berkehidupan sosial. Dalam perkembangannya setiap orang akhirnya mengetahui bahwa manusia itu saling membantu dan dibantu, memberi dan diberi (Sunarto, 2008: 27).
Hendaknya seorang muslim menolong serta membantu saudaranya sesama muslim. Seperti yang diperintahkan oleh Allah swt dalam Qur’an Surat al-Maidah ayat 2:
ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
17. Gemar memberi kepada tetangga.
Hadits di atas mengisyaratkan bahwasannya memberi atau berbagi cukup dengan pemberian yang sederhana asalkan diberikan dengan cara yang baik.
18. Membalas ucapan salamnya, memenuhi undangannya, mendo'akan bila dirinya bersin, menjenguk jika dirinya sakit, dan mengiringi jenazahnya.
19. Tidak menghalangi bangunan tetangga
Dalam bertetangga, tentu kita akan memiliki bangunan rumah yang saling berdampingan. Bahkan bebrerapa rumah juga berdempetan. Sebagai tetangga yang baik, hendaknya kita tidak menghalangi tetangga untuk membangun rumah atau menghalangi udara dan sinar matahari ke rumahnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
لاَ يَمْنَعْ أَحَدُكُمْ جَارَهُ أَنْ يَغْرِزَ خَشَبَةً فِى جِدَارِهِ
“Janganlah salah seorang di antara kalian melarang tetangganya menancapkan kayu di dinding (tembok)nya” (HR.Bukhari (no.1609); Muslim (no.2463); dan lafazh hadits ini menurut riwayat beliau; Ahmad (no.7236); at-Tirmidzi (no.1353); Abu Dawud (no.3634); Ibnu Majah (no.2335); dan Malik (no.1462)
20. Memelihara hak tetangga
Salah satu hal yang harus kita utamakan adalah memelihara hak tetangga. Hak tetangga yang perlu kita jaga adalah melindungi harta mereka dari orang jahat, serta memberikan beberapa hadiah.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, aku memiliki dua tetangga, manakah yang aku beri hadiah?’ Nabi menjawab,
إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكَ باَباً
‘Yang pintunya paling dekat dengan rumahmu’” (HR. Bukhari (no.6020); Ahmad (no.24895); dan Abu Dawud (no.5155)).
21. Tidak menggangu tetangga
Adab bertetangga selanjutnya adalah tidak mengganggu tetangga. Misalnya tidak mengeraskan suara televisi sehingga mengganggu istirahat tetangga dan kegiatan yang mungkin membuat mereka menjadi tidak nyaman. Begitu pula ketika akan mengadakan sebuah acara di rumah, hendaknya meminta izin tetangga terdekat terlebih dahulu agar mereka tidak merasa terganggu dengan acara yang kita selenggarakan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka janganlah dia mengganggu tetangganya’”(HR. Bukhari (no.1609); Muslim (no.2463); dan lafazh hadits ini menurut riwayat beliau, Ahmad (no.7236); at-Tirmidzi (no.1353); Abu Dawud (no.3634); Ibnu Majah (no.2335); dan Malik (no.1462)).
Dari Abu Syuraih radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda,
وَاللَّه لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ
“Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. “Sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yang tetangganya tidak aman dari keburukannya” (HR. Bukhari (no.6016)).
22. Memberi makanan
Kepada tetangga yang paling dekat rumahnya dengan kita hendaknya sering-sering berbagi makanan. Dengan begini, hubungan kita dengan tetangga akan menjadi semakin baik dan harmonis. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasul kepada para tetangganya.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wassalam bersabda kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu,
يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا وَتَعَاهَدْ جِيرَانَكَ
“Wahai Abu Dzar, apabila kamu memasak sayur (daging kuah) maka perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu” (HR. Muslim).
23. Sabar jika diganggu
Adab bertetangga lainnya adalah selalu bersabar jika diganggu oleh tetangga yang jahil. Memang terdapat beberapa tetangga yang suka membuat masalah, namun hendaknya sebagai muslim kita dapat menahan amarah dan menyikapinya dengan sabar. Begitu pula yang dicontohkan oleh Rasulullah saw ketika dulu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda :
“Ada tiga kelompok manusia yang dicintai Allah, … Disebutkan diantaranya: “Seseorang yang mempunyai tetangga, ia selalu disakiti (diganggu) oleh tetangganya, namun ia sabar atas gangguannya itu hingga keduanya dipisah boleh kematian atau keberangkatannya” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).
24. Menjenguk ketika ia sakit
Sebagai tetangga yang baik, hendaknya kita selalu memberikan dukungan kepada tetangga. Begitu pula ketika ia sakit, maka sudah seharusnya kita menjenguknya sembari memberikan semangat dan doa agar ia segera sembuh dari penyakitnya. Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda:
إِذَا عَادَ الرَّجُلُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ مَشَى فِيْ خِرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ.
“Apabila seseorang menjenguk saudaranya yang muslim (yang sedang sakit), maka (seakan-akan) dia berjalan sambil memetik buah-buahan Surga sehingga dia duduk, apabila sudah duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila menjenguknya di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar mendapat rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad dengan sanad shahih).
Daftar Pustaka
Abdullah bin Jarullah. 2008. Ukhuwah Islamiyah. Yogyakarta: Insan Madani
Depag. R.I., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag R.I. : Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 1978.
http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB259410343.pdf