19 Adab dengan orang tua "Birrul Walidain" Menuju Ridho Alloh

19 Adab dengan orang tua "Birrul Walidain" Menuju Ridho Alloh
Modal utama berbuat baik (ihsan) terhadap orang tua adalah ikhlas. Ikhlas sesuatu yang mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan. Melakukan sesuatu tanpa mengharap balasan dan imbalan sangatlah sulit. Terkadang ada diantara manusia yang berbuat baik terhadap orang tua karena ingin meminta sesuatu agar diberi dan dikabulkan. Padahal ada keterangan yang mengatakan bahwa, adab terhadap orang tua lebih utama dari jihad,  adab terhadap orang tua lebih utama dari istri, adab terhadap orang tua lebih utama dari ibadah haji, adab terhadap orang tua lebih utama dari Menziarahi Rasululloh , adab terhadap orang tua lebih utama dari cinta anak, adab terhadap orang tua lebih utama dari Ibadah sunah. Walaupun begitu besarnya pahala berbakti pada orang tua, tapi masih terhitung sedikit yang  bisa mengamalkannya.
19 Adab dengan orang tua Menuju Ridho Alloh
Tidak ada orang yang lebih penting untuk dihormati selain Rasulullah dan orang tua kita. Rasulullah sendiri telah memperingatkan kita untuk sellau berbakti kepada orang tua, baik itu orang tua sendiri maupun orang tua lainnya. Maka dari itu, terdapat beberapa adab terhadap orang tua yang telah dicontohkan oleh Rasulullah sebagai berikut:

1. Memandang dengan lembut dan Ramah
Sebagai anak, mari kita berusaha menjaga pandangan terhadap orangtua kita dengan pandangan yang lembut dan penuh kasih sayang dan keramahan., jangan sampai kita melotot terhadap urang tua karena itu melanggar adab terhadap orang tua.
Sebagai seorang yang jauh lebih muda, kita dianjurkan untuk tidak memandang orang yang lebih tua dengan tatapan yang tajam dan tidak menyenangkan. Berikan tatapan yang lembut dan hangat ketika berhadapan dengan orang tua.
Sebagaimana yang terdapat pada Shohih Bukhari no. 2731, 2732, yang mana para sahabat kala itu selalu memandang dengan penuh hormat kepada Rasul dimana mereka menjalani Rasulullah Saw.

2. Tidak mendahului bicara
Adab selanjutnya adalah berbicara dengan mendahulukan yang lebih tua. Biarkan mereka yang lebih tua untuk berbicara terlebih dahulu untuk menyenangkan hati mereka.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

كُنَّا عِنْدَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَأُتِىَ بِجُمَّارٍ فَقَالَ « إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً مَثَلُهَا كَمَثَلِ الْمُسْلِمِ » . فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ هِىَ النَّخْلَةُ ، فَإِذَا أَنَا أَصْغَرُ الْقَوْمِ فَسَكَتُّ ، قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « هِىَ النَّخْلَةُ »

“Dulu kami berada di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian didatangkanlah bagian dalam pohon kurma.  Lalu beliau mengatakan, “Sesungguhnya di antara pohon adalah pohon yang menjadi permisalan bagi seorang muslim.” Aku (Ibnu ‘Umar) sebenarnya ingin mengatakan bahwa itu adalah pohon kurma. Namun, karena masih  kecil, aku lantas diam. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Itu adalah pohon kurma.” (HR. Bukhari no. 72 dan Muslim no. 2811)

3. Patuh Dan Taat
mematuhi sesuai printah-perintah mereka. Apapun perintah orang tua anak harus patuh kecuali perintahnya bertentangan dengan syariat Allah SWT. Atau perintah itu melebihi batas kemampuannya untuk dilaksanakan. Jika terjadi seperti ini, seorang anak harus mencoba semampunya. Jika terpaksa harus menolak, maka cara menolaknya tetap harus dengan menjunjung kesopanan dengan memohon maaf dan memberikan alternatif lain yang sesuai dengan kemampuanya.  Keempat, memenuhi panggilan mereka. Anak harus segera menjawab panggilan orang tua begitu mendengar suara orang tua memanggilnya. Dalam hal anak sedang melaksanakan shalat (shalat sunnah), ia boleh membatalkan shalatnya untuk segera memenuhi panggilannya. Jika orang tua memanggil anak untuk pulang dan menemuinya, anak harus segera mengusahakannya begitu ada kesempatan tanpa menunda-nunda. 

4. Merendahkan Hati
Tetap merendahkan hati dan tidak sombong terhadap orang tua, walaupun misalnya kita lebih pintar, lebih kaya, lebih berhasil, lebih sukses, tetap tidak dibenarkan bila kita sombong. Ingatlah tanpa Mereka (urang tua kita), kita tidak mungkin berada didunia ini, Tanpa Mereka (urang tua kita), kita tidak mungkin sukses, karena  Mereka (urang tua kita),pasti punya peran dengan kesuksesan yang kita capai.

5. Ringankan beban orang tua
Bantulah mengangkat beban orang tua kita, beban apapun itu, baik beban pikiran, perasaan, beban benda, ataupun beban-beban lainnya. Ingatlah bahwa sewaktu kita dulu belum kuat mengangkat beban, pasti orang tua kita yang pertamakali membantu kita meringankan beban yang kita bawa, kita angkat. Orang tua sebagai orang pertama yang membantu kita dalam hal apapun.

6. Berbicara Tidak Kasar
Sebagai orang yang lebih muda, hendaknya kita berbicara dengan nada yang lembut dan penuh sopan santun. dan hormat, Jangan pernah berbicaralah dengan nada yang tinggi apalagi membentak pada orang tua.
Dari Al Musawwir bin Makhramah radhiallahu’anhu tentang sahabat Rasulullah terhadap Rasul ketika berbicara,

وإذا تكَلَّمَ خَفَضُوا أصواتَهم عندَه ، وما يُحِدُّون إليه النظرَ؛ تعظيمًا له

“jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhadap Rasulullah” (HR. Al Bukhari 2731).

7. Meminta izin, nasihat dan bimbingan
Meminta izin dan ridha orang tua adalah wajib hukumnya bila kita akan melakukan sesuatu, mintalah pertimbangan, saran, bimbingan, nasehat terhadap orang tua. Karena saya yakin walaupun orang tua kita terkadang pendidikannya (secara formal)  lebih rendah dari anaknya, tapi secara sisi lain orang tua kita tetap mempunyai kelebihan yang kita belum punya.

8. Tidak duduk saat mereka berdiri
Persilahkan duduk pada orang tua terlebih dahulu sebelum anda duduk kemudian.
Jika orang tua sedang berdiri, maka hendaknya kita ikut berdiri dan tidak duduk di hadapannya. Hal ini dimaksudkan untuk menyelisihi kebiasaan orang kafir yang justru duduk saat orang tua berdiri sehingga dianggap tidak sopan dalam Islam.
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu:

اشتكى رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فصلينا وراءَه وهو قاعدٌ, وأبو بكرٍ يُسْمِعُ الناسَ تكبيرَه, فالتفتَ إلينا فرآنا قيامًا فأشار إلينا فقعدنا, فصلينا بصلاتِه قعودًا. فلما سلَّمَ قال: إن كدتُم آنفًا لتفعلون فعلَ فارسَ والرومِ, يقومون على ملوكِهم وهم قعودٌ. فلا تفعلوا. ائتموا بأئمَّتِكم. إن صلى قائمًا فصلوا قيامًا وإن صلى قاعدًا فصلوا قعودًا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengaduh (karena sakit), ketika itu kami shalat bermakmum di belakang beliau, sedangkan beliau dalam keadaan duduk, dan Abu Bakar memperdengarkan takbirnya kepada orang-orang. Lalu beliau menoleh kepada kami, maka beliau melihat kami shalat dalam keadaan berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada kami untuk duduk, lalu kami shalat dengan mengikuti shalatnya dalam keadaan duduk. Ketika beliau mengucapkan salam, maka beliau bersabda, ‘kalian baru saja hampir melakukan perbuatan kaum Persia dan Romawi, mereka berdiri di hadapan raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk, maka janganlah kalian melakukannya. Berimamlah dengan imam kalian. Jika dia shalat dalam keadaan berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan jika dia shalat dalam keadaan duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan duduk” (HR. Muslim, no. 413).

9. Memuliakan orang tua
Sebagai anak, wajib memuliakan orang tua kita, apapun bentuknya orang tua kita, Mereka adalah tetap menjadi orang tua kita, dan tanpa mereka kita tidak mungkin ada di dunia ini.

10. Selalu mendahulukan orang tua
Sebagaimana yang pernah diceritakan oleh Rasulullah Saw mengenai tiga orang pemuda yang terjebak di dalam gua. Salah satunya pun berdoa kepada Allah dimana dalam doa tersebut menunjukkan bahwa ia selalu mendahulukan untuk memberi susu kepada orang tuanya sebelum memberikannya pada anak-anaknya sendiri. (HR. Bukhari no. 5974 dan Muslim no. 2743)

11. Tidak Memanggil dengan Namanya
Panggillah dengan panggilan yang baik. Jangan sampai kita memanggil orang tua kita,orang yang lebih tua dengan memanggil namanya, tanpa menambah dengan Pak/Bu/Ummi/Abbah/Abi/Ummi/Mama/papa/Ayah/Ibu

12. Banyak-Banyak Berterimakasih
Banyak-banyak berterimakasihlah pada kedua orang tua, karena sudah dijaga, diajari, dibimbing, diberi, ditolong, dibesarkan, dibantu, diantar, ditemani dan lainnya. Berterimakasihlah pada Mereka.

13. Meminta maaf
Dahulukan meminta maaf pada kedua orang tua sebelum anda meminta maaf pada yang lainnya. Saya yakin Kita sebagai anak pasti banyak berbuat salah dan dosa pada orang tua kita, baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sengaja menyakiti Mereka (orang tua kita)
Sebagai seorang anak, hendaknya kita selalu memintaaf kepada orang tua jika kita telah berbuat salah. Sebagaimana yang dicontohkan oleh saudara Yusuf as yang mana mereka meminta maaf kepada orang tua mereka ketika berbuat salah,

يَا أَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِينَ

“Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)“. (QS. Yusuf [12] : 97)

14. Selalu berkata baik
Meskipun orang tua mencela atau berkata buruk pada kita, hendaknya kita selalu membalas dengan perkataan yang baik. Sebagaimana telah diperintahkan oleh Allah SWT,

فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ

“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”.” (QS. Al Isro’ [17] : 23)
Ibnu Katsir mengatakan, “Janganlah engkau memperdengarkan pada keduanya kata-kata yang buruk. Bahkan jangan pula mendengarkan kepada mereka kata ‘uf’ (menggerutu) padahal kata tersebut adalah sepaling rendah dari kata-kata yang jelek.”

15. Menafkahi orang tua
Memberi nafkah dan bagian pada orang tua sudah menjadi kewajiban anak apabila anak tersebut sudah bisa mencari dan mendapatkan rizqi sendiri. Ingatlah dulu waktu kita masih belum bekerja dan mendapatkan uang, pada siapa kita meminta?, maka  sudah sepantasnya jika kita sudah bisa dan mampu mencari rizqi , kita membantu dan ingat pada orang tua kita dengan memberikan sebagian rizqi kita untuk Mereka (orang tua kita).
Jika orang tua meminta sesuatu kepada kita dan tidak bertentangan dengan Islam, maka berikanlah. Jangan pernah takut untuk kehabisan harta karena itu merupakan salah satu adab dan jalan berbakti kepada orang tua.
Dari Jabir bin Abdillah, bahwa seorang berkata,
“Wahai Rasulullah sesungguhnya aku mempunyai harta dan anak, sedangkan bapakku ingin menghabiskan hartaku.” Maka beliau bersabda, “Engkau dan hartamu adalah milik bapakmu. (H.R.Ibnu Majah)

16. Selalu mendoakan
Sebagai seorang anak hendaknya kita selalu mendoakan orang tua saat masih hidup maupun nanti setelah meninggal dunia/wafat,  sebagaimana yang telah diajarkan Allah melalui Al Qur’an,

وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ

“Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (QS. At Taubah [9] : 114)

17. Menjaga silaturahmi
Sebenci apapun kita terhadap orang tua kita karena , sifat dan kelakuannya, serta kebiasaannya.
Jangan pernah memutus tali silaturrahmi dengan siapapun termasuk orang tua, karena Alloh melaknat orang yang memutuskan tali silaturrahmi لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
Tidak akan masuk sorga orang yang memutuskan (persaudaraan). [HR. al-Bukhâri dan Muslim, dari Jubair bin Muth’im]
Alloh Subhanahu wata’ala berfirman:

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ ﴿٢٢﴾ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰ أَبْصَارَهُمْ

Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dila’nati Allâh dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. [Muhammad/47: 22-23]

Meskipun kita telah dewasa dan memiliki keluarga, namun sebagai seorang anak, kita wajib untuk menyambung silaturahmi dengan orang tua. Dari Asma’ binti Abu Bakar berkata,
“Ibuku pernah datang kepadaku dalam keadaan musyrik di masa Quraisy ketika Beliau mengadakan perjanjian (damai) dengan mereka, lalu aku meminta fatwa kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, aku berkata, “Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku karena berharap (bertemu) denganku. Bolehkah aku sambung (hubungan) dengan ibuku?” Beliau menjawab, “Ya. Sambunglah (hubungan) dengan ibumu.” (HR. Muslim)

18. Menunaikan janji dan wasiat kedua orang tua
Tunaikan dan laksanakanlah apa yang telah diwasiatkan orang tua pada kita, karena sesungguhnya apa yang telah diwasiatkan orang tua dalam hal kebaikan dan ketaatan pada Alloh subhanahu wata’ala, adalah amanat yang wajib kita laksananan.

19. Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua
Harta peningalan orang tua harus kita jaga, dan selesaikanlah urusan yang berkautan dengan harta benda orang tua. Baik berkaitan dengan hutang piutang, wasiat. Jangan pernah membagi-bagi harta warisan orang tua sebelum menunaikan kewajiban dan urusan orang tua sesama makhluk dan sesame manusia semasa hidupnya, tanggungan terutama hutang piutang sesame manusia harus diselesaikan dan dilunasi.
Pembaca yang budiman, jika Anda merasa bahwa artikel di blog ini bermanfaat, silakan bagikan ke media sosial lewat tombol share di bawah ini:
 
About - Contact Us - Sitemap - Disclaimer - Privacy Policy
Back To Top