12 Aneka Adab pertemanan Sejati

12 Aneka Adab pertemanan Sejati 
Manusia tidak akan bisa hidup sendirian, manusia dikatakan sebagai mahluk social, sehingga harus menjaga hubungan baik dengan sesamanya atau hablum minannas. Salah satu hubungan sosial dalam kehidupan kita adalah pertemanan. Dalam Islam, teman harus diperlakukan dengan baik sesuai adab yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.
12 Aneka Adab pertemanan Sejati
Berikut ini adalah beberapa adab berteman yang membuat Rasul begitu dicintai oleh para sahabatnya:

1. Berteman dengan yang seiman
Adab pertama adalah sebaiknya kita berteman dekat dengan orang swiman dengan kita. Ingatlah bahwa teman dekat sangat mempengaruhi karakter kita nantinya. Rasul sendiri telah menyarankan agar kita dekat dengan mukmin, bahkan diakherat nanti teman kita bisa menolong kita, teman dalam majlis ta’lim akan bisa menolong di akherat, karena nanti teman kita akan bertanya pada Alloh “di mana temanku yang dulu waktu di dunia mengaji bersama saya, beribadah bersama saya, menyebut namaMu Ya Alloh bersama.
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah engkau bergaul kecuali dengan seorang mukmin. Janganlah memakan makananmu melainkan orang bertakwa,” (HR. Abu Daud no. 4832 dan Tirmidzi no. 2395. Hadits ini hasan kata Syaikh Al Alba )
Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali menjelaskan,

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Dari hadits tersebut kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran, bahwa bila kita berteman dengan orang yang baik, ahli ibadah, orang soleh, maka kita akan ikut terbawa baik dan soleh, setidaknya nama kita akan ikut terbawa baik. Bukankah kita pernah bertanya pada orang yang belum kita kenal “siapa teman-temannya”, berteman dengan siapa orang itu? Dan lain sebagainya. Dengan tau siapa temannya kita akan bisa menebak dan memprediksi kesehariannya, kelakuannya, perbuatannya setiap hari, walaupun tidak seratus persen benar prediksi kita, setidaknya ada gambaran yang cukup jelas mengenai adab dan kebiasaannya.

2. Selalu berkata baik
Berbicaralah  dengan teman dengan baik-baik, hendaknya gunakan perkataan yang baik. Berkomunikasilah dengan tutur kata yang lembut dan penuh rasa persaudaraan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

Mukmin yang paling sempurna imannya adalah mukmin yang paling baik akhlaknya (HR Abu Dâwud no. 4682 dan at-Tirmidzi no.1163. (ash-Shahîhah no. 284)

Dengan perkataan yang baik, ramah, sopan, santun,  menandakan orang tersebut mempunyai adab dan akhlak yang baik, secara tidak langsung menggambarkan perpuatan dan tingkahlakunya juga baik dan tidak arogan.

3. Berpakaian yang baik dan wajar (bila wanita menutup aurat)
Sebagaimana Allah telah mewajibkan kita untuk selalu menjaga aurat dalam Al Quran,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Ahzâb/33:59]
Maka ketika kita bergaul, hendaknya kita juga tetap menjaga pakaian yang kita gunakan untuk selalu sopan dan menutu aurat dengan sempurna, terutama jika berada di keramaian dan berkumpul dengan orang lain.

Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah berkata dalam kitab al-Hilyah, “Perhiasan yang tampak menunjukkan kecondongan hati. Orang-orang akan mengklasifikasikan dirimu hanya dengan melihat pakaianmu…Maka pakailah pakaian yang menghiasimu dan tidak menjelekkanmu, dan tidak menjadi bahan celaan dalam pembicaraan orang atau bahan ejekan orang-orang tukang cemooh.”

Kita bisa menilai seseorang dari melihat cara berpakaiannya, seorang wanita yang berpakaian dengan membuka auratnya maka bisa kita katakana bahwa wanita tersebut adalah wanita yang kurang baik dan tidak bisa menjaga harga dirinya. pakaian minim atau ketat dan memperlihatkan bentuk tubuhnya adalah hal sangat menarik perhatian khususnya laki-laki. Karakteristik masyarakat yang terbiasa menggoda perempuan, ditambah dengan minimnya pengetahuan akan hak berekspresi, terkadang membangkitkan  "keberanian" dalam diri laki-laki yang merasa bahwa perempuan berpakaian minim terlihat menggoda dan menggairahkan. Oleh karena itu, diharapkan agar perempuan juga dapat menghormati adat ketimuran dan adab berpakaian, kebiasaan yang tertanam dalam jiwa masyarakat.

Fakta di dunia ini lebih banyak orang jahat dari pada yang baik. Menghalalkan segala cara untuk menikmati dunia ini. Orang jahat (yang laki laki) tidak akan atau sedikit sekali yang melecehkan perempuan yang bepakaian tertutup karena hasrat mereka tidak terpancing, ketimbang dengan perempuan dengan pakaian terbuka yang dapat memancing hasrat dan pikiran kotor.
Contoh simple saja: Jika ada wanita seksi lewat di depan laki-laki nongkrong pasti reaksinya, beda ketika pada tempat yang sama, yang lewat adalah wanita yang sopan dan menutup aurat...adanya perbuatan pasti karena adanya penyebab.

Wanita memang sumber fitnah di dunia. Dalam keadaan terlindungi auratnya dan terjaga saja, di luar kemampuannya masih bisa menjadi fitnah bagi lelaki berpenyakit hati, apalagi jika terbuka bebas dan disana-sini terumbar, mudah dilihat siapa pun. Benar sekali sabda nabi SAW, ” Aku tidak tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari, no. 5096, dan Muslim, no. 2740).
Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwa beliau bersabda “Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian penguasa di atasnya lalu Dia memperhatikan apa yang kalian perbuat. Karenanya takutlah kalian kepada (fitnah) dunia dan takutlah kalian dari (fitnah) wanita, karena sesungguhnya fitnah pertama (yang menghancurkan) Bani Israil adalah dalam masalah wanita.” (HR. Muslim no. 2742)

4. Tidak memotong pembicaraan
Ketika teman sedang berbicara, maka janganlah kamu memotong pembicaraan mereka dengarkanlah apa yang dikatakan temanmu. Memotong pembicaraan seseorang merupakan perbuatan yang tidak sopan dan tidak menghargai orang lain. Terapkan pada diri Anda bagaimana rasanya kalau Anda sedang berbicara lantas pembicaraan anda dipotong dan dihentikan secara paksa, apa yang Anda rasakan?, tentunya temanmu juga seperti itu. Janganlah  anda memukul kalau kamu sakit bila dipukul, janganlah Anda mencubit bila kamu merasa sakit bila dicubit.
Rasulullah bersabda, “Jika engkau mengatakan ‘diamlah’ kepada orang-orang ketika mereka sedang berbicara, sungguh engkau mencela dirimu sendiri.” (HR. Ahmad 2/318, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 1/328)

Tindakan memotong pembicaraan orang lain merupakan ciri anda sebagai orang yang memiliki sifat keras kepala dan egois.  Banyak hal yang dapat terjadi jika anda memotong pembicaraan orang lain, salah satunya dapat membuat anda dijauhi oleh orang lain. Jangan sampai hanya karena hal ini, orang-orang yang berada disekitar, malah tidak menyukai kehadiran anda. Cobalah untuk menjadi pendengar yang baik dan belajarlah untuk menghargai orang lain. “hargailah orang lain bila kamu ingin dihargai”.

5. Menghindari debat
“Mengalah bukan berarti kalah” Nabi Sulaiman ‘alaihis sallam berkata kepada anaknya,

يَا بُنَيَّ، إِيَّاكَ وَالْمِرَاءَ، فَإِنَّ نَفْعَهُ قَلِيلٌ، وَهُوَ يُهِيجُ الْعَدَاوَةَ بَيْنَ الْإِخْوَانِ

“Wahai anakku, tinggalkanlah mira’ (jidal, mendebat karena ragu-ragu dan menentang) itu, karena manfaatnya sedikit. Dan ia membangkitkan permusuhan di antara orang-orang yang bersaudara.” (Syu’abul Iman: 8076 Al-Baihaqi))
kemenangan bagi mereka yang berjiwa besar menghidari debat tidak berguna.
Untuk menjaga pertemanan yang baik, maka sudah sebaiknya kita menghindari debat. Bahkan meskip[un kita tahu bahwa kita berada di pihak yang benar, namun hendaknya kita menghindarinya.
Nabi Sulaiman ‘alaihis sallam berkata kepada anaknya,

يَا بُنَيَّ، إِيَّاكَ وَالْمِرَاءَ، فَإِنَّ نَفْعَهُ قَلِيلٌ، وَهُوَ يُهِيجُ الْعَدَاوَةَ بَيْنَ الْإِخْوَانِ

“Wahai anakku, tinggalkanlah mira’ (jidal, mendebat karena ragu-ragu dan menentang) itu, karena manfaatnya sedikit. Dan ia membangkitkan permusuhan di antara orang-orang yang bersaudara.” (Syu’abul Iman: 8076 Al-Baihaqi)

Islam mengenal istilah jidal. Para ulama menafsirkannya dengan perdebatan dalam hal-hal yang tidak berguna atau tidak bermanfaat. Jidal adalah termasuk dalam perdebatan yang dilarang adalah semua perdebatan yang menyebabkan kegaduhan, mudharat kepada orang lain atau mengurangi ketentraman.
Sedapat mungkin menjauhi perdebatan dengan lawan bicara. Meskipun boleh jadi kita berada di pihak yang benar. Sebab Rasulullah SAW telah menjamin sebuah istana di surga bagi mereka yang mampu menahan diri. “Aku menjamin sebuah istana di halaman surga bagi mereka yang meninggalkan perdebatan meskipun ia berhak untuk itu.” (Riwayat Abu Daud, dishahihkan oleh al-Albani).

6. Tidak Berbohong
“Sesungguhnya kejujuran itu mendatangkan kebaikan, dan kebaikan itu akan berujung kepada surga. Dan orang yang senantiasa berbuat jujur niscaya tercatat sebagai orang jujur. Dan sesungguhnya kebohongan itu mendatangkan kejelekan, dan kejelekan itu hanya berujung kepada neraka. Dan orang yang suka berbohong niscaya tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (Riwayat al-Bukhari).

7. Berhati-hati dalam Memuji
Pujian itu sebaiknya diberikan secara wajar agar orang yang dipuji terhindar dari sifat tinggi hati, sombong atau uzub. Terlalu tinggi dalam memuji juga dikhawatirkan menimbulkan sisi negatif lain terhadap hati. Sebab, puja dan pujian yang sebenarnya hanya pantas diberikan kepada Allah SWT.
Mungkin sebagian orang suka dipuji, tapi ada beberapa yang malah merasa risih menerima pujian. Pujian itu bahaya kalau kita tidak hati-hati menyikapinya. Bahkan akibatnya bisa menjadi malapetaka. Bisa menipu diri, dan menutup diri dari nasihat orang, serta menghancurkan keikhlasan, menumbuhkan kesombongan, riya dan sifat jelek lainnya. 
Menjaga Rahasia
“Tiadalah seorang Muslim menutupi rahasia saudaranya di dunia kecuali Allah menutupi (pula) rahasianya pada hari Kiamat.” (Riwayat Muslim).

8. Saling menasehati
Salah satu adab berteman yang baik yang saat ini banyak ditinggalkan adalah saling menasehati. Sebagai seorang muslim yang baik, hendaknya kita saling mengingatkan dan menasehati. Saling menasehati juga merupakan perintah Allah SWT yang termaktub dalam Al Quran,
Allah Ta’ala berfirman,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)

9. Saling memberi
Rasa kasih sayang dalam sebuah pertemanan akan semakin indah jika dibarengi dengan saling memberi hadiah. Tidak perlu memberikan hadiah yang mewah, namun hanya dengan hadiah yang kecil saja sudah sangat menyenangkan hati teman.
Rasulullah pernah bersabda:
تَهَادُوْا تَحَابُّوْا
“Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Irwa`ul Ghalil no. 1601)

10. Menjaga rahasia
Dalam pertemanan, jika terdapat sebuah rahasia yang disampaikan maka hendaklah disimpan rapat-rapat. Sebagaimana yang telah dicontohkan para sahabat.
Dari Tsabit, dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

أتَى عَلَيَّ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – وَأنَا ألْعَبُ مَعَ الغِلْمَانِ ، فَسَلمَ عَلَيْنَا ، فَبَعَثَني إِلَى حاجَةٍ ، فَأبْطَأتُ عَلَى أُمِّي . فَلَمَّا جِئْتُ ، قالت : مَا حَبَسَكَ ؟ فقلتُ : بَعَثَني رسولُ الله – صلى الله عليه وسلم – لِحَاجَةٍ ، قالت : مَا حَاجَتُهُ ؟ قُلْتُ : إنَّهاَ سرٌّ . قالت : لا تُخْبِرَنَّ بِسرِّ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – أحَداً ، قَالَ أنَسٌ : وَاللهِ لَوْ حَدَّثْتُ بِهِ أحَداً لَحَدَّثْتُكَ بِهِ يَا ثَابِتُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangiku dan di waktu itu aku sedang bermain-main dengan beberapa orang anak. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan salam kepada kami, kemudian menyuruhku untuk sesuatu keperluannya. Oleh sebab itu aku terlambat mendatangi ibuku. Selanjutnya setelah aku datang, ibu lalu bertanya, ‘Apakah yang menahanmu?’”   Aku pun berkata, “Aku diperintah oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk sesuatu keperluannya.”   Ibu bertanya, “Apakah hajatnya itu?”   Aku menjawab, “Itu adalah rahasia.”   Ibu berkata, “Kalau begitu jangan sekali-kali engkau memberitahukan rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut kepada siapapun juga.”   Anas berkata, “Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah aku beritahukan kepada seseorang, sesungguhnya aku akan memberitahukan hal itu kepadamu pula, wahai Tsabit.” (HR. Muslim, diriwayatkan pula oleh Al Bukhari dengan ringkas)

11. Merendahkan Suara saat Berbicara
Mengatur  volume suara merupakan salah satu cara agar komunikasi bisa berjalan dengan lancar. Berbicara dengan suara rendah bisa menyenangkan hati orang yang mendengarnya karena merasa dihargai. Sedangkan, meninggikan suara saat berbicara merupakan sikap meremehkan orang lain, serta dapat menimbulkan kebencian dan pertengkaran.

12. Seperti memperlakukan dirinya
Memperlakukan temannya sama seperti bagaimana dirinya ingin diperlakukan, agar menunjukkan kesetiakawanannya. Tidak ada keberkahan dalam persahabatan yang apabila sesuatu yang diinginkan oleh seseorang tidak diinginkan untuk sahabatnya.
Pembaca yang budiman, jika Anda merasa bahwa artikel di blog ini bermanfaat, silakan bagikan ke media sosial lewat tombol share di bawah ini:
 
About - Contact Us - Sitemap - Disclaimer - Privacy Policy
Back To Top