PTK PKn UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN MATERI SISTEM ORGANISASI TINGKAT PUSAT KELAS IV SD MELALUI METODE MAKE A MATCH

PTK PKn " UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN MATERI SISTEM ORGANISASI TINGKAT PUSAT KELAS IV SD NEGERI ...... MELALUI METODE MAKE A MATCH"

BAB I PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan   potensi   sumberdaya  manusia   peserta   didik   dengan   cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. 1
Pendidikan  menurut  Ki  Hajar  Dewantoro  (1930 )  adalah  tuntutan  di dalam  tumbuh  dan  berkembangnya  anak -anak.  Maksud  pendidikan  adalah menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak -anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.2
Sehingga  pendidikan  merupakan  suatu  proses  belajar  peserta  didik dalam memperoleh ilmu pengetahuan maupun ilmu keagamaan agar berguna bagi  diri  sendiri  dan  bagi  masyarakat  maupun  u ntuk  bekal  masa  hidupnya kelak. Dengan pendidikan memudahkan untuk kebutuhan berinteraksi/bersosialisasi dan dapat mewujudkan cita -cita anak bangsa yang diinginkan.
Pada hakikatnya, tujuan pendidikan ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya
PTK PKn " UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN MATERI SISTEM ORGANISASI TINGKAT PUSAT KELAS IV SD NEGERI ...... MELALUI METODE MAKE A MATCH"
1 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Perseda, 2003), 1
2 Aziz wahab, dkk, pendidikan pancasila dan kewarganegaran (Jakarta: Universitas Terbuka,
2005), hal 9.53


secara optimal sehingga dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya yang sesuai dengan kebutuhan pribadinya serta kebutuhan masyarakatnya. 3
Adanya tujuan pendidikan di atas, maka untuk mencapainya diperlukan salah satu jalan atau cara yang sering disebut den gan metode.4  Metode adalah suatu   cara   yang  digunakan   untuk   mempermudah   menyampaikan   materi pelajaran melalui prosedur tertentu agar tujuan pembelajaran bisa tercapai dan dapat dimengerti oleh peserta didik.
Menurut  Djoko  Hartono,  Secara  harfiah  metode  barasal  dari  kata method yang berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum. Metode sama   artinya   dengan   metodologi   yaitu   suatu   penyelidikan   yang sistematis dan formulasi metode-metode yang akan digunakan. Sedangkan menurut kamus bahasa Indonesia metode ad alah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 5

Pada dasarnya metode adalah suatu alat atau cara untuk mempermudah jalannya pembelajaran agar tujuan/sasaran pembelajaran yang diinginkan tercapai.
Dalam konteks pendidikan nasional, pendidikan kewarganegaraan dijadikan sebagai wadah dan instrumen untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu “berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,


3 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah, Petunjuk para Guru dan Orang tua, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1985), hal 23
4 Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 2003), hal 97
5 Dr.Djoko Hartono, metode pembelajaran PAI, (Surabaya: fak tarbiyah IAIN Sunan Ampel),


berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Di samping itu pendidikan kewarganegaraan berfungsi juga sebagai instrumen pelaksana pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. 6
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah menjadikan warga negara

yang cerdas dan baik serta mampu mendukung keberlangsungan bangsa dan negara. Upaya mewarganegarakan individu atau orang -orang yang hidup dalam suatu negara merupakan tugas pokok negara. Konsep warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizenship) tentunya amat tergantung dari pandangan hidup dan sistem politik negara yang bersangkutan.
Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan   peserta   didik   menjadi   warga   negara   yang   mempunyai komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahan Negara Kesatuan Republik  Indonesia  (NKRI).  Hakikat  Negara  Kesatua n  Republik  Indonesia adalah negara kebangsaan moderen. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme yaitu  pada  tekat  suatu  masyarakat  untuk  membangun  masa  depan  bersama

6 A.Ubaedillah dan Abdul Rozak, Civic Education, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2008),

dibawah satu negara yang sama, walaupun warga masyarakat tersebut berbeda - beda agama, ras, etika, atau golongannya. 7
Pendidikan kewarganegaraan menurut Depdiknas adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD NKRI 1945. Somantri, juga mengemukakan bahwa pendidikaan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
Realita dalam dunia pendidikan kita terjadi disparita s antara pencapian academic  standard  dan  performance  standard  yaitu  banyak  peserta  didik mampu menyajikan materi ajar yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Sebagaian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari guru kelas, peserta didik memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu dengan menggun akan pengajaran dan metode ceramah yang  bisa  membuat  peserta  didik  menjadi  bosan  dan  pembelajaran  terlihat
7 http://dodisupandiblog.blogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan.html

monoton. Kegiatan pembelajaran yang menekankan berbagai pembelajaran adalah penggunaan pendekatan tertentu dalam pembelajaran, karena suatu pendekatan dalam pembelajaran pada hakikatnya merupakan cara yang teratur dan   terpikir   secara   sempurna   untuk   mencapai   pengajaran   dan   untuk memperoleh kemampuan dalam mengembangkan efektifitas belajar yang dilakukan guru dan peserta didik. Pendekatan ini merupakan p eran yang sangat penting untuk menentukan berhasil tidaknya pembelajaran yang diinginkan tercapai. Hasil pembelajaran adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek atau potensi kemanusiaan saja yang dilihat secara frakmentaris melaikan komprehensif.
Berdasarkan  dari  hasil  data  yang peneliti  peroleh  kepada  guru  mata pelajaran PKn kelas IV SD Negeri ........................... Kecamatan ........................... Kabupaten ..........................., kompetensi dasar dari materi tentang Organisasi Pemerintahan  Tingkat Pusat, seperti Presiden, Wakil Presiden dan para Menteri. Terlihat bahwa siswa kelas IV mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil ulangan harian siswa yang sebelum dilakukan penelitian kurang memuaskan. Dari 22 siswa, hanya 10 siswa yang memenuhi standar  Kriteria Ketuntasan Maksimal, sedangkan 12 siswa lainnya masih dibawah standar Kriteria Ketuntasan Maksimal. Nilai standar Kriteria Ketuntasan Maksimal mata pelajaran PKn adalah 70.
Dari   permasalahan   di   atas   perlu   adanya   strategi   baru   dalam pembelajaran siswa secara aktif. Agar KKM mata pelajaran PKn pada materi

Organisasi Tingkat Pusat yang di inginkan tercapai peneliti merasa terdorong untuk mendiskripsikan proses dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang peneliti lakukan dengan target hasil belaja r siswa dengan menggunakan metode kooperatif tipe make a match.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengambil judul penelitian tindakan kelas ini, yaitu :
“Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKN Materi Sistem Organisasi Pemerintahan Tingkat Pusat Kelas IV SD Negeri ........................... Melalui Metode Make a Match”.

B.  Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat di simpulkan menjadi rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana hasil belajar siswa kelas IV pada pembelajaran PKN di SD ..........
b. Bagaimana  cara  penerapan  metode   Make  a  Match  materi  Organisasi

Pemerintahan Tingkat Pusat pada kelas IV SD Negeri ...........................?

c. Bagaimana  peningkatan  hasil  belajar  siswa  kelas  IV  SD  ...........................

Bungurasih pada pembelajaran PKN melalui metode Make a Match?


C.   Tindakan yang Dipilih

Tindakan yang diambil dalam Penelitian Tindakan Kelas yang berkolaborasi dengan guru kelas IV adalah memilih pengoptimalisasian penggunaan media pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri ............................
Dengan demikian, penggunaan media pembelajaran Make a Match akan membentuk ciri khusus dalam pembelajaran materi Organisasi Tingkat Pusat mata pelajaran PKn ini, dengan pembelajaran PAIKEM, saling menunjang gembira, belajar dengan semangat.

D.   Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
a. Mengetahui hasil belajar siswa kelas IV pada pembelajaran PKN di  SD Negeri ............................
b.    Mengetahui  cara  penerapan  metode  Make  a  Match  materi  Organisasi

Pemerintahan Tingkat Pusat pada kelas IV SD Negeri ........................... .

c.    Mengetahui  peningkatan  hasil  belajar  siswa  kelas  IV  SD  ...........................

Bungurasih pada pembelajaran PKN melalui metode Make a Match?

E.  Manfaat Penelitian

a. Bagi Siswa

Hasil penelitian dengan metode Make a Match diharapkan hasil belajar siswa di kelas meningkat.
b. Bagi Guru

Apabila  hasil  penelitian  dirasakan  dapat  dijadikan  sebagai  bahan pertimbangan  para  guru  agar  dapat  menerapkan  metode  Make  a  Match sebagai usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi Sekolah

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Bagi Peneliti

Dapat menjadi suatu pengalaman praktis yang berharga sebagai realisasi da ri teori-teori yang diperoleh.
e. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan reverensi untuk melakukan penelitian berikutnya.



F.   Ruang Lingkup Penelitian

Untuk    menghindari    pembahasan    yang    melebar,    maka    peneliti memfokuskan  masalah  ini  pada  penggunaan  metode  Make  a  Match  dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran PKN Kelas IV SD ............

G.   Definisi Operasional

Judul penelitian tindakan kelas yang penulis angkat yaitu berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Materi Sistem Organisasi Pemerintahan Tingkat Pusat Kelas IV SD Negeri ........................... Melalui Metode Make a Match”.
Agar tidak terjadi salah arti dalam penulisan, perlu penulis menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut :
Peningkatan                     :  Tolak  ukur  atau  hasil  belajar  siswa   pada  mata pelajaran PKn.
Hasil belajar                    : Hasil   belajar   diperoleh   dari   nilai   kognitif   yang dilakukan pada setiap siklus yaitu siklus I dan siklus II.
PKN                                : Mata pelajaran yang mengarah pada materi tentang sistem organisasi tingkat pusat.
Make a Match                 : Metode yang digunakan untuk menyampaikan materi PKn dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) penyiapan beberapa kartu pertanyaan dan jawaban (2) pembagian kelompok (3) guru menjelaskan cara kerja tiap kelompok.    (4)    pencarian    pasangan    kartu pertanyaan   dan   jawaban   (5)   penyerahan   kepada


kelompok penilai (6) pembagian kelompok ulang, agar kelompok penilai bisa merasakan seperti kelompok 1 dan 2 kelompok penilai dipecah menjadi dua sedangkan kelompok 1 dan kelompok dua  gabung menjadi satu dan berperan menjadi kelompok penilai.

H.  Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam skripsi ini penulis susun secara sistematik dari bab ke bab yang terdiri dari lima antara bab satu ke bab yang lainnya merupakan integritas atau kesatuan yang tidak terpisah serta memberikan gambaran secara lengkap dan jelas tentang penelitian dan hasil -hasilnya.
Adapun sistematika pembahasan selengkapnya sebagai berikut :

BAB I                  :  Pendahuluan  meliputi:  Latar  Belakang  Masalah,  Rumusan Masalah, Tindakan Yang Dipilih, Tujuan Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II                :  Kajian  teori  meliputi:  Hakikat  Pembelajaran  PKN,  yaitu Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan, Tujuan PKN Tingkat SD/MI, Ruang Lingkup PKN Tingkat SD/MI.  Hasil Belajar yaitu Pengertian Belajar, Pengertian Hasil Belajar. Pengertian Pembelajaran Kooperatif, Metode Make a Match yaitu meliputi Pengertian Metode Make a Match, Tujuan   Metode Make a Match,  Kelebihan  dan  Kekurangan  Metode  Make  a  Match,

Tahap Penggunaan Metode Make a Match. Materi Organisasi

Tingkat Pusat meliputi Presiden, Wakil Presiden dan Menteri.

BAB III              :  Prosedur  Penelitian  meliputi:  Metode  Penelitian,  Setting Penelitian, Karakteristik Subjek Penelitian, Variabel Yang Diselidiki, Rencana Tindakan, dan Data Cara Peng umpulan.
BAB IV               :Hasil Penelitian dan Pembahasan meliputi: Hasil Penelitian, Pembahasan , Siklus I dan Siklus II.
BAB V                : Penutup meliputi: Simpulan dan Saran.


BAB II 
KAJIAN TEORI

A.   Hakikat pembelajaran PKN

1.    Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah  civic education  mempunyai banyak pengertian dan istilah. Henry Randall Waite (1886) sebagaimana dikutip oleh Ubaidillah merumuskan pengertian civics sebagai berikut : “The science of citizenship, the relation of man, the individual, to man in organized collections, the individual in his relation to the state” (ilmu pengetahuan kewarganegaraan, hubungan  seseorang dengan  orang  lain  dalam  perkumpulan -perkumpulan yang terorganisir, hubungan seseorang individu dengan negara). Sedangkan Muhammad Numan Somatri, mengartikan civics adalah sebagai ilmu kewarganegaraan yang membicarakan hubungan antara manusia dengan perkumpulan-perkumpulan yang terorganisir (organisasi sosial, ekonomi, politik), dan hubungan individu-individu dengan negara.
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan  untuk  mempersiapkan  warga  masyarakat  berpikir  kritis  dan
bertindak  demokratis,  melalui  aktifitas  menanamkan  kesadaran  kepada

generasi baru, tentang kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak -hak masyarakat.8
Adapun yang mengemukakan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik yang diarahkan untuk menjadi patriot pembela bangsa dan negara (warga negara yang baik). Pasal yang  berkaitan  dengan  pendidikan  kewarganegaraan  yaitu  pasal  3  UUD
1945 yang berbunyi hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembedaan  negara  pasal  30  ayat  1  dan  hak  setia p  warga  negara  untuk memperoleh pengajaran pasal 31 ayat 1. 9

2.    Tujuan PKN Tingkat SD/MI

Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Kurikulum Nasional, Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ditingkat SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.10 a. Berpikir  secara  kritis,  rasional,  dan  kreatif  dalam  menanggapi  isu
kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas  dalam  kegiatan  bermasyarakat,  berbangsa  dan  bernegara,  serta anti-korupsi.

8 Tim konsorsium 7 PTAI, Bahan Perkuliahan Pembelajaran PKN MI (Surabaya: LAPIS PGMI, 2009), hal, 1-10
9 Zainul Ittihad Amin, Materi Pokok Pendidikan  Kewarganegaraan, (Jakarta : Universitas
Terbuka, 2006) hal, 1.24
10 PERATURAN Menteri Pendidikan Nasional  No. 22 Tahun 2006

c. Berkembang  secara   positif   dan   demokratis   untuk   membentuk   diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

3.    Ruang Lingkup PKN Tingkat SD/MI

Ruang   lingkup   mata   pelajaran   pendidikan   kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut11 :
a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara   Kesatuan   Republik   Indonesia,   partisipasi   dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
b. Norma,  hukum  dan  peraturan,  meliputi:  tata  tertib  dalam  kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan  daerah,  norma-norma  dalam  kehidupan  berbangsa dan bernegaraan, sistem hukum dan peradilan n asional.

11 Tim konsorsium 7 PTAI, Bahan Perkuliahan Pembelajaran PKN MI, (Surabaya: LAPIS PGMI,2009), hal 1-9

c. Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban masyarakat anggota masyarakat, instrumen nasional dan instrumen HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
d. Kebutuhan  warga  negara,  meliputi:  hidup  gotong -royong,  harga  diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasidiri, persamaan kedudukan warga negara
e. Konstitusi  negara,  meliputi:  proklamaasi  kemerdekaan  dan  konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.

B.   Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lin gkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.  Perubahan -perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.12
Menurut John Dewey, seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari

aliran  behavioural  approach,  mengemukakan  bahwa  belajar  merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement),  sehingga  terjadi  perubahan  yang  bersifat  permanen  dan
12 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1995), 2.

ersisten  pada  dirinya  sebagai  hasil  pengalaman  ( learning  is  a change  of behaviour as a result of experience).13
Beberapa   pakar   pendidikan  juga   mendefinisikan   belajar   sebagai berikut:14
a. Robert M. Gagne

Belajar   adalah   perubahan   disposisi   atau   kemampuan   yang   dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiyah.
b. Robert M.W Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. c. Lee J. Cronbach
Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman d. Harold Spears
Dengan  kata  lain,  bahwa  belajar  adalah mengamati, membaca,  men iru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.
e. M C. Geoch

Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan.

13 Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar,  (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
1985), hal 14
14Agus Supriono, Cooperative Learning Teori Dan Apikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hal 2

f.  William G. Morgan

Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.
Dari penjelasan beberapa ahli, pengertian belajar di atas dapat disimpulkan   bahwa   belajar   merupakan   perubahan   tingkah   laku   yang diperoleh dari proses mendapatkan pengetahuan yang sebelumnya belum tau menjadi tau serta pengalaman individu itu sendiri dengan proses berinte raksi pada lingkungan.

2. Pengertian Hasil belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.15 Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :
¾ Informasi verbal  yaitu kapabilitas men gungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
¾ Keterampilan  intelektual  yaitu  kemampuan  mempresentasikan  konsep atau lambang.
¾ Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri.

15 Ibid hal 5

¾ Keterampilan  motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani  dalam  urusan  dan  koordinasi,  sehingga  terwujud  otomatisme gerak jasmani.
¾ Sikap  adalah  kemampuan  menerima  atau  menolak  objek  berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terancana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S. Nasution, berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu p erubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk  kecakapan  dan  penghayatan  dalam  diri  pribadi  individu  yang
belajar.16   Menurut Bloom, Untuk mengetahui hasil belajar dibedakan menjadi

tiga ranah yaitu sebagai beri kut:17

a.   Ranah Kognitif

Ranah  kognitif  yaitu  berkenaan  dengan  hasil  belajar  intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, análisis, síntesis, dan evaluasi.

16 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagi Pengembang Profesi Guru, (Jakarta, PT Raja Grafindo Perseda : 2010), 276
17 Agus Supriono, Cooperative Learning Teori Dan Apikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hal 6-7

b.   Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Contoh hasil belajar afektif yaitu, kemauan untuk menerima pelajaran dari guru, perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan guru, bertanya, dan lain -lain.
c.   Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor yaitu hasil belajar keterampilan, dan kemampuan bertindak  individu.  Ada  enam  tingkatan  keterampilan,  yakni:  gerakan refleks  (keterampilan  pada  gerakan  yang  tidak  sadar),  keterampilan gerakan-gerakan   dasar,   kemampuan   perseptual   (membedakan   visual, auditif, dan motoris), kemampuan dibidang fisik (misalnya kekuatan, ketepatan), gerakan-gerakan skill, dan kemampuan yang berkenaan dengan gerakan ekspresif dan interpreatif.
Lindgren  juga  mengemukakan  bahwa  hasil  belajar  dapat  dilihat melalui kecakapan, informasi pengertian dan sikap. 18
Hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang dilakukan pada saat proses pembelajaran dan dapat dilihat dari nilai ulangan harian ( formatif), nilai  ulangan  tengah  semester  ( subsumatif),  dan  nilai  ulangan  semester (sumatif).  Dalam  penelitian ini  yang dimaksud  dengan  hasil  belajar  siswa

18 Agus Suprijono, Kooperatif Learning Teori Dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta, pustaka pelajar : 2009), hal 6-7

adalah    hasil  nilai  ulangan  harian  yang  diperoleh  dari  siswa  dalam  mata pelajaran PKn khususnya materi Organisasi Pemerintahan Tingkat Pusat.
Ulangan harian ini terdiri dari  seperangkat soal yang harus dijawab oleh siswa, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas.
Adapun faktor-faktor  yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain yaitu faktor internal dan eksternal 19.
1.   Faktor Internal

Belajar  yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku peserta didik, ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa adalah faktor yang berasal dari dalam atau pada diri individu masing -masing.
Secara  spesifik faktor-faktor  internal  yang mempengaruhi  aktifitas belajar adalah sebagai berikut :
a.   Motivasi

Motivasi akan muncul dan berhasil apabila seseorang itu mau berusaha, mempunyai keinginan dan memperbaiki diri untuk belajar lebih baik.
b.   Konsentrasi

Konsentrasi memusatkan perhatian terhadap belajar yang dicapai.  Di  dalam  aktifitas  belajar  konsentrasi  sangat  diperlukan
19 Anissatul Mufarokah, M. Pd, strategi belajar mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009) hal 31

karena apabila seseorang itu tidak konsentrasi dengan apa yang dihadapinya  maka  belajar  tidak  maksimal.  Oleh  karena itu  dengan konsentrasi aktivitas yang dilakukan akan memenuhi sasaran untuk mencapai tujuan belajar itu sendiri.
c.   Reaksi

Dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagi wujud reaksi. Dengan adanya diri siswa maka proses belajar mengajar akan menjadi hidup, siswa tidak hanya duduk, diam,  mendengarkan  atau  obyek  dalam  pembelajaran  melainkan sebagi subyek dalam belajar.
2.   Faktor eksternal

Selain faktor-faktor di atas juga terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor so sial :
a.    Faktor Keluarga

Keluarga yang tidak kondusif bisa mengakibatkan siswa menjadi malas untuk belajar. Misalnya, cara orang tua  mendisiplinkan atau mendidik anak dalam belajar, adanya hubungan antar   anggota keluarga  yang tidak  baik,  suasana  rumah,  keadaan  ekonomi  dalam rumah tangga, pengertian orang tua dan latar belakang belakang keluarga.

   Faktor Sekolah

Kondisi sekolah yang kurang memadai juga berpengaruh buruk terhadap belajar siswa. misalnya metode dalam pembelajaran kurang, kurikulum pembelajaran, hubungan antara guru dengan siswa kurang, kedisiplinan, peralatan sekoalah kurang.
c.   Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseharian anak. Bentuk-bentuk masyarakat, media masa (tv, radio, bioskop)  cara  bergaul  anak  dengan  masyarakat  akan  berpengaruh dalam belajar siswa.20

C.   Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning).
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan -pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah.21

20 Ibid hal 32
21Agus Supriono, Cooperative Learning Teori dan Apikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hal 55

D.   Metode Make a Match

1. Pengertian Metode Make a Match
Metode make a match adalah metode pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari.  Hal-hal  yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode Make a Match adalah sebuah kartu. Kartu  tersebut  terdiri  dari  kartu  yang  berisi  pertanyaan  dan  jawaban, demikian salah satu metode yang dikembangkan oleh Lorna Curran, pada tahun 1994.22

Gambar 2.1 Contoh make a match

2. Tujuan Metode Make a Match

Tujuan  yang  ingin  dicapai  dalam  pembelajaran  sangat mempengaruhi dalam memilih metode pembelajaran. Setidaknya, ada tiga

22  Miftahul huda, M.Pd, cooperatif learning metode, teknik, struktur dan model penerapan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal 135

tujuan penerapan metode make a match, yaitu: (1) pendalaman materi (2)

menggali materi dan (3) untuk selingan. 23

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Make a Match.

Tidak   ada   metode   pembelajaran   terbaik   yang   cocok   untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Setiap metode pembelajaran mempunyai  kelebihan  dan  kekurangan.  suatu  metode  pembelajaran  yang baik adalah sesuai untuk materi dan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh pengajar. Seperti halnya metode make a match yang mendalami materi dengan menggunakan kartu berisi pertanyaan dan jawaban sehingga membantu siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a)  Kelebihan metode Make a Match

Adapun kelebihan dari metode make a match yaitu sebagai berikut:

1)  Dapat  meningkatkan  aktivitas  belajar  siswa,  baik  secara  kognitif maupun fisik.
2)  Metode  yang  menyenangkan,  karena  terdapat  permai nan  dalam pembelajaran.
3)  Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

4)  Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

23     http://s4iful4min.blogspot.com/2011/02/metode-make-match-tujuan-persiapan-dan.html,   3
April 2012.

5)  Efektif  sebagai   sarana  melatih   keberanian   siswa   untuk   tampil presentasi.
6)  Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu un tuk belajar.

b)  Kekurangan metode make a match

Selain   kelebihan,   metode   make   a   match   juga   mempunyai kelemahan sebagai berikut:
1)  Kurangnya waktu dalam pembelajaran.

2)  Jika  tidak  mengarahkan  siswa  dengan  baik,  saat  presentasi  banyak siswa yang bingung dalam pembelajaran.
3)  Hukuman  yang  digunakanan  harus  hati-hati  dan  bijaksana  karena dapat membuat siswa malu.
4)  Timbul  rasa  bosan  apabila  metode  tersebut  dalam  pembelajaran dilakukan secara terus-menerus.
Dilihat dari kelebihan dan kelemahan di atas dapat disimpulkan bah wa metode make a match dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar serta melatih keberanian siswa dalam proses belajar mengajar. Tetapi apabila metode   tersebut   tidak   dipersiapkan   dengan   baik   maka   pada   saat pembelajaran akan banyak waktu yang terbuang dan apabila metode tersebut dilakukan secara terus menerus siswa akan timbul rasa bosan.


4. Tahap Penggunaan Metode Make a Match

Menurut  Agus  Suprjono,  tahap  penggunaan  metode   make  a  match

diterapkan dengan menggunakan langkah -langkah sebagai berikut:24

a.   Guru membagi kelompok

Guru   membagi   komunitas   kelas   menjadi   tiga   kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu yang berisikan pertanyaan. Kelompok kedua membawa kartu yang berisikan jawaban, sedangkan kelompok ketiga sebagai kelompok penilai atau panitia. Posisi kelompok membentuk huruf U, dimana kelompok pertama dan kelompok kedua sejajar dan saling berhadapan sedangkan kelompok ketiga berada diantara kelompok satu dan dua.
b.   Membunyikan peluit

Guru membunyikan peluit agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak untuk bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi, hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara kelompok pembawa kartu jawaban.
c.   Penilai

Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok ini kemudian


24  Agus Supriono, Cooperative Learning Teori Dan Apikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hal 94

membaca   apakah   pasangan   pertanyaan -jawaban   itu   cocok.   Setelah penilaian dilakukan diatur sedemikian rupa antara kelompok pertama dan kedua agar bersatu kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai.
d.   Fasilitator

Guru bertugas memfasilitasi diskusi karena siswa belum mengetahui   pasti   apakah   penilaian   mereka   benar   atas   pertanyaan - jawaban.  Fasilitator  ini  dilaksanakan  untuk  memberikan  kesempat an kepada seluruh peserta didik mengkonfirmasikan hal -hal  yang mereka lakukan   yaitu   mematangkan   pertanyaa -jawaban   dan   melaksanakan penilaian.
Berdasarkan uraian di atas adapun langkah -langkah yang dilakukan dalam penelitian secara singkat sebagai berikut :
1) Guru melakukan apresiasi sebelum melakukan pembelajaran

2) Guru  memberikan  penjelasan  secara  singkat    yang  berkaitan  dengan materi yang dipelajari oleh siswa.
3) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban yang cocok dengan materi.
4) Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok. Kelompok 1 pembawa kartu jawaban kelompok 2 pembawa kartu pertanyaan dan kelompok 3 penilai.
5) Siswa  mencari  pasangan  yang  mempunyai  kartu  yang  cocok  dengan kartunya. Setelah siswa mendapatkan pasangan kartu yang cocok, kartu tersebut diberikan kepada kelompok 3 atau kelompok penilai.
6) Guru melihat hasil pasangan kartu sambil menilai kerja sama. Kegiatan tersebut dilakukan sampai beberapa kelompok secara bergilir disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
7) Guru  mengakhiri  kegiatan  belajar  dengan  membimbing  siswa  untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan tugas rumah.

E.   Materi Organisasi Pemerintahan Tingkat Pusat
Organisasi pemerintahan di tingkat pusat sangatlah penting untuk diketahui anak sejak dini. Agar anak lebih mengerti tentang lembaga apa saja yang berhubungan dalam pemerintahan. Pemerintahan adalah organ yang menjalankan fungsi pemerintah. Sistem pemerintahan adalah keseluruhan atau kebulatan yang utuh dari komponen-komponen pemerintahan yang terdiri dari lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. 25

Organisasi  pemerintahan  di  tingkat  pusat  adalah  lembaga -lembaga negara yang duduk dalam pemerintahan pusat yaitu presiden, wakil presiden dan para menteri.
Berikut  adalah  bagan  susunan  pemerintahan  sebelum  dan  sesudah

Amandemen UUD 1945.


25 Sri wilujeng dyah, PKN Sekolah Dasar Kelas IV (Jakarta: Erlangga, 2006), 58

Bagan 2.I
Bagan 2.2

1. Presiden

Gambar 2.1

Gambar  2.1  di  atas  adalah  gambar  sekaligus  nama  yang  pernah
menjabat  sebagai  presiden  Indonesia.  Berikut  adalah  presiden  dan  wakil presiden yang menjaban pada masa sekarang.


Gambar 2.2

Presiden Republik Indonesia adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Republik Indonesia. Presiden dan wakil presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Pasangan calon presid en dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.
Calon seorang presiden dan wakil presiden harus warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain, tidak  pernah  mengkhianati  negara,  serta mampu  secara  jasmani  dan  rohani untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai presiden dan wakil presiden. Sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan presiden memiliki kekuasaan antara lain :
a. Kekuasaan legislatif

Yaitu sebuah lembaga negara yang memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Yang terdiri dari dari DPR, MPR, dan DPD.
b. Kekuasaan eksekutif

Lembaga yang memegang kekuasaan pemerintahan. Yang terdiri dari presiden, wakil presiden, dan para menteri.
c. Kekuasaan sebagai kepala negara

Yaitu lembaga yang memegang kekuasaan dibidang kehakiman. Yang terdiri dari mahkamah agung (MA), mahkamah kontitusi (MK), komisi yudisial (KY).

2.    Wakil Presiden

Wakil presiden adalah orang yang dipilih sebaga i pembantu presiden dalam masa jabatan.

Gambar 2.3 Wakil presiden
Dalam menjalankan tugasnya presiden dibantu oleh wakil presiden. Wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat yang sepasang dengan presiden melalui pemilu. Tugas wakil presiden sama beratnya dengan tugas presiden.

Jika presiden sewaktu-waktu meninggal dunia, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat menjalankan kewajibannya dalam  masa jabatan yang telah ditentukan maka wakil presiden akan menggantikannya. Presiden dan wakil presiden harus dapat bekerjasama dengan baik. UUD 1945 tidak menentukan lebih lanjut tentang tugas wakil presiden. Pasal 4 ayat 2 UUD 1945 hanya menyebutkan bahwa tugas wakil presiden adalah membantu presiden dalam melaksanakan tugasnya.
3. Menteri

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya presiden juga dibantu oleh menteri-menteri negara yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Menteri-menteri tersebut diangkat, diberhentikan, dan bertanggung jawab kepada presiden. Sedangkan pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang. Presiden juga memiliki kewenangan untuk membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberi kan nasihat kepada presiden.
Bangsa Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial. Dalam kabinet presidensial, menteri dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu menteri koordinator, menteri departemen, dan menteri negara.

BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A.   Metode Penelitian
Penelitian   ini   adalah   penelitian   tindakan   kelas   ( Classroom   Action Research) dengan penerapan metode make a match, yang dapat dijadikan cara untuk  melakukan  pembelajaran.  Penelitian  tindakan  kelas  ini  menggunakan bentuk  kolaborasi,  yang  mana  guru  merupakan  mitra  kerja  peneliti.  Masing – masing memusatkan  perhatiannya  pada  aspek –aspek  penelitian tindakan  kelas yang sesuai dengan keahliannya, guru sebagai praktisi pembelajaran, peneliti sebagai perancang dan pengamat yang kriti s.26

Dalam  pelaksanaannya,  Penelitian  Tindakan  Kelas  (PTK)  ini menggunakan model Kemmis dan Taggart, yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu: (1) perencanaan ( planning), (2) aksi  atau  tindakan     (acting),  (3)  observasi  (observing),  dan  (4)  refleksi (reflecting)  atau  evaluasi.  Secara  keseluruhan,  empat  tahapan  dalam  PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Seperti pada gambar dibawah ini.

26 Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: CV Wacana Prima, 2007), 158.

Gambar 3.1: Alur Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 3 di atas dapat dijelaskan bahwa rancangan/rencana awal, merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum mengadakan penelitian. Peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instumen penelitian dan perangkat pembelajaran. Kemudian pelaksanaan kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan). Selanjutnya  refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Hasil dari refleksi tersebut di susun rencana berikutnya. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasi l refleksi  dari  pengamat  membuat  rancangan  yang direvisi  untuk  dilak sanakan pada siklus berikutnya.

B.   Setting Penelitian dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

a.    Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri ..........................., Waru -Sidoarjo. Tempat yang strategis yang mudah dijangkau untuk dilakukan penelitian dan pencarian data.
b.   Waktu dan Lama Penelitian

Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan/tatap muka dan setiap pertemuan berlangsung 2X35 menit sesuai jadwal pelajaran di SD Darul Bungurasih, Waru-Sidoarjo. Penelitian dilakukan pada bulan Mei akhir sampai dengan bulan Juni semester genap tahun pelajaran 2012/2013.
Adapun jadwal pelaksanaan setiap siklus adalah sebagai berikut :

¾  Tanggal 14 Juni 2018 mata pelajaran PKn kelas IV siklus I

¾  Tanggal 19 Juni 2018 mata pelajaran PKn kelas IV siklus II


c.    Siklus PTK

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan melalui dua siklus, untuk melihat penerapan metode make a match terhadap materi tentang organisasi tingkat pusat kelas IV dalam mengikuti pelajaran PKn. se tiap siklus dilaksanakan meliputi prosedur perencanaan ( planing), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflektion) atau evaluasi.
2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Siswa kelas IV SD Negeri ..........................., Waru-Sidoarjo. Yang berjumlah 22 siswa, yang terdiri dari 12 perempuan dan 10 laki-laki.

C.   Variabel yang Diselidiki

Sehubungan  dengan  masalah  yang  telah  dikemukakan,  maka  pada penelitian ini variabel penelitiannya dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
a. Variabel input              : Siswa kelas IV SD Negeri ...........................
b. Variabel output            : Hasil belajar siswa.

c. Variabel proses            : Metode pembelajaran Make a Match.

D.   Rencana Tindakan

Adapun rencana tindakan pada setiap siklus diuraikan sebagai berikut :

1) Siklus I

a. Tahap Perencanaan.

Dalam tahap perencanaan ini, peneliti telah mempersiapkan rencana tindakan yang dilakukan yaitu:
1. Membuat    rencana    pembelajaran    dengan    metode    pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan).
2. Membuat instrumen pembelajaran (RPP, lembar kerja siswa pre test dan post test).
b. Tahap Pelaksanaan.

Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti telah menyusun langkah -langkah kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi materi tentang organisasi tingkat pusat, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Guru   meminta   siswa   membentuk   kelompok   sesuai   dengan   jenis kelamin. Dan terbentuk menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama pemegang soal pertanyaan, kelompok kedua pemegang jawaban, dan kelompok ketiga sebagai penilai dari hasil dari kelompok 1 dan 2.
3. Setiap   kelompok   satu   dan   dua   mendapatkan   sebuah   kartu   yang bertuliskan soal/jawaban.
4. Siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
5. Siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan Susilo Bambang Yudhoyono dengan kartu yang bertuliskan soal “taukah kamu, siapakah yang memimpi kepala pemerintahan di Indonesia sekarang?”.
6. Setiap  siswa  yang  dapat  mencocokkan  kartunya  kepada  kelompok penilai sebelum batas waktu diberi poin dan dorpres berupa buku dan pensil.
7. Apabila   siswa   tidak   dapat   mencocokkan   kartunya   dengan   kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
8. Setelah satu babak selesai, kartu dikocok lagi dan kelompok satu, dua gabung menjadi satu pengganti dari kelompok tiga kelompok penilai sedangkan kelompok penilai dipecah menjadi dua untuk melakukan seperti kelompok 1 dan 2 yaitu pemegang kartu pertanyaan dan kartu jawaban.
c. Tahap Pengamatan.

Dalam  tahap  pengamatan  ini,   peneliti  akan  mengamati  kegiatan pembelajaran yang sudah tersusun yaitu:
1. Situasi   kegiatan   belajar   mengajar   dengan   menggunakan   metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.
2. Aktifitas siswa selama proses pembelajaran.

3. Kemampuan siswa dalam menyampaikan ide, pendapat atau jawaban
4. Kemampuan siswa dalam berkomunikasi (berpendapat) dengan bahasa yang baik dan benar.

d. Tahap Refleksi.

Dalam tahap refleksi ini, adapun yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah:
1. Merefleksi proses pembelajaran yang telah terlaksana.

2. Mencatat kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran.

2) Siklus II

Apabila dalam siklus I hasil pembelajaran yang diberikan belum tercapai,  maka  dilakukan  pengkolaborasian  dengan  guru  untuk menindaklanjuti pembelajaran siklus II dan menutupi kekurangan pada siklus I dengan menerapkan langkah–langkah sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan.

Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil belajar refleksi pada siklus pertama. Yang mana pada siklus pertama belum bisa teratasi dan pada siklus kedua guru dengan peneliti melakukan pemecahan permasalahan  yang  belum  bisa  teratasi  pada  siklus  pertama.  Misalnya dalam  hal  pembuatan  RPP,  menyiapkan  bahan  ajar,  pengembangan program tindakan (action) siklus II.

2) Tahap Pelaksanaan.

Guru atau peneliti melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Make a  Match  (mencari  pasangan)  berdasarkan  rencana  pembelajaran  hasil refleksi pada siklus pertama.
3) Tahap Pengamatan.

Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktifitas pembelajaran metode kooperatif tipe Make a Match seperti pada siklus pertama.
4) Tahap Refleksi.

Peneliti dan guru melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua seperti pada siklus pertama, serta menganalisis untuk membuat kesimpulan  atas  pelaksanaan  pembelajaran  da lam  meningkatkan  hasil belajar   siswa   pada   pembelajaran   PKN   kelas   IV   SD   Darul   Ulum Bungurasih, Waru-Sidoarjo.

E.   Data dan Cara Pengumpulannya

1.  Analisis Data

Data adalah suatu hal yang diperoleh dilapangan ketika melakukan penelitian dan belum diolah. Data men urut jenisnya dibagi menjadi dua yaitu: data kualitatif dan data kuantitatif.
a.   Data Kualitatif

Data  yang disajikan  dalam bentuk ferbal,  bukan  dalam bentuk angka.   Dalam   penelitian   ini   data   kualitatif   termasuk   pelengkap,
dikarenakan penelitian ini termasuk pe nelitian kuantitatif. Yang termasuk data kualitatif adalah:
¾  Gambaran umum SD Negeri ........................... Waru-Sidoarjo.

¾  Pelaksanaan   pembelajaran   make   a   match   di   SD   .............

b.  Data Kuantitatif

Data yang terbentuk angka statistik. Data inilah yang menjadi data utama dalam penelitian ini. Yang termasuk data kuantitatif adalah:
¾  Administrasi pembelajaran koopera tif tipe make a match di SD Darul

Ulum Bungurasih Waru-Sidoarjo.

¾  Hasil belajar siswa di SD Negeri ........................... Waru -Sidoarjo.

2.  Teknik Pengumpulan Data

Pada pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan bantuan guru kelas sebagai kolaborasi dijadikan landasan untuk mengetahui tingkat keberhasilan  dan  prestasi  hasil  belajar  siswa  dalam  proses  pembelajaran melalui metode make a match yang terkait dengan materi ajar sistem pemerintahan  tingkat pusat mata pelajaran PKn  kelas IV  SD Negeri ........................... Waru-Sidoarjo. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut: Observasi dan Wawancara, tes dan dokum entasi.

a.   Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati kondisi, situasi, proses dan perilaku pada saat proses pembelajaran berlangsung, yaitu dari tahap awal sampai tahap akhir. Dalam hal observasi dipergunakan untuk mengetahui data  tentang  aktivitas  siswa  yang  dilaksanakan  oleh  peneliti  melalui lembar pengamatan aktifitas siswa.
Observasi juga dilakukan peneliti dalam hal ini mahasiswa untuk mengamati guru mata pelajaran selama pembelajaran berlangsung melalui lembar pengamatan guru.
b.  Wawancara

Metode  ini  digunakan  untuk  memperoleh  data  tentang  hasil belajar dalam pembelajaran PKn selama ini, serta menemukan kesulitan apa saja yang dihadapi guru selama proses pembelajaran.
c.   Tes

Pemberian tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. tes hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Peneliti membuat tes berupa tes tulis dalam bentuk objektif pilihan ganda pada siklus I dan siklus II yang diberikan kepada siswa setiap akhir siklus.
d.  Dokumentasi

Metode  ini  digunakan  untuk  memperoleh  data  tentang  hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Dan juga sebagai data penunjang

seperti halnya dokumentasi tentang profil SD Negeri ..........................., visi dan misi sekolah, sejarah sekolah, struktur organisasi sekolah.

3.  Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukan   berbagai informasi sesuai dengan fungsinya sehingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.
Menurut Sudjana, bahwa untuk menghitung presentase menggunakan rumus sebagai berikut :27
P = f  x 100%

N


Keterangan :

P = Prosentase yang akan dicari

f = Jumlah seluruh skor jawaban yang diperoleh
N = Jumlah item pengamatan dikalikan skor yang diperoleh siswa. Sedangkan rata – rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus : X = ∑x
N

27 Sudjana, Evaluasi Hasil Belajar (Bandung: Pustaka Martiana, 1988), 131.

Keterangan :

X = Rata – rata (mean)

∑x = Jumlah seluruh skor

N = Banyaknya subjek

Hasil  penelitian  yang  telah  diperoleh  tersebut  diklasifikasikan  dalam bentuk   penyekoran   nilai   siswa   dengan   menggunakan   Kriteria   Standar Penilaian SD Darul Ulum Bungurasi sebagai berikut :
90 – 100          : Sangat baik

70 – 89            : Baik

50 – 69            : Cukup

0 – 49              : Tidak baik28

F.  Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melatih tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau memperba iki mutu PMB di kelas.29
Dalam   hal   ini   yang   digunakan   untuk   menentukan   keberhasilan pelaksanaan metode pembelajaran yaitu hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran yang dikembangkan.

40-41

28 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hal

29 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru,

(Jakarta, PT Raja Grafindo Perseda : 2010), hal 127

G. Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh peneliti dengan bantuan guru kelas yaitu Saraswati S.Pd. SD sebagai kolaborasi, dalam proses pembelajaran yang berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV terkait dengan materi pengajaran tentang organisasi t ingkat pusat, mata pelajaran PKn di SD Negeri ........................... melalui metode kooperatif tipe make a match.
Guru dan peneliti merupakan kesatuan tim yang bertugas untuk mengarahkan proses kegiatan pembelajaran agar berjalan efektif dan juga diharapkan dapat meningkatkan motifasi serta semangat belajar siswa untuk turut aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga akan dapat diketahui sejauh mana pemahaman siswa akan materi pembelajaran.
Peneliti di sini bertugas untuk melakukan penelitian terhadap kinerj a guru dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa, selain itu peneliti merupakan orang  yang  menyediakan  perangkat  pembelajaran  (RPP),  sedangkan  guru bertugas untuk mempraktikkan apa yang sudah tertulis dalam RPP yang telah disediakan oleh peneliti. Selai n itu peneliti bersama guru bertugas melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa, sehingga nantinya peneliti dan guru dapat mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa, apakah sudah mengalami peningkatan atau tidak.

BAB IV SILAHKAN DOWNLOAD PADA LINK BERIKUT karena banyak sekali tabel-tabel dan grafik

BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri ........................... UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan ...........................  pada pembelajaran PKn belum mencapai ketuntasan. Hal ini dikarenakan metode pada pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan masih monoton.
2. Penerapan  pembelajaran  kooperatif  tipe  make  a  match  menggunakan  6 langkah yaitu (1) penyiapan beberapa kartu pertanyaan dan jawaban (2) pembagian kelompok (3) guru menjelaskan cara kerja tiap kelompok. (4) pencarian pasangan kartu pertanyaan dan jawaban (5) penyerahan kepada kelompok penilai (6) pembagian kelompok ulang, agar kelompok penilai bisa merasakan seperti kelompok 1 dan 2 kelompok penilai dipecah menjadi dua sedangkan kelompok 1 dan kelompok dua gabung menjadi satu dan berperan menjadi kelompok penilai.
3. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri ........................... UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan ..........................., terhadap materi sistem organisasi tingkat pusat mata pelajaran PKn dengan menggunakan metode make a match. Hal ini dapat diketahui dari perbandingan sebelum menggunakan metode make a match nilai rata-rata 69,54. Setelah menggunakan metode make a match nilai rata- rata dapat dijelaskan sebagai berikut: nilai rata-rata kelas pada siklus I yaitu:
71,81  sedangkan  nilai  rata  pada  siklus  II  yaitu:  92,95.  Untuk  tingkat


ketuntasan pada siklus I 68,18% sedangkan pada siklus II 100%. Dengan demikian hasil penelitian di SD Negeri ........................... telah mencapai ketuntasan belajar.
B.  Saran

Dengan  terselesaikannya  laporan  penelitian  ini,  peneliti  memberikan saran-saran berdasarkan hasil kesimpulan dan implikasi pada penelitian ini. Adapun saran yang dapat peneliti kemukakan adalah :
1. Bagi guru

¾  Guru hendaknya mampu menggunakan metode mengajar dengan baik yang memungkinkan berkembangnya potensi anak. Metode yang baik tidak saja menciptakan situasi kelas yang hidup, tetapi juga mempermudah siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
¾  Guru hendaknya mampu menjadi motivator sekaligus menjadi fasilitator bagi siswa-siswanya. Hal ini akan merangsang identifikasi pada diri siswa sehingga mempercepat pemahaman siswa dlam belajar.
2. Bagi Peneliti lain

Semoga dengan adanya skripsi ini, peneliti bisa mengambil hikmah dari isi  penelitian  ini.  Dapat  dijadikan  sumber  belajar  atau  pengalaman  ke depannya.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul   Rozak,   dan   Ubaedillah.   2008.   Civic  Education,   Jakarta:   UIN   Syarif
Hidayatullah.

Ali, Muhammad. 1985. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar,  Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

Amin, Zainul, Ittihad. 2010. Materi Pokok Pendidikan Kewarganegaraan,  Jakarta: Universitas Terbuka.

Anas,  Sudijono.  1994.  Pengantar   Statistik  Pendidikan ,  Jakarta:  Raja  Grafindo
Persada.

Asrori, Mohammad,2007, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: CV Wacana Prima. Dyah, Sriwilujeng. 2006. PKN Sekolah Dasar kelas IV, Jakarta:Erlangga.
Hartono,  Djoko.  Metode Pembelajaran  PAI, Surabaya: fak  tarbiyah  IAIN  Sunan
Ampel

http://dodisupandiblog.blogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikan- kewarganegaraan.html

http://s4iful4min.blogspot.com/2011/02/metode-make-match-tujuan-persiapan- dan.html, 3 April 2012.

Huda, Miftahul, 2011, Cooperative Learning, Bandung: pustaka pelajar.

Kunandar, 2010. Langkah Mudah Penelitian  Tindakan Kelas Sebagi Pengembang
Profesi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda.
Mufarokah, Anissatul. 2009. Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta: Teras. Munandar,  Utami,  1985,  Mengembangkan Bakat  dan  Kreatifitas  Anak Sekolah,
Petunjuk para Guru dan Orang tua, Jakarta: Gramediaa Pustaka Utama. PERATURAN menteri pendidikan nasional No.22,Tahun 2006.
Sudjana,1988, Evaluasi Hasil Belajar, Bandung: Pustaka Martiana.

Suprijono,   Agus.   2009.   Cooperative   Learning   Teori   dan   Apikasi  PAIKEM,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surakhmad,  Winarno.  2003.  Pengantar   Interaksi  Belajar   Mengajar,   Bandung: Tarsito.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda.

Tim Konsorsium7 PTAI. 2009. Bahan perkuliahan Pembelajaran PKN MI Surabaya: LAPIS PGMI.

Winarno,  Surakhmad.  2003.  Pengantar   Interaksi  Belajar   Mengajar,   Bandung: Tarsito.
Pembaca yang budiman, jika Anda merasa bahwa artikel di blog ini bermanfaat, silakan bagikan ke media sosial lewat tombol share di bawah ini:
 
About - Contact Us - Sitemap - Disclaimer - Privacy Policy
Back To Top