PTK PKn " UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN MATERI SISTEM ORGANISASI TINGKAT PUSAT KELAS IV SD NEGERI ...... MELALUI METODE MAKE A MATCH"
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumberdaya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. 1
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantoro (1930 ) adalah tuntutan di dalam tumbuh dan berkembangnya anak -anak. Maksud pendidikan adalah menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak -anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.2
Sehingga pendidikan merupakan suatu proses belajar peserta didik dalam memperoleh ilmu pengetahuan maupun ilmu keagamaan agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat maupun u ntuk bekal masa hidupnya kelak. Dengan pendidikan memudahkan untuk kebutuhan berinteraksi/bersosialisasi dan dapat mewujudkan cita -cita anak bangsa yang diinginkan.
Pada hakikatnya, tujuan pendidikan ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya
1 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Perseda, 2003), 1
2 Aziz wahab, dkk, pendidikan pancasila dan kewarganegaran (Jakarta: Universitas Terbuka,
2005), hal 9.53
secara optimal sehingga dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya yang sesuai dengan kebutuhan pribadinya serta kebutuhan masyarakatnya. 3
Adanya tujuan pendidikan di atas, maka untuk mencapainya diperlukan salah satu jalan atau cara yang sering disebut den gan metode.4 Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mempermudah menyampaikan materi pelajaran melalui prosedur tertentu agar tujuan pembelajaran bisa tercapai dan dapat dimengerti oleh peserta didik.
Menurut Djoko Hartono, Secara harfiah metode barasal dari kata method yang berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum. Metode sama artinya dengan metodologi yaitu suatu penyelidikan yang sistematis dan formulasi metode-metode yang akan digunakan. Sedangkan menurut kamus bahasa Indonesia metode ad alah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 5
Pada dasarnya metode adalah suatu alat atau cara untuk mempermudah jalannya pembelajaran agar tujuan/sasaran pembelajaran yang diinginkan tercapai.
Dalam konteks pendidikan nasional, pendidikan kewarganegaraan dijadikan sebagai wadah dan instrumen untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu “berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
3 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah, Petunjuk para Guru dan Orang tua, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1985), hal 23
4 Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 2003), hal 97
5 Dr.Djoko Hartono, metode pembelajaran PAI, (Surabaya: fak tarbiyah IAIN Sunan Ampel),
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Di samping itu pendidikan kewarganegaraan berfungsi juga sebagai instrumen pelaksana pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. 6
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah menjadikan warga negara
yang cerdas dan baik serta mampu mendukung keberlangsungan bangsa dan negara. Upaya mewarganegarakan individu atau orang -orang yang hidup dalam suatu negara merupakan tugas pokok negara. Konsep warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizenship) tentunya amat tergantung dari pandangan hidup dan sistem politik negara yang bersangkutan.
Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang mempunyai komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hakikat Negara Kesatua n Republik Indonesia adalah negara kebangsaan moderen. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme yaitu pada tekat suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama
6 A.Ubaedillah dan Abdul Rozak, Civic Education, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2008),
dibawah satu negara yang sama, walaupun warga masyarakat tersebut berbeda - beda agama, ras, etika, atau golongannya. 7
Pendidikan kewarganegaraan menurut Depdiknas adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD NKRI 1945. Somantri, juga mengemukakan bahwa pendidikaan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
Realita dalam dunia pendidikan kita terjadi disparita s antara pencapian academic standard dan performance standard yaitu banyak peserta didik mampu menyajikan materi ajar yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Sebagaian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari guru kelas, peserta didik memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu dengan menggun akan pengajaran dan metode ceramah yang bisa membuat peserta didik menjadi bosan dan pembelajaran terlihat
7 http://dodisupandiblog.blogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan.html
monoton. Kegiatan pembelajaran yang menekankan berbagai pembelajaran adalah penggunaan pendekatan tertentu dalam pembelajaran, karena suatu pendekatan dalam pembelajaran pada hakikatnya merupakan cara yang teratur dan terpikir secara sempurna untuk mencapai pengajaran dan untuk memperoleh kemampuan dalam mengembangkan efektifitas belajar yang dilakukan guru dan peserta didik. Pendekatan ini merupakan p eran yang sangat penting untuk menentukan berhasil tidaknya pembelajaran yang diinginkan tercapai. Hasil pembelajaran adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek atau potensi kemanusiaan saja yang dilihat secara frakmentaris melaikan komprehensif.
Berdasarkan dari hasil data yang peneliti peroleh kepada guru mata pelajaran PKn kelas IV SD Negeri ........................... Kecamatan ........................... Kabupaten ..........................., kompetensi dasar dari materi tentang Organisasi Pemerintahan Tingkat Pusat, seperti Presiden, Wakil Presiden dan para Menteri. Terlihat bahwa siswa kelas IV mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil ulangan harian siswa yang sebelum dilakukan penelitian kurang memuaskan. Dari 22 siswa, hanya 10 siswa yang memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Maksimal, sedangkan 12 siswa lainnya masih dibawah standar Kriteria Ketuntasan Maksimal. Nilai standar Kriteria Ketuntasan Maksimal mata pelajaran PKn adalah 70.
Dari permasalahan di atas perlu adanya strategi baru dalam pembelajaran siswa secara aktif. Agar KKM mata pelajaran PKn pada materi
Organisasi Tingkat Pusat yang di inginkan tercapai peneliti merasa terdorong untuk mendiskripsikan proses dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang peneliti lakukan dengan target hasil belaja r siswa dengan menggunakan metode kooperatif tipe make a match.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengambil judul penelitian tindakan kelas ini, yaitu :
“Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKN Materi Sistem Organisasi Pemerintahan Tingkat Pusat Kelas IV SD Negeri ........................... Melalui Metode Make a Match”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat di simpulkan menjadi rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana hasil belajar siswa kelas IV pada pembelajaran PKN di SD ..........
b. Bagaimana cara penerapan metode Make a Match materi Organisasi
Pemerintahan Tingkat Pusat pada kelas IV SD Negeri ...........................?
c. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD ...........................
Bungurasih pada pembelajaran PKN melalui metode Make a Match?
C. Tindakan yang Dipilih
Tindakan yang diambil dalam Penelitian Tindakan Kelas yang berkolaborasi dengan guru kelas IV adalah memilih pengoptimalisasian penggunaan media pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri ............................
Dengan demikian, penggunaan media pembelajaran Make a Match akan membentuk ciri khusus dalam pembelajaran materi Organisasi Tingkat Pusat mata pelajaran PKn ini, dengan pembelajaran PAIKEM, saling menunjang gembira, belajar dengan semangat.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
a. Mengetahui hasil belajar siswa kelas IV pada pembelajaran PKN di SD Negeri ............................
b. Mengetahui cara penerapan metode Make a Match materi Organisasi
Pemerintahan Tingkat Pusat pada kelas IV SD Negeri ........................... .
c. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD ...........................
Bungurasih pada pembelajaran PKN melalui metode Make a Match?
E. Manfaat Penelitian
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian dengan metode Make a Match diharapkan hasil belajar siswa di kelas meningkat.
b. Bagi Guru
Apabila hasil penelitian dirasakan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan para guru agar dapat menerapkan metode Make a Match sebagai usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi Sekolah
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Bagi Peneliti
Dapat menjadi suatu pengalaman praktis yang berharga sebagai realisasi da ri teori-teori yang diperoleh.
e. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan reverensi untuk melakukan penelitian berikutnya.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari pembahasan yang melebar, maka peneliti memfokuskan masalah ini pada penggunaan metode Make a Match dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran PKN Kelas IV SD ............
G. Definisi Operasional
Judul penelitian tindakan kelas yang penulis angkat yaitu berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Materi Sistem Organisasi Pemerintahan Tingkat Pusat Kelas IV SD Negeri ........................... Melalui Metode Make a Match”.
Agar tidak terjadi salah arti dalam penulisan, perlu penulis menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut :
Peningkatan : Tolak ukur atau hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn.
Hasil belajar : Hasil belajar diperoleh dari nilai kognitif yang dilakukan pada setiap siklus yaitu siklus I dan siklus II.
PKN : Mata pelajaran yang mengarah pada materi tentang sistem organisasi tingkat pusat.
Make a Match : Metode yang digunakan untuk menyampaikan materi PKn dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) penyiapan beberapa kartu pertanyaan dan jawaban (2) pembagian kelompok (3) guru menjelaskan cara kerja tiap kelompok. (4) pencarian pasangan kartu pertanyaan dan jawaban (5) penyerahan kepada
kelompok penilai (6) pembagian kelompok ulang, agar kelompok penilai bisa merasakan seperti kelompok 1 dan 2 kelompok penilai dipecah menjadi dua sedangkan kelompok 1 dan kelompok dua gabung menjadi satu dan berperan menjadi kelompok penilai.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini penulis susun secara sistematik dari bab ke bab yang terdiri dari lima antara bab satu ke bab yang lainnya merupakan integritas atau kesatuan yang tidak terpisah serta memberikan gambaran secara lengkap dan jelas tentang penelitian dan hasil -hasilnya.
Adapun sistematika pembahasan selengkapnya sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tindakan Yang Dipilih, Tujuan Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II : Kajian teori meliputi: Hakikat Pembelajaran PKN, yaitu Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan, Tujuan PKN Tingkat SD/MI, Ruang Lingkup PKN Tingkat SD/MI. Hasil Belajar yaitu Pengertian Belajar, Pengertian Hasil Belajar. Pengertian Pembelajaran Kooperatif, Metode Make a Match yaitu meliputi Pengertian Metode Make a Match, Tujuan Metode Make a Match, Kelebihan dan Kekurangan Metode Make a Match,
Tahap Penggunaan Metode Make a Match. Materi Organisasi
Tingkat Pusat meliputi Presiden, Wakil Presiden dan Menteri.
BAB III : Prosedur Penelitian meliputi: Metode Penelitian, Setting Penelitian, Karakteristik Subjek Penelitian, Variabel Yang Diselidiki, Rencana Tindakan, dan Data Cara Peng umpulan.
BAB IV :Hasil Penelitian dan Pembahasan meliputi: Hasil Penelitian, Pembahasan , Siklus I dan Siklus II.
BAB V : Penutup meliputi: Simpulan dan Saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat pembelajaran PKN
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah civic education mempunyai banyak pengertian dan istilah. Henry Randall Waite (1886) sebagaimana dikutip oleh Ubaidillah merumuskan pengertian civics sebagai berikut : “The science of citizenship, the relation of man, the individual, to man in organized collections, the individual in his relation to the state” (ilmu pengetahuan kewarganegaraan, hubungan seseorang dengan orang lain dalam perkumpulan -perkumpulan yang terorganisir, hubungan seseorang individu dengan negara). Sedangkan Muhammad Numan Somatri, mengartikan civics adalah sebagai ilmu kewarganegaraan yang membicarakan hubungan antara manusia dengan perkumpulan-perkumpulan yang terorganisir (organisasi sosial, ekonomi, politik), dan hubungan individu-individu dengan negara.
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan
bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada
generasi baru, tentang kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak -hak masyarakat.8
Adapun yang mengemukakan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik yang diarahkan untuk menjadi patriot pembela bangsa dan negara (warga negara yang baik). Pasal yang berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan yaitu pasal 3 UUD
1945 yang berbunyi hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembedaan negara pasal 30 ayat 1 dan hak setia p warga negara untuk memperoleh pengajaran pasal 31 ayat 1. 9
2. Tujuan PKN Tingkat SD/MI
Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Kurikulum Nasional, Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ditingkat SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.10 a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti-korupsi.
8 Tim konsorsium 7 PTAI, Bahan Perkuliahan Pembelajaran PKN MI (Surabaya: LAPIS PGMI, 2009), hal, 1-10
9 Zainul Ittihad Amin, Materi Pokok Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta : Universitas
Terbuka, 2006) hal, 1.24
10 PERATURAN Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
3. Ruang Lingkup PKN Tingkat SD/MI
Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut11 :
a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tata tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraan, sistem hukum dan peradilan n asional.
11 Tim konsorsium 7 PTAI, Bahan Perkuliahan Pembelajaran PKN MI, (Surabaya: LAPIS PGMI,2009), hal 1-9
c. Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban masyarakat anggota masyarakat, instrumen nasional dan instrumen HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
d. Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong -royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasidiri, persamaan kedudukan warga negara
e. Konstitusi negara, meliputi: proklamaasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lin gkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan -perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.12
Menurut John Dewey, seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari
aliran behavioural approach, mengemukakan bahwa belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan
12 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1995), 2.
ersisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman ( learning is a change of behaviour as a result of experience).13
Beberapa pakar pendidikan juga mendefinisikan belajar sebagai berikut:14
a. Robert M. Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiyah.
b. Robert M.W Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. c. Lee J. Cronbach
Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman d. Harold Spears
Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, men iru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.
e. M C. Geoch
Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan.
13 Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
1985), hal 14
14Agus Supriono, Cooperative Learning Teori Dan Apikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hal 2
f. William G. Morgan
Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.
Dari penjelasan beberapa ahli, pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh dari proses mendapatkan pengetahuan yang sebelumnya belum tau menjadi tau serta pengalaman individu itu sendiri dengan proses berinte raksi pada lingkungan.
2. Pengertian Hasil belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.15 Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :
¾ Informasi verbal yaitu kapabilitas men gungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
¾ Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep atau lambang.
¾ Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri.
15 Ibid hal 5
¾ Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
¾ Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terancana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S. Nasution, berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu p erubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang
belajar.16 Menurut Bloom, Untuk mengetahui hasil belajar dibedakan menjadi
tiga ranah yaitu sebagai beri kut:17
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, análisis, sÃntesis, dan evaluasi.
16 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagi Pengembang Profesi Guru, (Jakarta, PT Raja Grafindo Perseda : 2010), 276
17 Agus Supriono, Cooperative Learning Teori Dan Apikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hal 6-7
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Contoh hasil belajar afektif yaitu, kemauan untuk menerima pelajaran dari guru, perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan guru, bertanya, dan lain -lain.
c. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor yaitu hasil belajar keterampilan, dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), keterampilan gerakan-gerakan dasar, kemampuan perseptual (membedakan visual, auditif, dan motoris), kemampuan dibidang fisik (misalnya kekuatan, ketepatan), gerakan-gerakan skill, dan kemampuan yang berkenaan dengan gerakan ekspresif dan interpreatif.
Lindgren juga mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dilihat melalui kecakapan, informasi pengertian dan sikap. 18
Hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang dilakukan pada saat proses pembelajaran dan dapat dilihat dari nilai ulangan harian ( formatif), nilai ulangan tengah semester ( subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar siswa
18 Agus Suprijono, Kooperatif Learning Teori Dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta, pustaka pelajar : 2009), hal 6-7
adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh dari siswa dalam mata pelajaran PKn khususnya materi Organisasi Pemerintahan Tingkat Pusat.
Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab oleh siswa, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain yaitu faktor internal dan eksternal 19.
1. Faktor Internal
Belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku peserta didik, ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa adalah faktor yang berasal dari dalam atau pada diri individu masing -masing.
Secara spesifik faktor-faktor internal yang mempengaruhi aktifitas belajar adalah sebagai berikut :
a. Motivasi
Motivasi akan muncul dan berhasil apabila seseorang itu mau berusaha, mempunyai keinginan dan memperbaiki diri untuk belajar lebih baik.
b. Konsentrasi
Konsentrasi memusatkan perhatian terhadap belajar yang dicapai. Di dalam aktifitas belajar konsentrasi sangat diperlukan
19 Anissatul Mufarokah, M. Pd, strategi belajar mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009) hal 31
karena apabila seseorang itu tidak konsentrasi dengan apa yang dihadapinya maka belajar tidak maksimal. Oleh karena itu dengan konsentrasi aktivitas yang dilakukan akan memenuhi sasaran untuk mencapai tujuan belajar itu sendiri.
c. Reaksi
Dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagi wujud reaksi. Dengan adanya diri siswa maka proses belajar mengajar akan menjadi hidup, siswa tidak hanya duduk, diam, mendengarkan atau obyek dalam pembelajaran melainkan sebagi subyek dalam belajar.
2. Faktor eksternal
Selain faktor-faktor di atas juga terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor so sial :
a. Faktor Keluarga
Keluarga yang tidak kondusif bisa mengakibatkan siswa menjadi malas untuk belajar. Misalnya, cara orang tua mendisiplinkan atau mendidik anak dalam belajar, adanya hubungan antar anggota keluarga yang tidak baik, suasana rumah, keadaan ekonomi dalam rumah tangga, pengertian orang tua dan latar belakang belakang keluarga.
Faktor Sekolah
Kondisi sekolah yang kurang memadai juga berpengaruh buruk terhadap belajar siswa. misalnya metode dalam pembelajaran kurang, kurikulum pembelajaran, hubungan antara guru dengan siswa kurang, kedisiplinan, peralatan sekoalah kurang.
c. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseharian anak. Bentuk-bentuk masyarakat, media masa (tv, radio, bioskop) cara bergaul anak dengan masyarakat akan berpengaruh dalam belajar siswa.20
C. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning).
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan -pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah.21
20 Ibid hal 32
21Agus Supriono, Cooperative Learning Teori dan Apikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hal 55
D. Metode Make a Match
1. Pengertian Metode Make a Match
Metode make a match adalah metode pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode Make a Match adalah sebuah kartu. Kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban, demikian salah satu metode yang dikembangkan oleh Lorna Curran, pada tahun 1994.22
Gambar 2.1 Contoh make a match
2. Tujuan Metode Make a Match
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran sangat mempengaruhi dalam memilih metode pembelajaran. Setidaknya, ada tiga
22 Miftahul huda, M.Pd, cooperatif learning metode, teknik, struktur dan model penerapan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal 135
tujuan penerapan metode make a match, yaitu: (1) pendalaman materi (2)
menggali materi dan (3) untuk selingan. 23
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Make a Match.
Tidak ada metode pembelajaran terbaik yang cocok untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. suatu metode pembelajaran yang baik adalah sesuai untuk materi dan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh pengajar. Seperti halnya metode make a match yang mendalami materi dengan menggunakan kartu berisi pertanyaan dan jawaban sehingga membantu siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a) Kelebihan metode Make a Match
Adapun kelebihan dari metode make a match yaitu sebagai berikut:
1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.
2) Metode yang menyenangkan, karena terdapat permai nan dalam pembelajaran.
3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
4) Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
23 http://s4iful4min.blogspot.com/2011/02/metode-make-match-tujuan-persiapan-dan.html, 3
April 2012.
5) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.
6) Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu un tuk belajar.
b) Kekurangan metode make a match
Selain kelebihan, metode make a match juga mempunyai kelemahan sebagai berikut:
1) Kurangnya waktu dalam pembelajaran.
2) Jika tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang bingung dalam pembelajaran.
3) Hukuman yang digunakanan harus hati-hati dan bijaksana karena dapat membuat siswa malu.
4) Timbul rasa bosan apabila metode tersebut dalam pembelajaran dilakukan secara terus-menerus.
Dilihat dari kelebihan dan kelemahan di atas dapat disimpulkan bah wa metode make a match dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar serta melatih keberanian siswa dalam proses belajar mengajar. Tetapi apabila metode tersebut tidak dipersiapkan dengan baik maka pada saat pembelajaran akan banyak waktu yang terbuang dan apabila metode tersebut dilakukan secara terus menerus siswa akan timbul rasa bosan.
4. Tahap Penggunaan Metode Make a Match
Menurut Agus Suprjono, tahap penggunaan metode make a match
diterapkan dengan menggunakan langkah -langkah sebagai berikut:24
a. Guru membagi kelompok
Guru membagi komunitas kelas menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu yang berisikan pertanyaan. Kelompok kedua membawa kartu yang berisikan jawaban, sedangkan kelompok ketiga sebagai kelompok penilai atau panitia. Posisi kelompok membentuk huruf U, dimana kelompok pertama dan kelompok kedua sejajar dan saling berhadapan sedangkan kelompok ketiga berada diantara kelompok satu dan dua.
b. Membunyikan peluit
Guru membunyikan peluit agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak untuk bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi, hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara kelompok pembawa kartu jawaban.
c. Penilai
Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok ini kemudian
24 Agus Supriono, Cooperative Learning Teori Dan Apikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hal 94
membaca apakah pasangan pertanyaan -jawaban itu cocok. Setelah penilaian dilakukan diatur sedemikian rupa antara kelompok pertama dan kedua agar bersatu kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai.
d. Fasilitator
Guru bertugas memfasilitasi diskusi karena siswa belum mengetahui pasti apakah penilaian mereka benar atas pertanyaan - jawaban. Fasilitator ini dilaksanakan untuk memberikan kesempat an kepada seluruh peserta didik mengkonfirmasikan hal -hal yang mereka lakukan yaitu mematangkan pertanyaa -jawaban dan melaksanakan penilaian.
Berdasarkan uraian di atas adapun langkah -langkah yang dilakukan dalam penelitian secara singkat sebagai berikut :
1) Guru melakukan apresiasi sebelum melakukan pembelajaran
2) Guru memberikan penjelasan secara singkat yang berkaitan dengan materi yang dipelajari oleh siswa.
3) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban yang cocok dengan materi.
4) Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok. Kelompok 1 pembawa kartu jawaban kelompok 2 pembawa kartu pertanyaan dan kelompok 3 penilai.
5) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Setelah siswa mendapatkan pasangan kartu yang cocok, kartu tersebut diberikan kepada kelompok 3 atau kelompok penilai.
6) Guru melihat hasil pasangan kartu sambil menilai kerja sama. Kegiatan tersebut dilakukan sampai beberapa kelompok secara bergilir disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
7) Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan tugas rumah.
E. Materi Organisasi Pemerintahan Tingkat Pusat
Organisasi pemerintahan di tingkat pusat sangatlah penting untuk diketahui anak sejak dini. Agar anak lebih mengerti tentang lembaga apa saja yang berhubungan dalam pemerintahan. Pemerintahan adalah organ yang menjalankan fungsi pemerintah. Sistem pemerintahan adalah keseluruhan atau kebulatan yang utuh dari komponen-komponen pemerintahan yang terdiri dari lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. 25
Organisasi pemerintahan di tingkat pusat adalah lembaga -lembaga negara yang duduk dalam pemerintahan pusat yaitu presiden, wakil presiden dan para menteri.
Berikut adalah bagan susunan pemerintahan sebelum dan sesudah
Amandemen UUD 1945.
25 Sri wilujeng dyah, PKN Sekolah Dasar Kelas IV (Jakarta: Erlangga, 2006), 58
Bagan 2.I
Bagan 2.2
Gambar 2.1 di atas adalah gambar sekaligus nama yang pernah
menjabat sebagai presiden Indonesia. Berikut adalah presiden dan wakil presiden yang menjaban pada masa sekarang.
Gambar 2.2
a. Kekuasaan legislatif
Yaitu sebuah lembaga negara yang memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Yang terdiri dari dari DPR, MPR, dan DPD.
b. Kekuasaan eksekutif
Lembaga yang memegang kekuasaan pemerintahan. Yang terdiri dari presiden, wakil presiden, dan para menteri.
c. Kekuasaan sebagai kepala negara
Yaitu lembaga yang memegang kekuasaan dibidang kehakiman. Yang terdiri dari mahkamah agung (MA), mahkamah kontitusi (MK), komisi yudisial (KY).
2. Wakil Presiden
Wakil presiden adalah orang yang dipilih sebaga i pembantu presiden dalam masa jabatan.
Gambar 2.3 Wakil presiden
Dalam menjalankan tugasnya presiden dibantu oleh wakil presiden. Wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat yang sepasang dengan presiden melalui pemilu. Tugas wakil presiden sama beratnya dengan tugas presiden.
Jika presiden sewaktu-waktu meninggal dunia, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat menjalankan kewajibannya dalam masa jabatan yang telah ditentukan maka wakil presiden akan menggantikannya. Presiden dan wakil presiden harus dapat bekerjasama dengan baik. UUD 1945 tidak menentukan lebih lanjut tentang tugas wakil presiden. Pasal 4 ayat 2 UUD 1945 hanya menyebutkan bahwa tugas wakil presiden adalah membantu presiden dalam melaksanakan tugasnya.
3. Menteri
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya presiden juga dibantu oleh menteri-menteri negara yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Menteri-menteri tersebut diangkat, diberhentikan, dan bertanggung jawab kepada presiden. Sedangkan pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang. Presiden juga memiliki kewenangan untuk membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberi kan nasihat kepada presiden.
Bangsa Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial. Dalam kabinet presidensial, menteri dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu menteri koordinator, menteri departemen, dan menteri negara.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research) dengan penerapan metode make a match, yang dapat dijadikan cara untuk melakukan pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk kolaborasi, yang mana guru merupakan mitra kerja peneliti. Masing – masing memusatkan perhatiannya pada aspek –aspek penelitian tindakan kelas yang sesuai dengan keahliannya, guru sebagai praktisi pembelajaran, peneliti sebagai perancang dan pengamat yang kriti s.26
Dalam pelaksanaannya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan model Kemmis dan Taggart, yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu: (1) perencanaan ( planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting) atau evaluasi. Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Seperti pada gambar dibawah ini.
26 Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: CV Wacana Prima, 2007), 158.
peneliti sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan). Selanjutnya refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Hasil dari refleksi tersebut di susun rencana berikutnya. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasi l refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilak sanakan pada siklus berikutnya.
B. Setting Penelitian dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri ..........................., Waru -Sidoarjo. Tempat yang strategis yang mudah dijangkau untuk dilakukan penelitian dan pencarian data.
b. Waktu dan Lama Penelitian
Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan/tatap muka dan setiap pertemuan berlangsung 2X35 menit sesuai jadwal pelajaran di SD Darul Bungurasih, Waru-Sidoarjo. Penelitian dilakukan pada bulan Mei akhir sampai dengan bulan Juni semester genap tahun pelajaran 2012/2013.
Adapun jadwal pelaksanaan setiap siklus adalah sebagai berikut :
¾ Tanggal 14 Juni 2018 mata pelajaran PKn kelas IV siklus I
¾ Tanggal 19 Juni 2018 mata pelajaran PKn kelas IV siklus II
c. Siklus PTK
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan melalui dua siklus, untuk melihat penerapan metode make a match terhadap materi tentang organisasi tingkat pusat kelas IV dalam mengikuti pelajaran PKn. se tiap siklus dilaksanakan meliputi prosedur perencanaan ( planing), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflektion) atau evaluasi.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Siswa kelas IV SD Negeri ..........................., Waru-Sidoarjo. Yang berjumlah 22 siswa, yang terdiri dari 12 perempuan dan 10 laki-laki.
C. Variabel yang Diselidiki
Sehubungan dengan masalah yang telah dikemukakan, maka pada penelitian ini variabel penelitiannya dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
a. Variabel input : Siswa kelas IV SD Negeri ...........................
b. Variabel output : Hasil belajar siswa.
c. Variabel proses : Metode pembelajaran Make a Match.
D. Rencana Tindakan
Adapun rencana tindakan pada setiap siklus diuraikan sebagai berikut :
1) Siklus I
a. Tahap Perencanaan.
Dalam tahap perencanaan ini, peneliti telah mempersiapkan rencana tindakan yang dilakukan yaitu:
1. Membuat rencana pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan).
2. Membuat instrumen pembelajaran (RPP, lembar kerja siswa pre test dan post test).
b. Tahap Pelaksanaan.
Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti telah menyusun langkah -langkah kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi materi tentang organisasi tingkat pusat, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Guru meminta siswa membentuk kelompok sesuai dengan jenis kelamin. Dan terbentuk menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama pemegang soal pertanyaan, kelompok kedua pemegang jawaban, dan kelompok ketiga sebagai penilai dari hasil dari kelompok 1 dan 2.
3. Setiap kelompok satu dan dua mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
4. Siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
5. Siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan Susilo Bambang Yudhoyono dengan kartu yang bertuliskan soal “taukah kamu, siapakah yang memimpi kepala pemerintahan di Indonesia sekarang?”.
6. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya kepada kelompok penilai sebelum batas waktu diberi poin dan dorpres berupa buku dan pensil.
7. Apabila siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
8. Setelah satu babak selesai, kartu dikocok lagi dan kelompok satu, dua gabung menjadi satu pengganti dari kelompok tiga kelompok penilai sedangkan kelompok penilai dipecah menjadi dua untuk melakukan seperti kelompok 1 dan 2 yaitu pemegang kartu pertanyaan dan kartu jawaban.
c. Tahap Pengamatan.
Dalam tahap pengamatan ini, peneliti akan mengamati kegiatan pembelajaran yang sudah tersusun yaitu:
1. Situasi kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.
2. Aktifitas siswa selama proses pembelajaran.
3. Kemampuan siswa dalam menyampaikan ide, pendapat atau jawaban
4. Kemampuan siswa dalam berkomunikasi (berpendapat) dengan bahasa yang baik dan benar.
d. Tahap Refleksi.
Dalam tahap refleksi ini, adapun yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah:
1. Merefleksi proses pembelajaran yang telah terlaksana.
2. Mencatat kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran.
2) Siklus II
Apabila dalam siklus I hasil pembelajaran yang diberikan belum tercapai, maka dilakukan pengkolaborasian dengan guru untuk menindaklanjuti pembelajaran siklus II dan menutupi kekurangan pada siklus I dengan menerapkan langkah–langkah sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan.
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil belajar refleksi pada siklus pertama. Yang mana pada siklus pertama belum bisa teratasi dan pada siklus kedua guru dengan peneliti melakukan pemecahan permasalahan yang belum bisa teratasi pada siklus pertama. Misalnya dalam hal pembuatan RPP, menyiapkan bahan ajar, pengembangan program tindakan (action) siklus II.
2) Tahap Pelaksanaan.
Guru atau peneliti melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan) berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama.
3) Tahap Pengamatan.
Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktifitas pembelajaran metode kooperatif tipe Make a Match seperti pada siklus pertama.
4) Tahap Refleksi.
Peneliti dan guru melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua seperti pada siklus pertama, serta menganalisis untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran da lam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKN kelas IV SD Darul Ulum Bungurasih, Waru-Sidoarjo.
E. Data dan Cara Pengumpulannya
1. Analisis Data
Data adalah suatu hal yang diperoleh dilapangan ketika melakukan penelitian dan belum diolah. Data men urut jenisnya dibagi menjadi dua yaitu: data kualitatif dan data kuantitatif.
a. Data Kualitatif
Data yang disajikan dalam bentuk ferbal, bukan dalam bentuk angka. Dalam penelitian ini data kualitatif termasuk pelengkap,
dikarenakan penelitian ini termasuk pe nelitian kuantitatif. Yang termasuk data kualitatif adalah:
¾ Gambaran umum SD Negeri ........................... Waru-Sidoarjo.
¾ Pelaksanaan pembelajaran make a match di SD .............
b. Data Kuantitatif
Data yang terbentuk angka statistik. Data inilah yang menjadi data utama dalam penelitian ini. Yang termasuk data kuantitatif adalah:
¾ Administrasi pembelajaran koopera tif tipe make a match di SD Darul
Ulum Bungurasih Waru-Sidoarjo.
¾ Hasil belajar siswa di SD Negeri ........................... Waru -Sidoarjo.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pada pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan bantuan guru kelas sebagai kolaborasi dijadikan landasan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan prestasi hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran melalui metode make a match yang terkait dengan materi ajar sistem pemerintahan tingkat pusat mata pelajaran PKn kelas IV SD Negeri ........................... Waru-Sidoarjo. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut: Observasi dan Wawancara, tes dan dokum entasi.
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati kondisi, situasi, proses dan perilaku pada saat proses pembelajaran berlangsung, yaitu dari tahap awal sampai tahap akhir. Dalam hal observasi dipergunakan untuk mengetahui data tentang aktivitas siswa yang dilaksanakan oleh peneliti melalui lembar pengamatan aktifitas siswa.
Observasi juga dilakukan peneliti dalam hal ini mahasiswa untuk mengamati guru mata pelajaran selama pembelajaran berlangsung melalui lembar pengamatan guru.
b. Wawancara
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar dalam pembelajaran PKn selama ini, serta menemukan kesulitan apa saja yang dihadapi guru selama proses pembelajaran.
c. Tes
Pemberian tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. tes hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Peneliti membuat tes berupa tes tulis dalam bentuk objektif pilihan ganda pada siklus I dan siklus II yang diberikan kepada siswa setiap akhir siklus.
d. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Dan juga sebagai data penunjang
seperti halnya dokumentasi tentang profil SD Negeri ..........................., visi dan misi sekolah, sejarah sekolah, struktur organisasi sekolah.
3. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya sehingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.
Menurut Sudjana, bahwa untuk menghitung presentase menggunakan rumus sebagai berikut :27
P = f x 100%
N
Keterangan :
P = Prosentase yang akan dicari
f = Jumlah seluruh skor jawaban yang diperoleh
N = Jumlah item pengamatan dikalikan skor yang diperoleh siswa. Sedangkan rata – rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus : X = ∑x
N
27 Sudjana, Evaluasi Hasil Belajar (Bandung: Pustaka Martiana, 1988), 131.
Keterangan :
X = Rata – rata (mean)
∑x = Jumlah seluruh skor
N = Banyaknya subjek
Hasil penelitian yang telah diperoleh tersebut diklasifikasikan dalam bentuk penyekoran nilai siswa dengan menggunakan Kriteria Standar Penilaian SD Darul Ulum Bungurasi sebagai berikut :
90 – 100 : Sangat baik
70 – 89 : Baik
50 – 69 : Cukup
0 – 49 : Tidak baik28
F. Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melatih tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau memperba iki mutu PMB di kelas.29
Dalam hal ini yang digunakan untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan metode pembelajaran yaitu hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran yang dikembangkan.
40-41
28 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hal
29 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru,
(Jakarta, PT Raja Grafindo Perseda : 2010), hal 127
G. Tim Peneliti dan Tugasnya
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh peneliti dengan bantuan guru kelas yaitu Saraswati S.Pd. SD sebagai kolaborasi, dalam proses pembelajaran yang berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV terkait dengan materi pengajaran tentang organisasi t ingkat pusat, mata pelajaran PKn di SD Negeri ........................... melalui metode kooperatif tipe make a match.
Guru dan peneliti merupakan kesatuan tim yang bertugas untuk mengarahkan proses kegiatan pembelajaran agar berjalan efektif dan juga diharapkan dapat meningkatkan motifasi serta semangat belajar siswa untuk turut aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga akan dapat diketahui sejauh mana pemahaman siswa akan materi pembelajaran.
Peneliti di sini bertugas untuk melakukan penelitian terhadap kinerj a guru dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa, selain itu peneliti merupakan orang yang menyediakan perangkat pembelajaran (RPP), sedangkan guru bertugas untuk mempraktikkan apa yang sudah tertulis dalam RPP yang telah disediakan oleh peneliti. Selai n itu peneliti bersama guru bertugas melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa, sehingga nantinya peneliti dan guru dapat mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa, apakah sudah mengalami peningkatan atau tidak.
BAB IV SILAHKAN DOWNLOAD PADA LINK BERIKUT karena banyak sekali tabel-tabel dan grafik
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri ........................... UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan ........................... pada pembelajaran PKn belum mencapai ketuntasan. Hal ini dikarenakan metode pada pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan masih monoton.
2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe make a match menggunakan 6 langkah yaitu (1) penyiapan beberapa kartu pertanyaan dan jawaban (2) pembagian kelompok (3) guru menjelaskan cara kerja tiap kelompok. (4) pencarian pasangan kartu pertanyaan dan jawaban (5) penyerahan kepada kelompok penilai (6) pembagian kelompok ulang, agar kelompok penilai bisa merasakan seperti kelompok 1 dan 2 kelompok penilai dipecah menjadi dua sedangkan kelompok 1 dan kelompok dua gabung menjadi satu dan berperan menjadi kelompok penilai.
3. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri ........................... UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan ..........................., terhadap materi sistem organisasi tingkat pusat mata pelajaran PKn dengan menggunakan metode make a match. Hal ini dapat diketahui dari perbandingan sebelum menggunakan metode make a match nilai rata-rata 69,54. Setelah menggunakan metode make a match nilai rata- rata dapat dijelaskan sebagai berikut: nilai rata-rata kelas pada siklus I yaitu:
71,81 sedangkan nilai rata pada siklus II yaitu: 92,95. Untuk tingkat
ketuntasan pada siklus I 68,18% sedangkan pada siklus II 100%. Dengan demikian hasil penelitian di SD Negeri ........................... telah mencapai ketuntasan belajar.
B. Saran
Dengan terselesaikannya laporan penelitian ini, peneliti memberikan saran-saran berdasarkan hasil kesimpulan dan implikasi pada penelitian ini. Adapun saran yang dapat peneliti kemukakan adalah :
1. Bagi guru
¾ Guru hendaknya mampu menggunakan metode mengajar dengan baik yang memungkinkan berkembangnya potensi anak. Metode yang baik tidak saja menciptakan situasi kelas yang hidup, tetapi juga mempermudah siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
¾ Guru hendaknya mampu menjadi motivator sekaligus menjadi fasilitator bagi siswa-siswanya. Hal ini akan merangsang identifikasi pada diri siswa sehingga mempercepat pemahaman siswa dlam belajar.
2. Bagi Peneliti lain
Semoga dengan adanya skripsi ini, peneliti bisa mengambil hikmah dari isi penelitian ini. Dapat dijadikan sumber belajar atau pengalaman ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak, dan Ubaedillah. 2008. Civic Education, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.
Ali, Muhammad. 1985. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Amin, Zainul, Ittihad. 2010. Materi Pokok Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Universitas Terbuka.
Anas, Sudijono. 1994. Pengantar Statistik Pendidikan , Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Asrori, Mohammad,2007, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: CV Wacana Prima. Dyah, Sriwilujeng. 2006. PKN Sekolah Dasar kelas IV, Jakarta:Erlangga.
Hartono, Djoko. Metode Pembelajaran PAI, Surabaya: fak tarbiyah IAIN Sunan
Ampel
http://dodisupandiblog.blogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikan- kewarganegaraan.html
http://s4iful4min.blogspot.com/2011/02/metode-make-match-tujuan-persiapan- dan.html, 3 April 2012.
Huda, Miftahul, 2011, Cooperative Learning, Bandung: pustaka pelajar.
Kunandar, 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagi Pengembang
Profesi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda.
Mufarokah, Anissatul. 2009. Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta: Teras. Munandar, Utami, 1985, Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah,
Petunjuk para Guru dan Orang tua, Jakarta: Gramediaa Pustaka Utama. PERATURAN menteri pendidikan nasional No.22,Tahun 2006.
Sudjana,1988, Evaluasi Hasil Belajar, Bandung: Pustaka Martiana.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Apikasi PAIKEM,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surakhmad, Winarno. 2003. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Bandung: Tarsito.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda.
Tim Konsorsium7 PTAI. 2009. Bahan perkuliahan Pembelajaran PKN MI Surabaya: LAPIS PGMI.
Winarno, Surakhmad. 2003. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Bandung: Tarsito.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumberdaya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. 1
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantoro (1930 ) adalah tuntutan di dalam tumbuh dan berkembangnya anak -anak. Maksud pendidikan adalah menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak -anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.2
Sehingga pendidikan merupakan suatu proses belajar peserta didik dalam memperoleh ilmu pengetahuan maupun ilmu keagamaan agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat maupun u ntuk bekal masa hidupnya kelak. Dengan pendidikan memudahkan untuk kebutuhan berinteraksi/bersosialisasi dan dapat mewujudkan cita -cita anak bangsa yang diinginkan.
Pada hakikatnya, tujuan pendidikan ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya
1 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Perseda, 2003), 1
2 Aziz wahab, dkk, pendidikan pancasila dan kewarganegaran (Jakarta: Universitas Terbuka,
2005), hal 9.53
secara optimal sehingga dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya yang sesuai dengan kebutuhan pribadinya serta kebutuhan masyarakatnya. 3
Adanya tujuan pendidikan di atas, maka untuk mencapainya diperlukan salah satu jalan atau cara yang sering disebut den gan metode.4 Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mempermudah menyampaikan materi pelajaran melalui prosedur tertentu agar tujuan pembelajaran bisa tercapai dan dapat dimengerti oleh peserta didik.
Menurut Djoko Hartono, Secara harfiah metode barasal dari kata method yang berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum. Metode sama artinya dengan metodologi yaitu suatu penyelidikan yang sistematis dan formulasi metode-metode yang akan digunakan. Sedangkan menurut kamus bahasa Indonesia metode ad alah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 5
Pada dasarnya metode adalah suatu alat atau cara untuk mempermudah jalannya pembelajaran agar tujuan/sasaran pembelajaran yang diinginkan tercapai.
Dalam konteks pendidikan nasional, pendidikan kewarganegaraan dijadikan sebagai wadah dan instrumen untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu “berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
3 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah, Petunjuk para Guru dan Orang tua, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1985), hal 23
4 Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 2003), hal 97
5 Dr.Djoko Hartono, metode pembelajaran PAI, (Surabaya: fak tarbiyah IAIN Sunan Ampel),
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Di samping itu pendidikan kewarganegaraan berfungsi juga sebagai instrumen pelaksana pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. 6
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah menjadikan warga negara
yang cerdas dan baik serta mampu mendukung keberlangsungan bangsa dan negara. Upaya mewarganegarakan individu atau orang -orang yang hidup dalam suatu negara merupakan tugas pokok negara. Konsep warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizenship) tentunya amat tergantung dari pandangan hidup dan sistem politik negara yang bersangkutan.
Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang mempunyai komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hakikat Negara Kesatua n Republik Indonesia adalah negara kebangsaan moderen. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme yaitu pada tekat suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama
6 A.Ubaedillah dan Abdul Rozak, Civic Education, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2008),
dibawah satu negara yang sama, walaupun warga masyarakat tersebut berbeda - beda agama, ras, etika, atau golongannya. 7
Pendidikan kewarganegaraan menurut Depdiknas adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD NKRI 1945. Somantri, juga mengemukakan bahwa pendidikaan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
Realita dalam dunia pendidikan kita terjadi disparita s antara pencapian academic standard dan performance standard yaitu banyak peserta didik mampu menyajikan materi ajar yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Sebagaian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari guru kelas, peserta didik memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu dengan menggun akan pengajaran dan metode ceramah yang bisa membuat peserta didik menjadi bosan dan pembelajaran terlihat
7 http://dodisupandiblog.blogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan.html
monoton. Kegiatan pembelajaran yang menekankan berbagai pembelajaran adalah penggunaan pendekatan tertentu dalam pembelajaran, karena suatu pendekatan dalam pembelajaran pada hakikatnya merupakan cara yang teratur dan terpikir secara sempurna untuk mencapai pengajaran dan untuk memperoleh kemampuan dalam mengembangkan efektifitas belajar yang dilakukan guru dan peserta didik. Pendekatan ini merupakan p eran yang sangat penting untuk menentukan berhasil tidaknya pembelajaran yang diinginkan tercapai. Hasil pembelajaran adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek atau potensi kemanusiaan saja yang dilihat secara frakmentaris melaikan komprehensif.
Berdasarkan dari hasil data yang peneliti peroleh kepada guru mata pelajaran PKn kelas IV SD Negeri ........................... Kecamatan ........................... Kabupaten ..........................., kompetensi dasar dari materi tentang Organisasi Pemerintahan Tingkat Pusat, seperti Presiden, Wakil Presiden dan para Menteri. Terlihat bahwa siswa kelas IV mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil ulangan harian siswa yang sebelum dilakukan penelitian kurang memuaskan. Dari 22 siswa, hanya 10 siswa yang memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Maksimal, sedangkan 12 siswa lainnya masih dibawah standar Kriteria Ketuntasan Maksimal. Nilai standar Kriteria Ketuntasan Maksimal mata pelajaran PKn adalah 70.
Dari permasalahan di atas perlu adanya strategi baru dalam pembelajaran siswa secara aktif. Agar KKM mata pelajaran PKn pada materi
Organisasi Tingkat Pusat yang di inginkan tercapai peneliti merasa terdorong untuk mendiskripsikan proses dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang peneliti lakukan dengan target hasil belaja r siswa dengan menggunakan metode kooperatif tipe make a match.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengambil judul penelitian tindakan kelas ini, yaitu :
“Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKN Materi Sistem Organisasi Pemerintahan Tingkat Pusat Kelas IV SD Negeri ........................... Melalui Metode Make a Match”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat di simpulkan menjadi rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana hasil belajar siswa kelas IV pada pembelajaran PKN di SD ..........
b. Bagaimana cara penerapan metode Make a Match materi Organisasi
Pemerintahan Tingkat Pusat pada kelas IV SD Negeri ...........................?
c. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD ...........................
Bungurasih pada pembelajaran PKN melalui metode Make a Match?
C. Tindakan yang Dipilih
Tindakan yang diambil dalam Penelitian Tindakan Kelas yang berkolaborasi dengan guru kelas IV adalah memilih pengoptimalisasian penggunaan media pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri ............................
Dengan demikian, penggunaan media pembelajaran Make a Match akan membentuk ciri khusus dalam pembelajaran materi Organisasi Tingkat Pusat mata pelajaran PKn ini, dengan pembelajaran PAIKEM, saling menunjang gembira, belajar dengan semangat.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
a. Mengetahui hasil belajar siswa kelas IV pada pembelajaran PKN di SD Negeri ............................
b. Mengetahui cara penerapan metode Make a Match materi Organisasi
Pemerintahan Tingkat Pusat pada kelas IV SD Negeri ........................... .
c. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD ...........................
Bungurasih pada pembelajaran PKN melalui metode Make a Match?
E. Manfaat Penelitian
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian dengan metode Make a Match diharapkan hasil belajar siswa di kelas meningkat.
b. Bagi Guru
Apabila hasil penelitian dirasakan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan para guru agar dapat menerapkan metode Make a Match sebagai usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi Sekolah
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Bagi Peneliti
Dapat menjadi suatu pengalaman praktis yang berharga sebagai realisasi da ri teori-teori yang diperoleh.
e. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan reverensi untuk melakukan penelitian berikutnya.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari pembahasan yang melebar, maka peneliti memfokuskan masalah ini pada penggunaan metode Make a Match dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran PKN Kelas IV SD ............
G. Definisi Operasional
Judul penelitian tindakan kelas yang penulis angkat yaitu berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Materi Sistem Organisasi Pemerintahan Tingkat Pusat Kelas IV SD Negeri ........................... Melalui Metode Make a Match”.
Agar tidak terjadi salah arti dalam penulisan, perlu penulis menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut :
Peningkatan : Tolak ukur atau hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn.
Hasil belajar : Hasil belajar diperoleh dari nilai kognitif yang dilakukan pada setiap siklus yaitu siklus I dan siklus II.
PKN : Mata pelajaran yang mengarah pada materi tentang sistem organisasi tingkat pusat.
Make a Match : Metode yang digunakan untuk menyampaikan materi PKn dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) penyiapan beberapa kartu pertanyaan dan jawaban (2) pembagian kelompok (3) guru menjelaskan cara kerja tiap kelompok. (4) pencarian pasangan kartu pertanyaan dan jawaban (5) penyerahan kepada
kelompok penilai (6) pembagian kelompok ulang, agar kelompok penilai bisa merasakan seperti kelompok 1 dan 2 kelompok penilai dipecah menjadi dua sedangkan kelompok 1 dan kelompok dua gabung menjadi satu dan berperan menjadi kelompok penilai.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini penulis susun secara sistematik dari bab ke bab yang terdiri dari lima antara bab satu ke bab yang lainnya merupakan integritas atau kesatuan yang tidak terpisah serta memberikan gambaran secara lengkap dan jelas tentang penelitian dan hasil -hasilnya.
Adapun sistematika pembahasan selengkapnya sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tindakan Yang Dipilih, Tujuan Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II : Kajian teori meliputi: Hakikat Pembelajaran PKN, yaitu Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan, Tujuan PKN Tingkat SD/MI, Ruang Lingkup PKN Tingkat SD/MI. Hasil Belajar yaitu Pengertian Belajar, Pengertian Hasil Belajar. Pengertian Pembelajaran Kooperatif, Metode Make a Match yaitu meliputi Pengertian Metode Make a Match, Tujuan Metode Make a Match, Kelebihan dan Kekurangan Metode Make a Match,
Tahap Penggunaan Metode Make a Match. Materi Organisasi
Tingkat Pusat meliputi Presiden, Wakil Presiden dan Menteri.
BAB III : Prosedur Penelitian meliputi: Metode Penelitian, Setting Penelitian, Karakteristik Subjek Penelitian, Variabel Yang Diselidiki, Rencana Tindakan, dan Data Cara Peng umpulan.
BAB IV :Hasil Penelitian dan Pembahasan meliputi: Hasil Penelitian, Pembahasan , Siklus I dan Siklus II.
BAB V : Penutup meliputi: Simpulan dan Saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat pembelajaran PKN
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah civic education mempunyai banyak pengertian dan istilah. Henry Randall Waite (1886) sebagaimana dikutip oleh Ubaidillah merumuskan pengertian civics sebagai berikut : “The science of citizenship, the relation of man, the individual, to man in organized collections, the individual in his relation to the state” (ilmu pengetahuan kewarganegaraan, hubungan seseorang dengan orang lain dalam perkumpulan -perkumpulan yang terorganisir, hubungan seseorang individu dengan negara). Sedangkan Muhammad Numan Somatri, mengartikan civics adalah sebagai ilmu kewarganegaraan yang membicarakan hubungan antara manusia dengan perkumpulan-perkumpulan yang terorganisir (organisasi sosial, ekonomi, politik), dan hubungan individu-individu dengan negara.
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan
bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada
generasi baru, tentang kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak -hak masyarakat.8
Adapun yang mengemukakan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik yang diarahkan untuk menjadi patriot pembela bangsa dan negara (warga negara yang baik). Pasal yang berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan yaitu pasal 3 UUD
1945 yang berbunyi hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembedaan negara pasal 30 ayat 1 dan hak setia p warga negara untuk memperoleh pengajaran pasal 31 ayat 1. 9
2. Tujuan PKN Tingkat SD/MI
Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Kurikulum Nasional, Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ditingkat SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.10 a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti-korupsi.
8 Tim konsorsium 7 PTAI, Bahan Perkuliahan Pembelajaran PKN MI (Surabaya: LAPIS PGMI, 2009), hal, 1-10
9 Zainul Ittihad Amin, Materi Pokok Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta : Universitas
Terbuka, 2006) hal, 1.24
10 PERATURAN Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
3. Ruang Lingkup PKN Tingkat SD/MI
Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut11 :
a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tata tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraan, sistem hukum dan peradilan n asional.
11 Tim konsorsium 7 PTAI, Bahan Perkuliahan Pembelajaran PKN MI, (Surabaya: LAPIS PGMI,2009), hal 1-9
c. Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban masyarakat anggota masyarakat, instrumen nasional dan instrumen HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
d. Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong -royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasidiri, persamaan kedudukan warga negara
e. Konstitusi negara, meliputi: proklamaasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lin gkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan -perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.12
Menurut John Dewey, seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari
aliran behavioural approach, mengemukakan bahwa belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan
12 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1995), 2.
ersisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman ( learning is a change of behaviour as a result of experience).13
Beberapa pakar pendidikan juga mendefinisikan belajar sebagai berikut:14
a. Robert M. Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiyah.
b. Robert M.W Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. c. Lee J. Cronbach
Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman d. Harold Spears
Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, men iru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.
e. M C. Geoch
Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan.
13 Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
1985), hal 14
14Agus Supriono, Cooperative Learning Teori Dan Apikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hal 2
f. William G. Morgan
Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.
Dari penjelasan beberapa ahli, pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh dari proses mendapatkan pengetahuan yang sebelumnya belum tau menjadi tau serta pengalaman individu itu sendiri dengan proses berinte raksi pada lingkungan.
2. Pengertian Hasil belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.15 Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :
¾ Informasi verbal yaitu kapabilitas men gungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
¾ Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep atau lambang.
¾ Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri.
15 Ibid hal 5
¾ Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
¾ Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terancana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S. Nasution, berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu p erubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang
belajar.16 Menurut Bloom, Untuk mengetahui hasil belajar dibedakan menjadi
tiga ranah yaitu sebagai beri kut:17
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, análisis, sÃntesis, dan evaluasi.
16 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagi Pengembang Profesi Guru, (Jakarta, PT Raja Grafindo Perseda : 2010), 276
17 Agus Supriono, Cooperative Learning Teori Dan Apikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hal 6-7
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Contoh hasil belajar afektif yaitu, kemauan untuk menerima pelajaran dari guru, perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan guru, bertanya, dan lain -lain.
c. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor yaitu hasil belajar keterampilan, dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), keterampilan gerakan-gerakan dasar, kemampuan perseptual (membedakan visual, auditif, dan motoris), kemampuan dibidang fisik (misalnya kekuatan, ketepatan), gerakan-gerakan skill, dan kemampuan yang berkenaan dengan gerakan ekspresif dan interpreatif.
Lindgren juga mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dilihat melalui kecakapan, informasi pengertian dan sikap. 18
Hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang dilakukan pada saat proses pembelajaran dan dapat dilihat dari nilai ulangan harian ( formatif), nilai ulangan tengah semester ( subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar siswa
18 Agus Suprijono, Kooperatif Learning Teori Dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta, pustaka pelajar : 2009), hal 6-7
adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh dari siswa dalam mata pelajaran PKn khususnya materi Organisasi Pemerintahan Tingkat Pusat.
Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab oleh siswa, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain yaitu faktor internal dan eksternal 19.
1. Faktor Internal
Belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku peserta didik, ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa adalah faktor yang berasal dari dalam atau pada diri individu masing -masing.
Secara spesifik faktor-faktor internal yang mempengaruhi aktifitas belajar adalah sebagai berikut :
a. Motivasi
Motivasi akan muncul dan berhasil apabila seseorang itu mau berusaha, mempunyai keinginan dan memperbaiki diri untuk belajar lebih baik.
b. Konsentrasi
Konsentrasi memusatkan perhatian terhadap belajar yang dicapai. Di dalam aktifitas belajar konsentrasi sangat diperlukan
19 Anissatul Mufarokah, M. Pd, strategi belajar mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009) hal 31
karena apabila seseorang itu tidak konsentrasi dengan apa yang dihadapinya maka belajar tidak maksimal. Oleh karena itu dengan konsentrasi aktivitas yang dilakukan akan memenuhi sasaran untuk mencapai tujuan belajar itu sendiri.
c. Reaksi
Dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagi wujud reaksi. Dengan adanya diri siswa maka proses belajar mengajar akan menjadi hidup, siswa tidak hanya duduk, diam, mendengarkan atau obyek dalam pembelajaran melainkan sebagi subyek dalam belajar.
2. Faktor eksternal
Selain faktor-faktor di atas juga terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor so sial :
a. Faktor Keluarga
Keluarga yang tidak kondusif bisa mengakibatkan siswa menjadi malas untuk belajar. Misalnya, cara orang tua mendisiplinkan atau mendidik anak dalam belajar, adanya hubungan antar anggota keluarga yang tidak baik, suasana rumah, keadaan ekonomi dalam rumah tangga, pengertian orang tua dan latar belakang belakang keluarga.
Faktor Sekolah
Kondisi sekolah yang kurang memadai juga berpengaruh buruk terhadap belajar siswa. misalnya metode dalam pembelajaran kurang, kurikulum pembelajaran, hubungan antara guru dengan siswa kurang, kedisiplinan, peralatan sekoalah kurang.
c. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseharian anak. Bentuk-bentuk masyarakat, media masa (tv, radio, bioskop) cara bergaul anak dengan masyarakat akan berpengaruh dalam belajar siswa.20
C. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning).
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan -pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah.21
20 Ibid hal 32
21Agus Supriono, Cooperative Learning Teori dan Apikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hal 55
D. Metode Make a Match
1. Pengertian Metode Make a Match
Metode make a match adalah metode pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode Make a Match adalah sebuah kartu. Kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban, demikian salah satu metode yang dikembangkan oleh Lorna Curran, pada tahun 1994.22
Gambar 2.1 Contoh make a match
2. Tujuan Metode Make a Match
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran sangat mempengaruhi dalam memilih metode pembelajaran. Setidaknya, ada tiga
22 Miftahul huda, M.Pd, cooperatif learning metode, teknik, struktur dan model penerapan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal 135
tujuan penerapan metode make a match, yaitu: (1) pendalaman materi (2)
menggali materi dan (3) untuk selingan. 23
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Make a Match.
Tidak ada metode pembelajaran terbaik yang cocok untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. suatu metode pembelajaran yang baik adalah sesuai untuk materi dan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh pengajar. Seperti halnya metode make a match yang mendalami materi dengan menggunakan kartu berisi pertanyaan dan jawaban sehingga membantu siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a) Kelebihan metode Make a Match
Adapun kelebihan dari metode make a match yaitu sebagai berikut:
1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.
2) Metode yang menyenangkan, karena terdapat permai nan dalam pembelajaran.
3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
4) Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
23 http://s4iful4min.blogspot.com/2011/02/metode-make-match-tujuan-persiapan-dan.html, 3
April 2012.
5) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.
6) Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu un tuk belajar.
b) Kekurangan metode make a match
Selain kelebihan, metode make a match juga mempunyai kelemahan sebagai berikut:
1) Kurangnya waktu dalam pembelajaran.
2) Jika tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang bingung dalam pembelajaran.
3) Hukuman yang digunakanan harus hati-hati dan bijaksana karena dapat membuat siswa malu.
4) Timbul rasa bosan apabila metode tersebut dalam pembelajaran dilakukan secara terus-menerus.
Dilihat dari kelebihan dan kelemahan di atas dapat disimpulkan bah wa metode make a match dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar serta melatih keberanian siswa dalam proses belajar mengajar. Tetapi apabila metode tersebut tidak dipersiapkan dengan baik maka pada saat pembelajaran akan banyak waktu yang terbuang dan apabila metode tersebut dilakukan secara terus menerus siswa akan timbul rasa bosan.
4. Tahap Penggunaan Metode Make a Match
Menurut Agus Suprjono, tahap penggunaan metode make a match
diterapkan dengan menggunakan langkah -langkah sebagai berikut:24
a. Guru membagi kelompok
Guru membagi komunitas kelas menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu yang berisikan pertanyaan. Kelompok kedua membawa kartu yang berisikan jawaban, sedangkan kelompok ketiga sebagai kelompok penilai atau panitia. Posisi kelompok membentuk huruf U, dimana kelompok pertama dan kelompok kedua sejajar dan saling berhadapan sedangkan kelompok ketiga berada diantara kelompok satu dan dua.
b. Membunyikan peluit
Guru membunyikan peluit agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak untuk bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi, hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara kelompok pembawa kartu jawaban.
c. Penilai
Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok ini kemudian
24 Agus Supriono, Cooperative Learning Teori Dan Apikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hal 94
membaca apakah pasangan pertanyaan -jawaban itu cocok. Setelah penilaian dilakukan diatur sedemikian rupa antara kelompok pertama dan kedua agar bersatu kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai.
d. Fasilitator
Guru bertugas memfasilitasi diskusi karena siswa belum mengetahui pasti apakah penilaian mereka benar atas pertanyaan - jawaban. Fasilitator ini dilaksanakan untuk memberikan kesempat an kepada seluruh peserta didik mengkonfirmasikan hal -hal yang mereka lakukan yaitu mematangkan pertanyaa -jawaban dan melaksanakan penilaian.
Berdasarkan uraian di atas adapun langkah -langkah yang dilakukan dalam penelitian secara singkat sebagai berikut :
1) Guru melakukan apresiasi sebelum melakukan pembelajaran
2) Guru memberikan penjelasan secara singkat yang berkaitan dengan materi yang dipelajari oleh siswa.
3) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban yang cocok dengan materi.
4) Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok. Kelompok 1 pembawa kartu jawaban kelompok 2 pembawa kartu pertanyaan dan kelompok 3 penilai.
5) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Setelah siswa mendapatkan pasangan kartu yang cocok, kartu tersebut diberikan kepada kelompok 3 atau kelompok penilai.
6) Guru melihat hasil pasangan kartu sambil menilai kerja sama. Kegiatan tersebut dilakukan sampai beberapa kelompok secara bergilir disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
7) Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan tugas rumah.
E. Materi Organisasi Pemerintahan Tingkat Pusat
Organisasi pemerintahan di tingkat pusat sangatlah penting untuk diketahui anak sejak dini. Agar anak lebih mengerti tentang lembaga apa saja yang berhubungan dalam pemerintahan. Pemerintahan adalah organ yang menjalankan fungsi pemerintah. Sistem pemerintahan adalah keseluruhan atau kebulatan yang utuh dari komponen-komponen pemerintahan yang terdiri dari lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. 25
Organisasi pemerintahan di tingkat pusat adalah lembaga -lembaga negara yang duduk dalam pemerintahan pusat yaitu presiden, wakil presiden dan para menteri.
Berikut adalah bagan susunan pemerintahan sebelum dan sesudah
Amandemen UUD 1945.
25 Sri wilujeng dyah, PKN Sekolah Dasar Kelas IV (Jakarta: Erlangga, 2006), 58
Bagan 2.I
Bagan 2.2
Gambar 2.1 di atas adalah gambar sekaligus nama yang pernah
menjabat sebagai presiden Indonesia. Berikut adalah presiden dan wakil presiden yang menjaban pada masa sekarang.
Gambar 2.2
Presiden Republik Indonesia adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Republik Indonesia. Presiden dan wakil presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Pasangan calon presid en dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.
Calon seorang presiden dan wakil presiden harus warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara jasmani dan rohani untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai presiden dan wakil presiden. Sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan presiden memiliki kekuasaan antara lain :a. Kekuasaan legislatif
Yaitu sebuah lembaga negara yang memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Yang terdiri dari dari DPR, MPR, dan DPD.
b. Kekuasaan eksekutif
Lembaga yang memegang kekuasaan pemerintahan. Yang terdiri dari presiden, wakil presiden, dan para menteri.
c. Kekuasaan sebagai kepala negara
Yaitu lembaga yang memegang kekuasaan dibidang kehakiman. Yang terdiri dari mahkamah agung (MA), mahkamah kontitusi (MK), komisi yudisial (KY).
2. Wakil Presiden
Wakil presiden adalah orang yang dipilih sebaga i pembantu presiden dalam masa jabatan.
Gambar 2.3 Wakil presiden
Dalam menjalankan tugasnya presiden dibantu oleh wakil presiden. Wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat yang sepasang dengan presiden melalui pemilu. Tugas wakil presiden sama beratnya dengan tugas presiden.
Jika presiden sewaktu-waktu meninggal dunia, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat menjalankan kewajibannya dalam masa jabatan yang telah ditentukan maka wakil presiden akan menggantikannya. Presiden dan wakil presiden harus dapat bekerjasama dengan baik. UUD 1945 tidak menentukan lebih lanjut tentang tugas wakil presiden. Pasal 4 ayat 2 UUD 1945 hanya menyebutkan bahwa tugas wakil presiden adalah membantu presiden dalam melaksanakan tugasnya.
3. Menteri
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya presiden juga dibantu oleh menteri-menteri negara yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Menteri-menteri tersebut diangkat, diberhentikan, dan bertanggung jawab kepada presiden. Sedangkan pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang. Presiden juga memiliki kewenangan untuk membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberi kan nasihat kepada presiden.
Bangsa Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial. Dalam kabinet presidensial, menteri dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu menteri koordinator, menteri departemen, dan menteri negara.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research) dengan penerapan metode make a match, yang dapat dijadikan cara untuk melakukan pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk kolaborasi, yang mana guru merupakan mitra kerja peneliti. Masing – masing memusatkan perhatiannya pada aspek –aspek penelitian tindakan kelas yang sesuai dengan keahliannya, guru sebagai praktisi pembelajaran, peneliti sebagai perancang dan pengamat yang kriti s.26
Dalam pelaksanaannya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan model Kemmis dan Taggart, yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu: (1) perencanaan ( planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting) atau evaluasi. Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Seperti pada gambar dibawah ini.
26 Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: CV Wacana Prima, 2007), 158.
Gambar 3.1: Alur Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 3 di atas dapat dijelaskan bahwa rancangan/rencana awal, merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum mengadakan penelitian. Peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instumen penelitian dan perangkat pembelajaran. Kemudian pelaksanaan kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan olehpeneliti sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan). Selanjutnya refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Hasil dari refleksi tersebut di susun rencana berikutnya. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasi l refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilak sanakan pada siklus berikutnya.
B. Setting Penelitian dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri ..........................., Waru -Sidoarjo. Tempat yang strategis yang mudah dijangkau untuk dilakukan penelitian dan pencarian data.
b. Waktu dan Lama Penelitian
Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan/tatap muka dan setiap pertemuan berlangsung 2X35 menit sesuai jadwal pelajaran di SD Darul Bungurasih, Waru-Sidoarjo. Penelitian dilakukan pada bulan Mei akhir sampai dengan bulan Juni semester genap tahun pelajaran 2012/2013.
Adapun jadwal pelaksanaan setiap siklus adalah sebagai berikut :
¾ Tanggal 14 Juni 2018 mata pelajaran PKn kelas IV siklus I
¾ Tanggal 19 Juni 2018 mata pelajaran PKn kelas IV siklus II
c. Siklus PTK
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan melalui dua siklus, untuk melihat penerapan metode make a match terhadap materi tentang organisasi tingkat pusat kelas IV dalam mengikuti pelajaran PKn. se tiap siklus dilaksanakan meliputi prosedur perencanaan ( planing), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflektion) atau evaluasi.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Siswa kelas IV SD Negeri ..........................., Waru-Sidoarjo. Yang berjumlah 22 siswa, yang terdiri dari 12 perempuan dan 10 laki-laki.
C. Variabel yang Diselidiki
Sehubungan dengan masalah yang telah dikemukakan, maka pada penelitian ini variabel penelitiannya dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
a. Variabel input : Siswa kelas IV SD Negeri ...........................
b. Variabel output : Hasil belajar siswa.
c. Variabel proses : Metode pembelajaran Make a Match.
D. Rencana Tindakan
Adapun rencana tindakan pada setiap siklus diuraikan sebagai berikut :
1) Siklus I
a. Tahap Perencanaan.
Dalam tahap perencanaan ini, peneliti telah mempersiapkan rencana tindakan yang dilakukan yaitu:
1. Membuat rencana pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan).
2. Membuat instrumen pembelajaran (RPP, lembar kerja siswa pre test dan post test).
b. Tahap Pelaksanaan.
Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti telah menyusun langkah -langkah kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi materi tentang organisasi tingkat pusat, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Guru meminta siswa membentuk kelompok sesuai dengan jenis kelamin. Dan terbentuk menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama pemegang soal pertanyaan, kelompok kedua pemegang jawaban, dan kelompok ketiga sebagai penilai dari hasil dari kelompok 1 dan 2.
3. Setiap kelompok satu dan dua mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
4. Siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
5. Siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan Susilo Bambang Yudhoyono dengan kartu yang bertuliskan soal “taukah kamu, siapakah yang memimpi kepala pemerintahan di Indonesia sekarang?”.
6. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya kepada kelompok penilai sebelum batas waktu diberi poin dan dorpres berupa buku dan pensil.
7. Apabila siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
8. Setelah satu babak selesai, kartu dikocok lagi dan kelompok satu, dua gabung menjadi satu pengganti dari kelompok tiga kelompok penilai sedangkan kelompok penilai dipecah menjadi dua untuk melakukan seperti kelompok 1 dan 2 yaitu pemegang kartu pertanyaan dan kartu jawaban.
c. Tahap Pengamatan.
Dalam tahap pengamatan ini, peneliti akan mengamati kegiatan pembelajaran yang sudah tersusun yaitu:
1. Situasi kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.
2. Aktifitas siswa selama proses pembelajaran.
3. Kemampuan siswa dalam menyampaikan ide, pendapat atau jawaban
4. Kemampuan siswa dalam berkomunikasi (berpendapat) dengan bahasa yang baik dan benar.
d. Tahap Refleksi.
Dalam tahap refleksi ini, adapun yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah:
1. Merefleksi proses pembelajaran yang telah terlaksana.
2. Mencatat kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran.
2) Siklus II
Apabila dalam siklus I hasil pembelajaran yang diberikan belum tercapai, maka dilakukan pengkolaborasian dengan guru untuk menindaklanjuti pembelajaran siklus II dan menutupi kekurangan pada siklus I dengan menerapkan langkah–langkah sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan.
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil belajar refleksi pada siklus pertama. Yang mana pada siklus pertama belum bisa teratasi dan pada siklus kedua guru dengan peneliti melakukan pemecahan permasalahan yang belum bisa teratasi pada siklus pertama. Misalnya dalam hal pembuatan RPP, menyiapkan bahan ajar, pengembangan program tindakan (action) siklus II.
2) Tahap Pelaksanaan.
Guru atau peneliti melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan) berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama.
3) Tahap Pengamatan.
Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktifitas pembelajaran metode kooperatif tipe Make a Match seperti pada siklus pertama.
4) Tahap Refleksi.
Peneliti dan guru melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua seperti pada siklus pertama, serta menganalisis untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran da lam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKN kelas IV SD Darul Ulum Bungurasih, Waru-Sidoarjo.
E. Data dan Cara Pengumpulannya
1. Analisis Data
Data adalah suatu hal yang diperoleh dilapangan ketika melakukan penelitian dan belum diolah. Data men urut jenisnya dibagi menjadi dua yaitu: data kualitatif dan data kuantitatif.
a. Data Kualitatif
Data yang disajikan dalam bentuk ferbal, bukan dalam bentuk angka. Dalam penelitian ini data kualitatif termasuk pelengkap,
dikarenakan penelitian ini termasuk pe nelitian kuantitatif. Yang termasuk data kualitatif adalah:
¾ Gambaran umum SD Negeri ........................... Waru-Sidoarjo.
¾ Pelaksanaan pembelajaran make a match di SD .............
b. Data Kuantitatif
Data yang terbentuk angka statistik. Data inilah yang menjadi data utama dalam penelitian ini. Yang termasuk data kuantitatif adalah:
¾ Administrasi pembelajaran koopera tif tipe make a match di SD Darul
Ulum Bungurasih Waru-Sidoarjo.
¾ Hasil belajar siswa di SD Negeri ........................... Waru -Sidoarjo.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pada pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan bantuan guru kelas sebagai kolaborasi dijadikan landasan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan prestasi hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran melalui metode make a match yang terkait dengan materi ajar sistem pemerintahan tingkat pusat mata pelajaran PKn kelas IV SD Negeri ........................... Waru-Sidoarjo. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut: Observasi dan Wawancara, tes dan dokum entasi.
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati kondisi, situasi, proses dan perilaku pada saat proses pembelajaran berlangsung, yaitu dari tahap awal sampai tahap akhir. Dalam hal observasi dipergunakan untuk mengetahui data tentang aktivitas siswa yang dilaksanakan oleh peneliti melalui lembar pengamatan aktifitas siswa.
Observasi juga dilakukan peneliti dalam hal ini mahasiswa untuk mengamati guru mata pelajaran selama pembelajaran berlangsung melalui lembar pengamatan guru.
b. Wawancara
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar dalam pembelajaran PKn selama ini, serta menemukan kesulitan apa saja yang dihadapi guru selama proses pembelajaran.
c. Tes
Pemberian tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. tes hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Peneliti membuat tes berupa tes tulis dalam bentuk objektif pilihan ganda pada siklus I dan siklus II yang diberikan kepada siswa setiap akhir siklus.
d. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Dan juga sebagai data penunjang
seperti halnya dokumentasi tentang profil SD Negeri ..........................., visi dan misi sekolah, sejarah sekolah, struktur organisasi sekolah.
3. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya sehingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.
Menurut Sudjana, bahwa untuk menghitung presentase menggunakan rumus sebagai berikut :27
P = f x 100%
N
Keterangan :
P = Prosentase yang akan dicari
f = Jumlah seluruh skor jawaban yang diperoleh
N = Jumlah item pengamatan dikalikan skor yang diperoleh siswa. Sedangkan rata – rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus : X = ∑x
N
27 Sudjana, Evaluasi Hasil Belajar (Bandung: Pustaka Martiana, 1988), 131.
Keterangan :
X = Rata – rata (mean)
∑x = Jumlah seluruh skor
N = Banyaknya subjek
Hasil penelitian yang telah diperoleh tersebut diklasifikasikan dalam bentuk penyekoran nilai siswa dengan menggunakan Kriteria Standar Penilaian SD Darul Ulum Bungurasi sebagai berikut :
90 – 100 : Sangat baik
70 – 89 : Baik
50 – 69 : Cukup
0 – 49 : Tidak baik28
F. Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melatih tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau memperba iki mutu PMB di kelas.29
Dalam hal ini yang digunakan untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan metode pembelajaran yaitu hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran yang dikembangkan.
40-41
28 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hal
29 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru,
(Jakarta, PT Raja Grafindo Perseda : 2010), hal 127
G. Tim Peneliti dan Tugasnya
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh peneliti dengan bantuan guru kelas yaitu Saraswati S.Pd. SD sebagai kolaborasi, dalam proses pembelajaran yang berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV terkait dengan materi pengajaran tentang organisasi t ingkat pusat, mata pelajaran PKn di SD Negeri ........................... melalui metode kooperatif tipe make a match.
Guru dan peneliti merupakan kesatuan tim yang bertugas untuk mengarahkan proses kegiatan pembelajaran agar berjalan efektif dan juga diharapkan dapat meningkatkan motifasi serta semangat belajar siswa untuk turut aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga akan dapat diketahui sejauh mana pemahaman siswa akan materi pembelajaran.
Peneliti di sini bertugas untuk melakukan penelitian terhadap kinerj a guru dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa, selain itu peneliti merupakan orang yang menyediakan perangkat pembelajaran (RPP), sedangkan guru bertugas untuk mempraktikkan apa yang sudah tertulis dalam RPP yang telah disediakan oleh peneliti. Selai n itu peneliti bersama guru bertugas melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa, sehingga nantinya peneliti dan guru dapat mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa, apakah sudah mengalami peningkatan atau tidak.
BAB IV SILAHKAN DOWNLOAD PADA LINK BERIKUT karena banyak sekali tabel-tabel dan grafik
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri ........................... UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan ........................... pada pembelajaran PKn belum mencapai ketuntasan. Hal ini dikarenakan metode pada pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan masih monoton.
2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe make a match menggunakan 6 langkah yaitu (1) penyiapan beberapa kartu pertanyaan dan jawaban (2) pembagian kelompok (3) guru menjelaskan cara kerja tiap kelompok. (4) pencarian pasangan kartu pertanyaan dan jawaban (5) penyerahan kepada kelompok penilai (6) pembagian kelompok ulang, agar kelompok penilai bisa merasakan seperti kelompok 1 dan 2 kelompok penilai dipecah menjadi dua sedangkan kelompok 1 dan kelompok dua gabung menjadi satu dan berperan menjadi kelompok penilai.
3. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri ........................... UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan ..........................., terhadap materi sistem organisasi tingkat pusat mata pelajaran PKn dengan menggunakan metode make a match. Hal ini dapat diketahui dari perbandingan sebelum menggunakan metode make a match nilai rata-rata 69,54. Setelah menggunakan metode make a match nilai rata- rata dapat dijelaskan sebagai berikut: nilai rata-rata kelas pada siklus I yaitu:
71,81 sedangkan nilai rata pada siklus II yaitu: 92,95. Untuk tingkat
ketuntasan pada siklus I 68,18% sedangkan pada siklus II 100%. Dengan demikian hasil penelitian di SD Negeri ........................... telah mencapai ketuntasan belajar.
B. Saran
Dengan terselesaikannya laporan penelitian ini, peneliti memberikan saran-saran berdasarkan hasil kesimpulan dan implikasi pada penelitian ini. Adapun saran yang dapat peneliti kemukakan adalah :
1. Bagi guru
¾ Guru hendaknya mampu menggunakan metode mengajar dengan baik yang memungkinkan berkembangnya potensi anak. Metode yang baik tidak saja menciptakan situasi kelas yang hidup, tetapi juga mempermudah siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
¾ Guru hendaknya mampu menjadi motivator sekaligus menjadi fasilitator bagi siswa-siswanya. Hal ini akan merangsang identifikasi pada diri siswa sehingga mempercepat pemahaman siswa dlam belajar.
2. Bagi Peneliti lain
Semoga dengan adanya skripsi ini, peneliti bisa mengambil hikmah dari isi penelitian ini. Dapat dijadikan sumber belajar atau pengalaman ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak, dan Ubaedillah. 2008. Civic Education, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.
Ali, Muhammad. 1985. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Amin, Zainul, Ittihad. 2010. Materi Pokok Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Universitas Terbuka.
Anas, Sudijono. 1994. Pengantar Statistik Pendidikan , Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Asrori, Mohammad,2007, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: CV Wacana Prima. Dyah, Sriwilujeng. 2006. PKN Sekolah Dasar kelas IV, Jakarta:Erlangga.
Hartono, Djoko. Metode Pembelajaran PAI, Surabaya: fak tarbiyah IAIN Sunan
Ampel
http://dodisupandiblog.blogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikan- kewarganegaraan.html
http://s4iful4min.blogspot.com/2011/02/metode-make-match-tujuan-persiapan- dan.html, 3 April 2012.
Huda, Miftahul, 2011, Cooperative Learning, Bandung: pustaka pelajar.
Kunandar, 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagi Pengembang
Profesi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda.
Mufarokah, Anissatul. 2009. Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta: Teras. Munandar, Utami, 1985, Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah,
Petunjuk para Guru dan Orang tua, Jakarta: Gramediaa Pustaka Utama. PERATURAN menteri pendidikan nasional No.22,Tahun 2006.
Sudjana,1988, Evaluasi Hasil Belajar, Bandung: Pustaka Martiana.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Apikasi PAIKEM,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surakhmad, Winarno. 2003. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Bandung: Tarsito.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda.
Tim Konsorsium7 PTAI. 2009. Bahan perkuliahan Pembelajaran PKN MI Surabaya: LAPIS PGMI.
Winarno, Surakhmad. 2003. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Bandung: Tarsito.