PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN FISIK, MOTORIK SIBUAH HATI #PARENTING#
Pendahuluan
Pemahaman terhadap kondisi fisik anak sangat penting dalam Proses pembelajaran baik mental dan fisik, Intelektual, Emosional, Sosial, Moral , Kepribadian
Makna Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu proses bertambahnya ukuran mahluk hidup, mulai dari volume, tinggi, atau massa tubuhnya.
berkaitan dengan perubahan alamiah secara kuantitatif menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis Perkembangan Libert, Paulus, dan Strauss (Sunarto, 2002: 39)
Contoh pertumbuhan adalah pertumbuhan tinggi dan berat badan.
Makna Perkembangan Individu
Adapun perkembangan adalah suatu proses yang dilalui mahluk hidup dalam mencapai kedewasaan atau kesempurnaan secara fisiologis. contoh perkembangan misalnya manusia yang mulai dapat berbicara dan berjalan atau kematangan buah dan biji pada tumbuhan.
proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksinya dengan lingkungan mencerminkan perubahan psikologis Kematangan Makmun, 2009: 79
perubahan yang terjadi pada masa-masa tertentu yang merupakan titik kulminasi dari suatu fase pertumbuhan kesiapan awal dari suatu fungsi psikofisik untuk menjalankan fungsinya
Perkembangan Fisik
Periode pertumbuhan yang lambat dan relatif seragam.
Mengikuti pola yang dapat diramalkan walaupun terjadi beberapa perbedaan
1. Bentuk tubuh mempengaruhi tinggi dan berat badan
2. Anak ektomorfik (tubuhnya panjang dan langsing) diharapkan tidak seberat anak yang mesomorfik (memiliki tubuh berat)
3. Anak mesomorfik tumbuh lebih cepat daripada anak ektomorfik atau endomorfik, dan lebih cepat mencapai pubertas.
Faktor-faktor Keragaman Individual
1. Pembawaan (heredity) bersifat alamiah (nature)
2. Lingkungan (environmental) faktor diluar individu yang merupakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses perkembangan (nuture)
3. Waktu (time) saat tibanya kematangan (maturation)
Karakteristik Perkembangan Fisik
Sampai umur 6 tahun
- Badan bagian bawah lebih cepat dibanding bagian atas
- Anggota-anggota badan relatif masih pendek
- Kepala dan perut relatih masih besar
- Tinggi badan bertambah kurang lebih 5 sampai 6 %
- Berat badan bertambah kurang lebih 10 % setiap tahun
- Tinggi rata-rata 46 inci dan berat 22.5 kg 6 tahun
- Tinggi rata-rata 60 inci dan berat 42.5 kg 12 tahun
- Laki-laki lebih kuat dibandingkan perempuan
Faktor Mempengaruhi Perkembangan Fisik
- Kesehatan dan gizi
- Ketegangan emosional
- Kecerdasan
- Bentuk tubuh
- Jenis kelamin. ((Hurlock (2003:9))Identifikasi Perkembangan Fisik
Pengamatan
Kondisi dan kesehatan serta perilaku
Fokus pada 1 orang atau paling banyak tiga
Dapat dilakukan tanpa dirancang secara khusus dan pedoman
Dilakukan secara insidential
Wawancara peserta didik/orang tua
Tes lisan , tertulis dan tindakan
Angket
Studi dokumentasi
Bekerjasama dgn rekan sejawat, orang tua dan tenaga ahli
Buat catatan hasil identifikasi
Implementasi dalam Pembelajaran
Identifikasi keadaan fisik dan kesehatan peserta didik
Miliki data kondisi fisik dan kesehatan setiap peserta didik
Awal KBM: memperhatikan dan menanyakan kesehatan peserta didik
Selama KBM: tetap memperhatikan dan mengamati kondisi fisik peserta didik
Berikan bimbingan dan latihan
kelas rendah: keterampilan menulis
kelas tinggi: keseimbangan tumbuh
Berikan perhatian khusus bagi yg mengalami gangguan panca indera
Memiliki pemahaman empatik
Melibatkan anak-anak dalam kegiatan permainan
KEMAMPUAN INTELEKTUAL PESERTA DIDIK
Konsep Intelegensi
Kemampuan mental umum yang mendasari kemampuan untuk mengatasi kerumitan kognitif
Berkaitan dengan kemampuan untuk
pemecahan masalah
berpikir abstrak
keahlian dalam pembelajaran
Tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (General factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik (Spearman dalam, Sukmadinata,2007:257)
Potensi bawaan (potential ability) yang dikaitkan dengan keberhasilan peserta didik dalam bidang akademik di sekolah
Pengaruh Lingkungan terhadap Intelektual
Pengalaman sekolah mempengaruhi perkembangan inteligensi: (Wellman: 1945 dan Sunarto: 2002:107)
Anak-anak yang memiliki pengalaman pendidikan prasekolah sebelum memasuki SD , menunjukkan kemajuan yang lebih besar dalam rata-rata IQ mereka daripada anak-anak yang tidak mengikuti prasekolah
Eksperimen terhadap anak kembar identik yang dibesarkan di lingkungan keluarga dan sekolah yang berbeda ternyata IQ yang tadinya identik menunjukkan adanya perbedaan sekitar 15 butir (Woodworth dalam Makmun, 2006:62)
Semakin baik tinggi kualitas lingkungan rumah, cenderung semakin tinggi pula IQ anak (Ware, 1970 dan Sunarto, 2000:103
Tahapan Perkembangan Berpikir
Sensorimotor (0 – 2 tahun): aktivitas kognitif berpusat pada sensori (alat indra) dan gerak (motor)
Pre operasional (2 – 7 tahun): mampu menunjukkan aktivitas kognitif dalam menghadapi berbagai hal
Operasional konkrit (7 – 12 tahun): menguasai konsep konservasi untuk memanipulasi logis lainnya
Formal operasional: kemampuan untuk mengoperasikan kaedah-kaedah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat kongkreet
Pengelompokan Anak Berdasarkan Penyebaran IQ
(Intelelligence Questions atau IQ): satuan untuk menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang diperoleh melalui tes inteligensi.
Dikembangkan oleh Alfred Binet (psikolog Perancis) dan disempurnakan oleh Theodore Simon Tes Binet-Simon
Diperoleh dari hasil perbandingan antara umur mental dengan umur kalender
IQ = MA/CA X 100
MA = Mental age/ umur mental
CA = Chronological age/ umur kalender
Karakteristik Perkembangan Kognitif
Teori kognitif Piaget: usia SD umumnya berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret (7 – 11 tahun)
meliputi penggunaan operasi: memiliki penalaran logika yang bersifat konkrit
mampu menggolongkan namun belum mampu memecahkan masalah
operasi konkret: aktivitas mental yang dapat diputar balikan berkaitan dengan objek-objek nyata atau konkret
Peserta didik kelas tinggi (10 – 12 tahun) memiliki kemampuan yang semakin baik dalam menggunakan logika
Penerapan Teori Perkembangan Kognitif
Komunikasi
Gagasan peserta didik perlu dipahami
Membiarkan peserta didik untuk spontan berinteraksi dengan lingkungan
Identifikasi Kemampuan Intelektual
Tes psikologi: psikolog
Pengamatan secara teliti dan sistematik: guru
Analisis hasil ulangan dan tes
Analisis hasil karya
Wawancara
Bekerjasama dengan rekan sejawat
Implikasi terhadap Pembelajaran
1. Identifikasi kemampuan intelektual peserta didik
2. Pahami tingkat perkembangan kognitif peserta didik
3. Rancang pembelajaran sesuai dengan kecerdasan dan tingkat perkembangan berpikir peserta didik
4. Terima peserta didik apa adanya (acceptance)
5. Berikan kesempatan kepada semua peserta didik pengalaman keberhasilan dalam kegiatan belajar untuk pembentukan konsep diri yang positif dan memiliki sikap positif terhadap pelajaran
6. Perhatikan kemampuan peserta didik saat pembelajaran
KECERDASAN EMOSI DAN PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK
Perkembangan Emosi
a. Pengertian Emosi
suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa yang menyertai atau muncul sebelum/sesudah terjadinya perilaku (Makmun, 2009:114).
Dua hal yang dapat dilakukan dalam mengendalikan emosi:
bagaimana cara menangani rangsangan yang membangkitkan emosi, dan
bagaimana cara mengatasi reaksi yang biasanya menyertai emosi tersebut.
b. Karakteristik Emosi Peserta Didik Usia Sekolah Dasar (akhir masa kanak-kanak)
umumnya periode yang relatif tenang sampai datangnya masa puber.
Emosi yang umum: marah, takut, cemburu, ingin tahu,iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang.
Hubungan emosi dengan penyesuaian pribadi dan sosial
Emosi:
menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari
menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan
Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik
bentuk suatu komunikasi
mengganggu aktivitas mental
sumber penilaian diri dan sosial
mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan
mempengaruhi interaksi sosial.
memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah
mempengaruhi suasana psikologis
Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan (Hurlock, 1991:211)
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
perkembangan emosi dipengaruhi:
1. faktor kematangan
2. faktor belajar
3. tetapi faktor belajar lebih penting, karena belajar merupakan faktor yang lebih dapat dikendalikan (Hurlock,1991:213).
Kondisi-kondisi yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
1. Kondisi Kesehataan
2. Suasana rumah
3. Cara mendidik anak
4. Hubungan kurang harmonis dengan orangtua dan saudara kemarahan dan kecemburuan emosi ini akan cenderung menguasai kehidupan anak.
5. Hubungan dengan teman sebaya
6. Perlindungan berlebih orangtua rasa takut pada anak menjadi dominan
7. Aspirasi orangtua yang berlebihan dan tidak realistis canggung, malu, dan merasa bersalah tidak bisa memenuhi harapan orangtua.
8. Berikan bimbingan disertai pengertian: frustasi diperlukan sekali-kali mencegah kemarahan dan kebencian menjadi emosi yang dominan.
Pengendalian Emosi
Untuk penyesuaian sosial yang baik: emosi anak harus seimbang
Keseimbangan emosi yang ideal:
lebih didominasi oleh emosi yang menyenangkan bisa melawan emosi yang tidak menyenangkan.
diperoleh melalui pengendalian lingkungan dan membantu anak untuk mengembangkan toleransi terhadap emosi.
2. Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-kanak Akhir (6-12 tahun)
a. Peran Gang/Pang dalam Sosialisasi
Gang memiliki peran dalam meningkatkan sosialisasi pada masa kanak-kanak akhir, yaitu belajar :
- menjadi orang sportif
- - bertanggung jawab
- setia pada kelompok
- menyesuaikan terhadap standar kelompok
- bekerja sama
- menjadi orang dewasa yang mandiri
- berperilaku yang dapat diterima secara sosial
- bermain dan berolahraga
- menyertai mereka yang mendapat perlakuan salah.
b. Bentuk perilaku yang paling umum pada masa kanak-kanak akhir
- Rentan terhadap penerimaan sosial.
- Kepekaan yang berlebihan.
- Sikap sportif
- Tanggung jawab
- Diskriminasi sosial
- Prasangka
- Antagonisme jenis kelamin
- Mudah dipengaruhi dan tidak mudah dipengaruhi
- Wawasan sosial
c. Ciri-ciri Perilaku Yang Memiliki Keterampilan Sosial Tinggi
- Antusiasme dalam pembelajaran
- Ramah, hormat, sopan kepada guru dan teman-temannya
- Disiplin
- Tanggung jawab terhadap tugas
- Mampu bekerja sama
- Senang membantu teman-temannya yang memiliki kesulitan dalam pembelajaran
- Sering dinominasikan menjadi ketua kelompok
- Memiliki sikap terbuka dan bersahabat
- Pandai bergaul dan mendapat teman
- Cenderung periang
- Memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik
- Mandiri dan percaya diri
d. Ciri-ciri Perilaku Yang Memiliki Keterampilan Sosial Rendah
- Ciri-ciri Perilaku Peserta Didik yang Diabaikan (Neglected Children)
- Ciri-ciri Perilaku Peserta Didik yang Ditolak (Rejected Children)
3. Kecerdasan Emosi dan Keterampilan Sosial membentuk karakter
hasil penelitian: kecerdasan emosi dan keterampilan sosial lebih penting dari inteligensi (IQ) dalam mencapai keberhasilan hidup.
Kecerdasan emosi (EQ): anak bersemangat tinggi dalam belajar atau disukai oleh teman-temannya dalam kegiatan bermain membawa keberhasilan ketika memasuki dunia kerja atau berkeluarga
4. Identifikasi Kecerdasan Emosi dan Keterampilan Sosial Peserta Didik
a. Pengamatan
b. Wawancara
c. Bekerja sama dengan wali kelas
d. Informasi dari rekan guru dan teman-temannya
e. Menggunakan angket atau skala sikap
f. Untuk mengetahui hubungan sosial (peserta didik kelas tinggi) dapat melakukan sosiometri
g. Berkolaborasi dengan konselor pendidikan atau psikolog.
5. Implementasi dalam Pembelajaran
a. Pahami siapa yang menjadi peserta didiknya.
b. Identifikasi kecerdasan emosi atau kondisi emosi peserta didik pada saat PBM (terencana/ pedoman pengamatan atau insidental via catatan anekdot)
c. Sadari keragaman kecerdasan emosi peserta didik: a) tingkat kecerdasan emosi (tinggi, rendah), b) aspek-aspek sikap dan perilakunya
Sadari:
1) tidak semua memiliki kecerdasan emosi yang tinggi,
2) tidak semua peserta didik memiliki lingkungan keluarga yang harmonis
d. Ciptakan iklim belajar yang kondusif untuk mengembangkan kecerdasan emosional peserta didik.
e. Jadilah figur dan tunjukan sikap dan perilaku yang cerdas secara emosional.
f. Tampilkan sikap tanggungjawab terhadap tugas: mengajar, rajin, disiplin, memiliki motivasi yang tinggi untuk membantu peserta didik mencapai kematangan emosi.
6. Mengembangkan Kecerdasan Emosi Peserta Didik dalam Pembelajaran
Kecerdasan emosi dipengaruhi lingkungan, untuk meningkatkan, rancang pembelajaran dengan memasukan aspek kecerdasan emosi, jadi terintegrasi dalam pembelajaran.
a. Lakukan melalui pembiasaan dan disiplin yang disertai konsekuensi.
b. Guru membantu peserta didik untuk belajar mengekspresikan reaksi emosi yang bisa diterima secara sosial melalui katarsis fisik, menyalurkan energi emosi kepada kegiatan fisik
c. Bagi peserta didik yang mau berkomunikasi dengan guru dapat dilakukan katarsis
d. Di antara suasana hati yang ingin dijauhi orang dan yang paling sulit dikendalikan adalah amarah.
e. Mengatasi sikap siswa yang pesimis, mudah putus asa, dan kurang mampu menghadapi stress
f. Mengatasi peserta didik yang kurang memiliki motivasi belajar, malas belajar, kurang tekun, selalu ingin dibantu.
g. Bekerja sama dengan rekan guru khususnya guru agama untuk membantu meningkatkan kecerdasan emosi di luar KBM.
7. Mengembangkan Keterampilan Sosial dalam Pembelajaran
a. Anak belajar berperilaku sosial melalui proses imitasi dan identifikasi
b. Guru harus mampu mengidentifikasi keterampilan sosial peserta didik
c. Untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik guru dapat merancang pembelajaran yang memberi kesempatan kepada semua peserta didik aktif berpartisipasi dalam KBM
d. Memberikan informasi kepada peserta bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain.
e. bimbing anak yang diabaikan (neglected children)
f. Bimbing anak-anak populer untuk lebih menerima teman sebaya yang diabaikan atau ditolak.
g. Peserta didik yang ditolak: mengalami masalah penyesuaian diri yang serius dibanding peserta didik yang diabaikan membantu peserta didik yang ditolak untuk belajar mendengarkan temannya dengan penuh perhatian dan hangat, bukan mendominasinya.
h. membantu mengembangkan keterampilan sosial peserta didik yang rendah
berikan latihan keterampilan sosial untuk menjalin persahabatan, bekerja sama melalui kegiatan kelompok, atau dengan permainan dan diskusi (peserta didik kelas tinggi)
j. cermati hubungan antara peserta didik, karakteristik anak SD
k. Bekerja sama dengan orangtua: bimbing peserta didik dalam mengembangkan keterampilan sosial di rumah
l. Di luar PBM: berkolaborasi dengan rekan sejawat dan orangtua untuk membantu perkembangan keterampilan sosialnya optimal.
MORAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK
1. Perkembangan Moral
a. Moralitas Merupakan Hasil Belajar
Empat pokok utama dalam mempelajari sikap moral
a. Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya sebagaimana dicantumkan dalam hukum, kebiasaan dan peraturan.
b. Mengembangkan hati nurani atau suara hati merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting pada akhir masa kanak-kanak. Suara hati juga dikenal sebagai “cahaya dari dalam” atau super ego dan polisi internal yang mendorong anak untuk melakukan yang benar dan menghindari hukuman.
c. Belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila perilakunya tidak sesuai dengan harapan kelompok.
d. Mempunyai kesempatan berinteraksi sosial dengan anggota kelompok sosial. Interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan moral. (Hurlock, 2013: 75)
b. Pengertian
Tingkat Satu : Penalaran Prakonvensional
Teori perkembangan moral Kohlberg: tingkat yang paling rendah
Belum ada internalisasi nilai-nilai moral tetapi dikendalikan oleh hadiah dan hukuman eksternal.
Tingkat Dua : Penalaran Konvensional
individu memandang apa yang diharapkan keluarga, kelompok atau bangsa.
Setia dan mendukung aturan sosial bukan sekedar konformitas, melainkan berharga.
Tingkat Tiga : Penalaran Pascakonvensional
Teori perkembangan moral Kohlberg: tingkat tertinggi.
Terjadi internalisasi moral pada individu dan tidak didasarkan pada standar moral orang lain.
Seseorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan, kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.
c. Cara Mengidentifikasi Moral Peserta Didik
Informasi dari rekan guru terutama guru agama dan orangtua
Informasi dari teman-teman peserta didik yang bersangkutan
Angket atau inventori untuk mengungkap sikap dan perilaku moral (jika ada)
d. Cara Mengidentifikasi Moral Peserta Didik
e. Implikasi dalam Pembelajaran
2. Kecerdasan Spiritual
a. Tahap Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Masa anak sekolah (7-8 sampai 11-12 tahun), ditandai a.l:
b. Proses Perkembangan Kecerdasan Spiritual
Danah Zohar dan Ian Marshall: kecerdasan spiritual adalah kecerdasan tertinggi (the ultimate inteligence) paling berperan dalam kehidupan manusia.
Potensi kecerdasan spiritual bersifat dinamis, responsive terhadap pengaruh lingkungan sekitar, dalam perkembangannya akan terjadi interaksi (saling mempengaruhi) antara fitrah dan lingkungan sekitar sampai akhir hayatnya.
c. Cara Identifikasi Kecerdasan Spiritual Peserta Didik
Guru dapat mengidentifikasi kecerdasan spiritual peserta didik melalui:
Pengamatan,
Wawancara,
Bekerja sama dengan guru BK,
Informasi dari rekan guru terutama guru agama dan orangtua
Informasi dari teman-teman peserta didik yang bersangkutan
Menggunakan angket atau inventori untuk mengungkap kecerdasan spiritual peserta didik.
d. Mengidentifikasi Keterampilan Kecerdasan Spiritual Peserta Didik
Guru dapat membuat skala prioritas, mendahulukan peserta didik yang diduga memiliki kecerdasan spiritual yang rendah.
Yang paling mudah dilakukan oleh guru adalah dengan pengamatan.
Tentukan peserta didik mana saja yang akan diamati atau diobservasi
Melakukan penilaian dan analisis terhadap ciri-ciri perilaku peserta didik yang diamati
Untuk peserta didik yang diduga memiliki kecerdasan yang rendah, guru bisa berbicara secara pribadi dengan peserta didik, untuk memperdalam pemahaman mengenai perilakunya dan faktor penyebabnya.
Untuk mendapat gembaran umum kecerdasan spiritual seluruh peserta didik yang bapak/ibu ajar, bisa bekerja sama dengan guru Bk untuk melakukan inventori kecerdasan spiritual melalui angket.
e. Implikasi Kecerdasan Spiritual dalam Pembelajaran.
Saat pembelajaran:
kaitkan dengan Tuhan Yang Maha Pencipta mensyukuri nikmat Tuhan sehingga akanbertambah iman dan takwanya tampilkan perilaku religius atau kecerdasan spiritual dalam berinteraksi dengan peserta didik
f. Implikasi Kecerdasan Spiritual dalam Pembelajaran.
Keterampilan Motorik
kasar berjalan, berlari, melompat
halus menulis, menggambar, memotong
Fungsi Perkembangan Keterampilan Motorik
Sosial dan Pribadi Anak
Menghibur dirinya sendiri dan mendapatkan perasaan senang
Bergerak dari kondisi tidak berdaya menjadi independen percaya diri
Menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah
Bergaul/ bermain dengan teman sebaya
Sangat penting untuk perkembangan self-concept (konsep diri) atau kepribadian anak
Kategori Keterampilan
Akhir Masa Kanak-kanak
Keterampilan menolong diri sendiri
Keterampilan menolong orang lain
Keterampilan sekolah
Keterampilan bermain
Karakteristik Perkembangan Motorik
Usia 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan (visio motorik) sudah berkembang: membidik, menyepak, melempar dan menangkap.
Usia 7 tahun, tangan anak semakin kuat : menggunakan pensil daripada krayon untuk melukis.
Usia 8 – tahun, menggunakan tangan secara bebas, mudah dan tepat: anak dapat menulis dengan baik, ukuran huruf menjadi lebih kecil dan rata.
Usia 10 - 12 tahun, menampilkan keterampilan-keterampilan manipulatif menyerupai kemampuan-kemampuan orang dewasa
Pengaruh Perkembangan Fisik Terhadap Perilaku
Memandang dirinya sendiri dan orang lain
Konsep diri kesadaran terhadap bentuk tubuh
Negatif bisa berdampak buruk
Positif membantu anak agar selalu positif
POTENSI PESERTA DIDIK
A. Pengertian Potensi
Kemampuan yang masih terkandung dalam diri peserta didik herediter (pembawaan)
Modal dan batas-batas bagi perkembangan kecakapan nyata atau hasil belajar
Potensi dapat diwujudkan dalam bentuk prestasi hasil belajar atau kecakapan nyata
Potensi merupakan kecakapan yang masih tersembunyi atau yang masih terkandung dalam diri peserta didik
Guru harus mau dan mampu mengidentifikasi potensi peserta didik
Guru membantu mengembangkan potensi peserta didik secara optimal
B. Jenis-jenis Potensi
Fisik kondisi dan kesehatan tubuh
Psikologis kecerdasan atau inteligensi (intelligence) dan bakat (aptitude)
Kecerdasan umum kemampuannya untuk mengatasi kerumitan kognitif
Kecerdasan majemuk
Bahasa
Matematika
Visual
Kinestetis
Musik
Sosial
Intrapersonal
Naturalis
Eksistensial
C. Identifikasi Potensi
Pengamatan: membandingkan peserta didik
Analisis ulangan dan tes: bakat khusus dalam suatu mapel
Analisis hasil karya: cara bertindak dan hasil perbuatan
Wawancara: peserta didik dan orang tua
Bekerjasama dengan rekan guru: nilai rapor, sikap perilaku, hasil psikotes
D. Implementasi Pembelajaran untuk Potensi Kreatif
Menganggap peserta didik memiliki potensi kreativitas.
Bersikap demokratis, permisif, mendorong, menghindari kritik dan ejekan
Berikan kesempatan berpikir divergen dan lateral selain pola berpikir yang lain
Topik pembelajaran berkaitan dengan pembuatan karya kreatif dan inovatif
Memanfaatkan sarana yang tersedia untuk bereksperimen dan eksplorasi.
Berikan motivasi untuk membuat suatu karya kreatif dan inovatif.
Hargai setiap karya
E. Implementasi Pembelajaran untuk Pengembangan Potensi
Identifikasi potensi yang dilakukan saat KBM atau di luar KBM
Merancang pembelajaran sesuai keragaman potensi
Bersikap demokratis, hangat, bersahabat menimbulkan rasa senang dan rasa aman dll
Memberikan kesempatan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran dan mengamati respon peserta didik.
Membantu dan membimbing peserta didik yang memiliki potensinya kecerdasan umum yang rendah
Membantu dan membimbing peserta didik agar mencapai prestasi sesuai dengan potensinya,
Memberi tugas perhatikan keragaman potensi peserta didik.
Pendahuluan
Pemahaman terhadap kondisi fisik anak sangat penting dalam Proses pembelajaran baik mental dan fisik, Intelektual, Emosional, Sosial, Moral , Kepribadian
Makna Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu proses bertambahnya ukuran mahluk hidup, mulai dari volume, tinggi, atau massa tubuhnya.
berkaitan dengan perubahan alamiah secara kuantitatif menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis Perkembangan Libert, Paulus, dan Strauss (Sunarto, 2002: 39)
Contoh pertumbuhan adalah pertumbuhan tinggi dan berat badan.
Makna Perkembangan Individu
Adapun perkembangan adalah suatu proses yang dilalui mahluk hidup dalam mencapai kedewasaan atau kesempurnaan secara fisiologis. contoh perkembangan misalnya manusia yang mulai dapat berbicara dan berjalan atau kematangan buah dan biji pada tumbuhan.
proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksinya dengan lingkungan mencerminkan perubahan psikologis Kematangan Makmun, 2009: 79
perubahan yang terjadi pada masa-masa tertentu yang merupakan titik kulminasi dari suatu fase pertumbuhan kesiapan awal dari suatu fungsi psikofisik untuk menjalankan fungsinya
Perkembangan Fisik
Periode pertumbuhan yang lambat dan relatif seragam.
Mengikuti pola yang dapat diramalkan walaupun terjadi beberapa perbedaan
1. Bentuk tubuh mempengaruhi tinggi dan berat badan
2. Anak ektomorfik (tubuhnya panjang dan langsing) diharapkan tidak seberat anak yang mesomorfik (memiliki tubuh berat)
3. Anak mesomorfik tumbuh lebih cepat daripada anak ektomorfik atau endomorfik, dan lebih cepat mencapai pubertas.
Faktor-faktor Keragaman Individual
1. Pembawaan (heredity) bersifat alamiah (nature)
2. Lingkungan (environmental) faktor diluar individu yang merupakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses perkembangan (nuture)
3. Waktu (time) saat tibanya kematangan (maturation)
Karakteristik Perkembangan Fisik
Sampai umur 6 tahun
- Badan bagian bawah lebih cepat dibanding bagian atas
- Anggota-anggota badan relatif masih pendek
- Kepala dan perut relatih masih besar
- Tinggi badan bertambah kurang lebih 5 sampai 6 %
- Berat badan bertambah kurang lebih 10 % setiap tahun
- Tinggi rata-rata 46 inci dan berat 22.5 kg 6 tahun
- Tinggi rata-rata 60 inci dan berat 42.5 kg 12 tahun
- Laki-laki lebih kuat dibandingkan perempuan
Faktor Mempengaruhi Perkembangan Fisik
- Kesehatan dan gizi
- Ketegangan emosional
- Kecerdasan
- Bentuk tubuh
- Jenis kelamin. ((Hurlock (2003:9))Identifikasi Perkembangan Fisik
Pengamatan
Kondisi dan kesehatan serta perilaku
Fokus pada 1 orang atau paling banyak tiga
Dapat dilakukan tanpa dirancang secara khusus dan pedoman
Dilakukan secara insidential
Wawancara peserta didik/orang tua
Tes lisan , tertulis dan tindakan
Angket
Studi dokumentasi
Bekerjasama dgn rekan sejawat, orang tua dan tenaga ahli
Buat catatan hasil identifikasi
Implementasi dalam Pembelajaran
Identifikasi keadaan fisik dan kesehatan peserta didik
Miliki data kondisi fisik dan kesehatan setiap peserta didik
Awal KBM: memperhatikan dan menanyakan kesehatan peserta didik
Selama KBM: tetap memperhatikan dan mengamati kondisi fisik peserta didik
Berikan bimbingan dan latihan
kelas rendah: keterampilan menulis
kelas tinggi: keseimbangan tumbuh
Berikan perhatian khusus bagi yg mengalami gangguan panca indera
Memiliki pemahaman empatik
Melibatkan anak-anak dalam kegiatan permainan
KEMAMPUAN INTELEKTUAL PESERTA DIDIK
Konsep Intelegensi
Kemampuan mental umum yang mendasari kemampuan untuk mengatasi kerumitan kognitif
Berkaitan dengan kemampuan untuk
pemecahan masalah
berpikir abstrak
keahlian dalam pembelajaran
Tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (General factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik (Spearman dalam, Sukmadinata,2007:257)
Potensi bawaan (potential ability) yang dikaitkan dengan keberhasilan peserta didik dalam bidang akademik di sekolah
Pengaruh Lingkungan terhadap Intelektual
Pengalaman sekolah mempengaruhi perkembangan inteligensi: (Wellman: 1945 dan Sunarto: 2002:107)
Anak-anak yang memiliki pengalaman pendidikan prasekolah sebelum memasuki SD , menunjukkan kemajuan yang lebih besar dalam rata-rata IQ mereka daripada anak-anak yang tidak mengikuti prasekolah
Eksperimen terhadap anak kembar identik yang dibesarkan di lingkungan keluarga dan sekolah yang berbeda ternyata IQ yang tadinya identik menunjukkan adanya perbedaan sekitar 15 butir (Woodworth dalam Makmun, 2006:62)
Semakin baik tinggi kualitas lingkungan rumah, cenderung semakin tinggi pula IQ anak (Ware, 1970 dan Sunarto, 2000:103
Tahapan Perkembangan Berpikir
Sensorimotor (0 – 2 tahun): aktivitas kognitif berpusat pada sensori (alat indra) dan gerak (motor)
Pre operasional (2 – 7 tahun): mampu menunjukkan aktivitas kognitif dalam menghadapi berbagai hal
Operasional konkrit (7 – 12 tahun): menguasai konsep konservasi untuk memanipulasi logis lainnya
Formal operasional: kemampuan untuk mengoperasikan kaedah-kaedah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat kongkreet
Pengelompokan Anak Berdasarkan Penyebaran IQ
(Intelelligence Questions atau IQ): satuan untuk menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang diperoleh melalui tes inteligensi.
Dikembangkan oleh Alfred Binet (psikolog Perancis) dan disempurnakan oleh Theodore Simon Tes Binet-Simon
Diperoleh dari hasil perbandingan antara umur mental dengan umur kalender
IQ = MA/CA X 100
MA = Mental age/ umur mental
CA = Chronological age/ umur kalender
Karakteristik Perkembangan Kognitif
Teori kognitif Piaget: usia SD umumnya berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret (7 – 11 tahun)
meliputi penggunaan operasi: memiliki penalaran logika yang bersifat konkrit
mampu menggolongkan namun belum mampu memecahkan masalah
operasi konkret: aktivitas mental yang dapat diputar balikan berkaitan dengan objek-objek nyata atau konkret
Peserta didik kelas tinggi (10 – 12 tahun) memiliki kemampuan yang semakin baik dalam menggunakan logika
Penerapan Teori Perkembangan Kognitif
Komunikasi
Gagasan peserta didik perlu dipahami
Membiarkan peserta didik untuk spontan berinteraksi dengan lingkungan
Identifikasi Kemampuan Intelektual
Tes psikologi: psikolog
Pengamatan secara teliti dan sistematik: guru
Analisis hasil ulangan dan tes
Analisis hasil karya
Wawancara
Bekerjasama dengan rekan sejawat
Implikasi terhadap Pembelajaran
1. Identifikasi kemampuan intelektual peserta didik
2. Pahami tingkat perkembangan kognitif peserta didik
3. Rancang pembelajaran sesuai dengan kecerdasan dan tingkat perkembangan berpikir peserta didik
4. Terima peserta didik apa adanya (acceptance)
5. Berikan kesempatan kepada semua peserta didik pengalaman keberhasilan dalam kegiatan belajar untuk pembentukan konsep diri yang positif dan memiliki sikap positif terhadap pelajaran
6. Perhatikan kemampuan peserta didik saat pembelajaran
KECERDASAN EMOSI DAN PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK
Perkembangan Emosi
a. Pengertian Emosi
suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa yang menyertai atau muncul sebelum/sesudah terjadinya perilaku (Makmun, 2009:114).
Dua hal yang dapat dilakukan dalam mengendalikan emosi:
bagaimana cara menangani rangsangan yang membangkitkan emosi, dan
bagaimana cara mengatasi reaksi yang biasanya menyertai emosi tersebut.
b. Karakteristik Emosi Peserta Didik Usia Sekolah Dasar (akhir masa kanak-kanak)
umumnya periode yang relatif tenang sampai datangnya masa puber.
Emosi yang umum: marah, takut, cemburu, ingin tahu,iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang.
Hubungan emosi dengan penyesuaian pribadi dan sosial
Emosi:
menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari
menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan
Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik
bentuk suatu komunikasi
mengganggu aktivitas mental
sumber penilaian diri dan sosial
mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan
mempengaruhi interaksi sosial.
memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah
mempengaruhi suasana psikologis
Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan (Hurlock, 1991:211)
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
perkembangan emosi dipengaruhi:
1. faktor kematangan
2. faktor belajar
3. tetapi faktor belajar lebih penting, karena belajar merupakan faktor yang lebih dapat dikendalikan (Hurlock,1991:213).
Kondisi-kondisi yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
1. Kondisi Kesehataan
2. Suasana rumah
3. Cara mendidik anak
4. Hubungan kurang harmonis dengan orangtua dan saudara kemarahan dan kecemburuan emosi ini akan cenderung menguasai kehidupan anak.
5. Hubungan dengan teman sebaya
6. Perlindungan berlebih orangtua rasa takut pada anak menjadi dominan
7. Aspirasi orangtua yang berlebihan dan tidak realistis canggung, malu, dan merasa bersalah tidak bisa memenuhi harapan orangtua.
8. Berikan bimbingan disertai pengertian: frustasi diperlukan sekali-kali mencegah kemarahan dan kebencian menjadi emosi yang dominan.
Pengendalian Emosi
Untuk penyesuaian sosial yang baik: emosi anak harus seimbang
Keseimbangan emosi yang ideal:
lebih didominasi oleh emosi yang menyenangkan bisa melawan emosi yang tidak menyenangkan.
diperoleh melalui pengendalian lingkungan dan membantu anak untuk mengembangkan toleransi terhadap emosi.
2. Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-kanak Akhir (6-12 tahun)
a. Peran Gang/Pang dalam Sosialisasi
Gang memiliki peran dalam meningkatkan sosialisasi pada masa kanak-kanak akhir, yaitu belajar :
- menjadi orang sportif
- - bertanggung jawab
- setia pada kelompok
- menyesuaikan terhadap standar kelompok
- bekerja sama
- menjadi orang dewasa yang mandiri
- berperilaku yang dapat diterima secara sosial
- bermain dan berolahraga
- menyertai mereka yang mendapat perlakuan salah.
b. Bentuk perilaku yang paling umum pada masa kanak-kanak akhir
- Rentan terhadap penerimaan sosial.
- Kepekaan yang berlebihan.
- Sikap sportif
- Tanggung jawab
- Diskriminasi sosial
- Prasangka
- Antagonisme jenis kelamin
- Mudah dipengaruhi dan tidak mudah dipengaruhi
- Wawasan sosial
c. Ciri-ciri Perilaku Yang Memiliki Keterampilan Sosial Tinggi
- Antusiasme dalam pembelajaran
- Ramah, hormat, sopan kepada guru dan teman-temannya
- Disiplin
- Tanggung jawab terhadap tugas
- Mampu bekerja sama
- Senang membantu teman-temannya yang memiliki kesulitan dalam pembelajaran
- Sering dinominasikan menjadi ketua kelompok
- Memiliki sikap terbuka dan bersahabat
- Pandai bergaul dan mendapat teman
- Cenderung periang
- Memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik
- Mandiri dan percaya diri
d. Ciri-ciri Perilaku Yang Memiliki Keterampilan Sosial Rendah
- Ciri-ciri Perilaku Peserta Didik yang Diabaikan (Neglected Children)
- Ciri-ciri Perilaku Peserta Didik yang Ditolak (Rejected Children)
3. Kecerdasan Emosi dan Keterampilan Sosial membentuk karakter
hasil penelitian: kecerdasan emosi dan keterampilan sosial lebih penting dari inteligensi (IQ) dalam mencapai keberhasilan hidup.
Kecerdasan emosi (EQ): anak bersemangat tinggi dalam belajar atau disukai oleh teman-temannya dalam kegiatan bermain membawa keberhasilan ketika memasuki dunia kerja atau berkeluarga
4. Identifikasi Kecerdasan Emosi dan Keterampilan Sosial Peserta Didik
a. Pengamatan
b. Wawancara
c. Bekerja sama dengan wali kelas
d. Informasi dari rekan guru dan teman-temannya
e. Menggunakan angket atau skala sikap
f. Untuk mengetahui hubungan sosial (peserta didik kelas tinggi) dapat melakukan sosiometri
g. Berkolaborasi dengan konselor pendidikan atau psikolog.
5. Implementasi dalam Pembelajaran
a. Pahami siapa yang menjadi peserta didiknya.
b. Identifikasi kecerdasan emosi atau kondisi emosi peserta didik pada saat PBM (terencana/ pedoman pengamatan atau insidental via catatan anekdot)
c. Sadari keragaman kecerdasan emosi peserta didik: a) tingkat kecerdasan emosi (tinggi, rendah), b) aspek-aspek sikap dan perilakunya
Sadari:
1) tidak semua memiliki kecerdasan emosi yang tinggi,
2) tidak semua peserta didik memiliki lingkungan keluarga yang harmonis
d. Ciptakan iklim belajar yang kondusif untuk mengembangkan kecerdasan emosional peserta didik.
e. Jadilah figur dan tunjukan sikap dan perilaku yang cerdas secara emosional.
f. Tampilkan sikap tanggungjawab terhadap tugas: mengajar, rajin, disiplin, memiliki motivasi yang tinggi untuk membantu peserta didik mencapai kematangan emosi.
6. Mengembangkan Kecerdasan Emosi Peserta Didik dalam Pembelajaran
Kecerdasan emosi dipengaruhi lingkungan, untuk meningkatkan, rancang pembelajaran dengan memasukan aspek kecerdasan emosi, jadi terintegrasi dalam pembelajaran.
a. Lakukan melalui pembiasaan dan disiplin yang disertai konsekuensi.
b. Guru membantu peserta didik untuk belajar mengekspresikan reaksi emosi yang bisa diterima secara sosial melalui katarsis fisik, menyalurkan energi emosi kepada kegiatan fisik
c. Bagi peserta didik yang mau berkomunikasi dengan guru dapat dilakukan katarsis
d. Di antara suasana hati yang ingin dijauhi orang dan yang paling sulit dikendalikan adalah amarah.
e. Mengatasi sikap siswa yang pesimis, mudah putus asa, dan kurang mampu menghadapi stress
f. Mengatasi peserta didik yang kurang memiliki motivasi belajar, malas belajar, kurang tekun, selalu ingin dibantu.
g. Bekerja sama dengan rekan guru khususnya guru agama untuk membantu meningkatkan kecerdasan emosi di luar KBM.
7. Mengembangkan Keterampilan Sosial dalam Pembelajaran
a. Anak belajar berperilaku sosial melalui proses imitasi dan identifikasi
b. Guru harus mampu mengidentifikasi keterampilan sosial peserta didik
c. Untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik guru dapat merancang pembelajaran yang memberi kesempatan kepada semua peserta didik aktif berpartisipasi dalam KBM
d. Memberikan informasi kepada peserta bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain.
e. bimbing anak yang diabaikan (neglected children)
f. Bimbing anak-anak populer untuk lebih menerima teman sebaya yang diabaikan atau ditolak.
g. Peserta didik yang ditolak: mengalami masalah penyesuaian diri yang serius dibanding peserta didik yang diabaikan membantu peserta didik yang ditolak untuk belajar mendengarkan temannya dengan penuh perhatian dan hangat, bukan mendominasinya.
h. membantu mengembangkan keterampilan sosial peserta didik yang rendah
berikan latihan keterampilan sosial untuk menjalin persahabatan, bekerja sama melalui kegiatan kelompok, atau dengan permainan dan diskusi (peserta didik kelas tinggi)
j. cermati hubungan antara peserta didik, karakteristik anak SD
k. Bekerja sama dengan orangtua: bimbing peserta didik dalam mengembangkan keterampilan sosial di rumah
l. Di luar PBM: berkolaborasi dengan rekan sejawat dan orangtua untuk membantu perkembangan keterampilan sosialnya optimal.
MORAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK
1. Perkembangan Moral
a. Moralitas Merupakan Hasil Belajar
Empat pokok utama dalam mempelajari sikap moral
a. Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya sebagaimana dicantumkan dalam hukum, kebiasaan dan peraturan.
b. Mengembangkan hati nurani atau suara hati merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting pada akhir masa kanak-kanak. Suara hati juga dikenal sebagai “cahaya dari dalam” atau super ego dan polisi internal yang mendorong anak untuk melakukan yang benar dan menghindari hukuman.
c. Belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila perilakunya tidak sesuai dengan harapan kelompok.
d. Mempunyai kesempatan berinteraksi sosial dengan anggota kelompok sosial. Interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan moral. (Hurlock, 2013: 75)
b. Pengertian
Tingkat Satu : Penalaran Prakonvensional
Teori perkembangan moral Kohlberg: tingkat yang paling rendah
Belum ada internalisasi nilai-nilai moral tetapi dikendalikan oleh hadiah dan hukuman eksternal.
- Tahap 1. Orientasi hukuman dan ketaatan. penalaran moral didasarkan pada hukuman. anak taat karena menghindari hukuman, menaruh hormat karena melihat sifat yang memberi aturan
- Tahap 2. Orientasi ganjaran (the instrumental relativist orientat). penalaran moral didasarkan atas hadiah dan kepentingan sendiri. Anak taat karena akan mendapat hadiah, mendapat balasan budi.
Tingkat Dua : Penalaran Konvensional
individu memandang apa yang diharapkan keluarga, kelompok atau bangsa.
Setia dan mendukung aturan sosial bukan sekedar konformitas, melainkan berharga.
- Tahap 3. Norma-norma interpersonal. seseorang menghargai kebenaran, kepedulian dan kesetiaan kepada orang lain sebagai landasan pertimbangan moral. anak taat untuk menghindari rasa tidak setuju dari orang lain. anak sering mengambil standar moral orangtuanya untuk mengharapkan penghargaan sebagai anak yang baik.
- Tahap 4. Orientasi otoritas (authority and social order maintaining orientation). pertimbangan moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan dan kewajiban. Perilaku yang benar adalah melaksanakan tugas dan kewajiban, menghargai kewibawaan, dan mempertahankan peraturan yang berlaku.
Tingkat Tiga : Penalaran Pascakonvensional
Teori perkembangan moral Kohlberg: tingkat tertinggi.
Terjadi internalisasi moral pada individu dan tidak didasarkan pada standar moral orang lain.
Seseorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan, kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.
- Tahap 5 : Orientasi kontrak sosial. memahami bahwa nilai dan aturan bersifat relatif dan standar nilai dapat berbeda antar orang. Tindakan seseorang dibimbing oleh asas yang biasa disetujui sebagai hal yang penting bagi kesejahteraan umumasas yang dijunjung tinggi untuk mempertahankan penghargaan dari teman sebaya merupakan penghargaan diri. perbuatan baik: sesuai dengan peraturan yang berlaku
- Tahap 6 : Prinsip-prinsip etis universal. seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang bersifat universal. Tindakan dibimbing oleh asas-asas atas pilihan sendiri atau kata hati, asas-asas yang dijunjung tinggi untuk menghindari penyesalan diri.
c. Cara Mengidentifikasi Moral Peserta Didik
- Pengamatan: perilaku peserta didik pada saat PBM dengan menggunakan pedoman pengamatan.
- Wawancara: pada situasi tertentu jika diperlukan, kepada peserta didik tertentu, untuk memperdalam pemahaman sikap dan perilaku moralitas di rumah sikap orangtua terhadap peserta didik.
Informasi dari rekan guru terutama guru agama dan orangtua
Informasi dari teman-teman peserta didik yang bersangkutan
Angket atau inventori untuk mengungkap sikap dan perilaku moral (jika ada)
d. Cara Mengidentifikasi Moral Peserta Didik
- Buat skala prioritas: mendahulukan peserta didik yang diduga memiliki moral yang kurang baik.
- Lakukan pengamatan dan buatlah pedoman pengamatan berdasarkan ciri-ciri perilaku yang mencerminkan moral yang baik
- Tentukan peserta didik yang akan diamati atau diobservasi
- Lakukan penilaian dan analisis terhadap ciri-ciri perilaku peserta didik yang diamati
- Untuk peserta didik yang diduga memiliki kecerdasan yang rendah, guru bisa berbicara secara pribadi dengan peserta didik, untuk memperdalam pemahaman mengenai perilakunya dan faktor penyebabnya.
- Untuk mendapat gembaran umum kecerdasan spiritual seluruh peserta didik yang bapak/ibu ajar, bisa bekerja sama dengan rekan sejawat untuk melakukan inventori moral peserta didik
e. Implikasi dalam Pembelajaran
- Sadari bahwa guru merupakan unsur terpenting dari pendidikan
- Ciptakan iklim belajar yang kondusif bagi perkembangan moral
- Sadari tidak semua peserta didik memiliki moral yang baik, tidak semua peserta didik memiliki lingkungan keluarga yang menjunjung moral yang tinggi, dan memiliki hubungan yang harmonis dengan orangtuanya
- Moral dipengaruhi oleh lingkungan ciptakan lingkungan kondusif
- Berikan dorongan dan penghargaan kepada perilaku yang positif dan konsekuensi yang bersifat edukatif terhadap perilaku negatif.
- Bekerja sama dengan rekan sejawat khususnya guru agama untuk membantu meningkatkan akhlak mulia atau perilaku moral peserta didik di luar pembelajaran
- Bekerja sama dengan orangtua peserta didik untuk mengembangkan moral peserta didik.
2. Kecerdasan Spiritual
a. Tahap Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Masa anak sekolah (7-8 sampai 11-12 tahun), ditandai a.l:
- Sikap keagamaan bersifat reseptif tetapi disertai pengertian
- Pandangan dan paham ke-Tuhan-an diterangkan secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang bersumber pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari eksistensi dan keagungan-Nya;
- Penghayatan secara rohaniah makin mendalam, melaksanakan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.
b. Proses Perkembangan Kecerdasan Spiritual
Danah Zohar dan Ian Marshall: kecerdasan spiritual adalah kecerdasan tertinggi (the ultimate inteligence) paling berperan dalam kehidupan manusia.
Potensi kecerdasan spiritual bersifat dinamis, responsive terhadap pengaruh lingkungan sekitar, dalam perkembangannya akan terjadi interaksi (saling mempengaruhi) antara fitrah dan lingkungan sekitar sampai akhir hayatnya.
c. Cara Identifikasi Kecerdasan Spiritual Peserta Didik
Guru dapat mengidentifikasi kecerdasan spiritual peserta didik melalui:
Pengamatan,
Wawancara,
Bekerja sama dengan guru BK,
Informasi dari rekan guru terutama guru agama dan orangtua
Informasi dari teman-teman peserta didik yang bersangkutan
Menggunakan angket atau inventori untuk mengungkap kecerdasan spiritual peserta didik.
d. Mengidentifikasi Keterampilan Kecerdasan Spiritual Peserta Didik
Guru dapat membuat skala prioritas, mendahulukan peserta didik yang diduga memiliki kecerdasan spiritual yang rendah.
Yang paling mudah dilakukan oleh guru adalah dengan pengamatan.
Tentukan peserta didik mana saja yang akan diamati atau diobservasi
Melakukan penilaian dan analisis terhadap ciri-ciri perilaku peserta didik yang diamati
Untuk peserta didik yang diduga memiliki kecerdasan yang rendah, guru bisa berbicara secara pribadi dengan peserta didik, untuk memperdalam pemahaman mengenai perilakunya dan faktor penyebabnya.
Untuk mendapat gembaran umum kecerdasan spiritual seluruh peserta didik yang bapak/ibu ajar, bisa bekerja sama dengan guru Bk untuk melakukan inventori kecerdasan spiritual melalui angket.
e. Implikasi Kecerdasan Spiritual dalam Pembelajaran.
- Tunjukan kepribadian yang religius karena hal itu merupakan faktor penting dalam mengembangkan kecerdasan spiritual
Saat pembelajaran:
kaitkan dengan Tuhan Yang Maha Pencipta mensyukuri nikmat Tuhan sehingga akanbertambah iman dan takwanya tampilkan perilaku religius atau kecerdasan spiritual dalam berinteraksi dengan peserta didik
- Hadapi perilaku dan sikap peserta didik dengan lembut
- Berikan latihan dan pembiasaan yang disertai pengertian kepada peserta didik untuk saling mengasihi, menyayangi, saling membantu, jujur, iklas rendah hati, tidak mudah putus asa, tanggungjawab, taat terhadap aturan, mengasihi orang lain, menghargai hak dan milik orang lain, taat beribadah, dsb.
- Biasakan berdoa sebelum dan setelah pembelajaran
f. Implikasi Kecerdasan Spiritual dalam Pembelajaran.
- Biasakan berdoa sebelum dan setelah pembelajaran
- Libatkan peserta didik dalam kegiatan keagamaanberikan pengetahuan keagamaan dengan cara yang lebih konkrit dengan bahasa yang dipahami dan kurang bersifat dogmatik, serta sesuai dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
- Berikan dorongan dan penghargaan kepada perilaku yang positif dan konsekuensi yang bersifat edukatif terhadap peserta didik menampilkan perilaku negatif.
- Bekerja sama dengan rekan guru khususnya guru agama untuk membantu meningkatkan kecerdasan spiritual di luar pembelajaran.
- Bekerja sama dengan orangtua untuk mengembangkan kecerdasan spiritual peserta didik.
Keterampilan Motorik
kasar berjalan, berlari, melompat
halus menulis, menggambar, memotong
Fungsi Perkembangan Keterampilan Motorik
Sosial dan Pribadi Anak
Menghibur dirinya sendiri dan mendapatkan perasaan senang
Bergerak dari kondisi tidak berdaya menjadi independen percaya diri
Menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah
Bergaul/ bermain dengan teman sebaya
Sangat penting untuk perkembangan self-concept (konsep diri) atau kepribadian anak
Kategori Keterampilan
Akhir Masa Kanak-kanak
Keterampilan menolong diri sendiri
Keterampilan menolong orang lain
Keterampilan sekolah
Keterampilan bermain
Karakteristik Perkembangan Motorik
Usia 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan (visio motorik) sudah berkembang: membidik, menyepak, melempar dan menangkap.
Usia 7 tahun, tangan anak semakin kuat : menggunakan pensil daripada krayon untuk melukis.
Usia 8 – tahun, menggunakan tangan secara bebas, mudah dan tepat: anak dapat menulis dengan baik, ukuran huruf menjadi lebih kecil dan rata.
Usia 10 - 12 tahun, menampilkan keterampilan-keterampilan manipulatif menyerupai kemampuan-kemampuan orang dewasa
Pengaruh Perkembangan Fisik Terhadap Perilaku
Memandang dirinya sendiri dan orang lain
Konsep diri kesadaran terhadap bentuk tubuh
Negatif bisa berdampak buruk
Positif membantu anak agar selalu positif
POTENSI PESERTA DIDIK
A. Pengertian Potensi
Kemampuan yang masih terkandung dalam diri peserta didik herediter (pembawaan)
Modal dan batas-batas bagi perkembangan kecakapan nyata atau hasil belajar
Potensi dapat diwujudkan dalam bentuk prestasi hasil belajar atau kecakapan nyata
Potensi merupakan kecakapan yang masih tersembunyi atau yang masih terkandung dalam diri peserta didik
Guru harus mau dan mampu mengidentifikasi potensi peserta didik
Guru membantu mengembangkan potensi peserta didik secara optimal
B. Jenis-jenis Potensi
Fisik kondisi dan kesehatan tubuh
Psikologis kecerdasan atau inteligensi (intelligence) dan bakat (aptitude)
Kecerdasan umum kemampuannya untuk mengatasi kerumitan kognitif
Kecerdasan majemuk
Bahasa
Matematika
Visual
Kinestetis
Musik
Sosial
Intrapersonal
Naturalis
Eksistensial
C. Identifikasi Potensi
Pengamatan: membandingkan peserta didik
Analisis ulangan dan tes: bakat khusus dalam suatu mapel
Analisis hasil karya: cara bertindak dan hasil perbuatan
Wawancara: peserta didik dan orang tua
Bekerjasama dengan rekan guru: nilai rapor, sikap perilaku, hasil psikotes
D. Implementasi Pembelajaran untuk Potensi Kreatif
Menganggap peserta didik memiliki potensi kreativitas.
Bersikap demokratis, permisif, mendorong, menghindari kritik dan ejekan
Berikan kesempatan berpikir divergen dan lateral selain pola berpikir yang lain
Topik pembelajaran berkaitan dengan pembuatan karya kreatif dan inovatif
Memanfaatkan sarana yang tersedia untuk bereksperimen dan eksplorasi.
Berikan motivasi untuk membuat suatu karya kreatif dan inovatif.
Hargai setiap karya
E. Implementasi Pembelajaran untuk Pengembangan Potensi
Identifikasi potensi yang dilakukan saat KBM atau di luar KBM
Merancang pembelajaran sesuai keragaman potensi
Bersikap demokratis, hangat, bersahabat menimbulkan rasa senang dan rasa aman dll
Memberikan kesempatan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran dan mengamati respon peserta didik.
Membantu dan membimbing peserta didik yang memiliki potensinya kecerdasan umum yang rendah
Membantu dan membimbing peserta didik agar mencapai prestasi sesuai dengan potensinya,
Memberi tugas perhatikan keragaman potensi peserta didik.