Pedoman Penyusunan Kisi-Kisi & Butir Soal

Pedoman Penyusunan Kisi-Kisi & Butir Soal

Contents [Show Up]
Pedoman Penyusunan Kisi-Kisi & Butir Soal
Membuat soal tidak asal membuat soal. Membuat soal penilaian baik soal berkaitan dengan aspek afektif, kognitif,  maupun psikomotor harus menggunakan dan memahami prinsip-prinsip pembuatan soal yang benar, sehingga soal tersebut berkualitas dan benar-benar dapat mengukur indikator yang akan dicapai.

Anda bisa pelajari dan pahami pedoman penyusunan kisi-kisi dan butir soal ini, jika anda ingin menjadi pembuat soal yang berkualitas .
I. Penilaian  Perilaku
Dalam menentukan perilaku yang akan diukur, penulis soal hendaknya memperhatikan jenis perilaku yang telah dikembangkan oleh para ahli pendidikan, di antaranya seperti Benjamin S. Bloom, Quellmalz, R.J. Mazano dkk, Robert M. Gagne, David Krathwohl, Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay, Linn dan Gronlund.
Pedoman Penyusunan Kisi-Kisi & Butir Soal
1. Ranah kognitif yang dikembangkan Benjamin S. Bloom adalah:
(1) INGATAN di antaranya seperti:
menyebutkan, menentukan, menunjukkan, mengingat kembali, mendefinisikan;
(2) PEMAHAMAN di antaranya seperti:
membedakan, mengubah, memberi contoh, memperkirakan, mengambil kesimpulan;
(3) PENERAPAN di antaranya seperti:
menggunakan, menerapkan;
(4) ANALISIS di antaranya seperti: 
membandingkan, mengklasifikasikan, mengkategorikan, menganalisis;
(5) SINTESIS antaranya seperti:
menghubungkan, mengembangkan, mengorganisasikan, menyusun;
(6) EVALUASI di antaranya seperti:
menafsirkan, menilai, memutuskan.

(Keterampilan berpikir yang dikembangkan Linn dan Gronlund adalah seperti berikut.
a. Membandingkan
- Apa persamaan dan perbedaan antara ... dan...
- Bandingkan dua cara berikut tentang ....
b. Hubungan sebab-akibat
- Apa penyebab utama ...
- Apa akibat …
c. Memberi alasan (justifying)
- Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?
- Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyataan tentang ....
d. Meringkas
- Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ...
- Ringkaslah dengan tepat isi …
e. Menyimpulkan
- Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal dari data ....
- Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa berikut ....
f. Berpendapat (inferring)
- Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila
- Apa reaksi A terhadap …
g. Mengelompokkan
- Kelompokkan hal berikut berdasarkan ....
- Apakah hal berikut memiliki ...
h. Menciptakan
- Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang ....
- Lengkapilah cerita ... tentang apa yang akan terjadi bila ....
i. Menerapkan
-  Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah ....
-  Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman....


j. Analisis
-  Manakah penulisan yang salah pada paragraf ....
-  Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama ....
k. Sintesis
-  Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ...
-  Tuliskan sebuah laporan ...
l. Evaluasi
-  Apakah kelebihan dan kelemahan ....
-  Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah evaluasi tentang... )

2. Jenis perilaku yang dikembangkan Quellmalz adalah:
(1) ingatan,
(2) analisis,
(3) perbandingan,
(4) penyimpulan,
(5) evaluasi.

3. Jenis perilaku yang dikembangkan R. J. Mazano dkk. adalah:
(1) keterampilan memusat (focusing skills),
seperti: mendefinisikan, merumuskan tujuan,
(2) keterampilan mengumpulkan informasi,
      seperti:mengamati, merumuskan pertanyaan,
(3)  keterampilan mengingat,
seperti: merekam, mengingat,
(4)  keterampilan mengorganisasi,
seperti: membandingkan, mengelompokkan,  menata/mengurutkan, menyajikan;
(5)  keterampilan menganalisis,
  seperti:mengenali sifat dari komponen, hubungan dan pola, ide pokok, kesalahan;
(6)  keterampilan menghasilkan keterampilan baru,
      seperti: menyimpulkan, memprediksi, mengupas atau mengurai;
(7)  keterampilan memadu (integreting skills),
      seperti: meringkas, menyusun kembali;
(8)  keterampilan menilai,
seperti: menetapkan kriteria, membenarkan pembuktian.

4. Jenis perilaku yang dikembangkan Robert M. Gagne adalah:
(1) kemampuan intelektual:
diskriminasi,identifikasi/konsep yang nyata, klasifikasi, demonstrasi,
generalisasi/menghasilkan sesuatu;
(2) strategi kognitif:
menghasilkan suatu pemecahan;
(3) informasi verbal:
   menyatakan sesuatu secara oral; 
(4) keterampilan motorist:
melaksanakan/menjalankan sesuatu;
(5) sikap:
kemampuan untuk memilih sesuatu.




5. DOMAIN AFEKTIF yang dikembangkan David Krathwohl adalah:
(1) menerima,
(2) menjawab,
(3) menilai.

6. DOMAIN PSIKOMOTOR yang dikembangkan Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay adalah:
(1) persepsi,
(2) kesiapan,
(3) respon terpimpin,
(4) mekanisme;
(5) respon yang kompleks,
(6) organisasi,
(7) karakterisasi dari nilai.


II. Penentuan Perilaku yang Akan Diukur
Setelah kegiatan penentuan materi yang akan ditanyakan selesai dikerjakan, maka kegiatan berikutnya adalah menentukan secara tepat perilaku yang akan diukur.
Perilaku yang akan diukur, pada Kurikulum tergantung pada tuntutan kompetensi, baik standar kompetensi maupun kompetensi dasarnya. Setiap kompetensi di dalam kurikulum memiliki tingkat keluasan dan kedalaman kemampuan yang berbeda. Semakin tinggi kemampuan/perilaku yang diukur sesuai dengan target kompetensi, maka semakin sulit soal dan semakin sulit pula menyusunnya. Dalam Standar Isi, perilaku yang akan diukur dapat dilihat pada "perilaku yang terdapat pada rumusan kompetensi dasar atau pada standar kompetensi".
Bila ingin mengukur perilaku yang lebih tinggi, guru dapat mendaftar terlebih dahulu semua perilaku yang dapat diukur, mulai dari perilaku yang sangat sederhana/mudah sampai dengan perilaku yang paling sulit/tinggi, berdasarkan rumusan kompetensinya (baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar).
Dari susunan perilaku itu, dipilih satu perilaku yang tepat diujikan kepada peserta didik, yaitu perilaku yang sesuai dengan kemampuan peserta didik di kelas.

III. Penentuan dan Penyebaran Soal
Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penilaian akhir semester berikut ini.

Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini.
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.

IV. Perumusan Indikator Soal
Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas.
-  Syarat indikator yang baik:
1.  menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat,
2. menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih
kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan,
3. dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda). 

- Syarat penulisan indikator yang lengkap mencakup
A = audience (peserta didik) ,
B = behaviour (perilaku yang harus ditampilkan),
C = condition (kondisi yang diberikan), dan
D = degree (tingkatan yang diharapkan).

Ada dua model penulisan indikator:
- Model I Menempatkan kondisinya di awal kalimat.
Model pertama ini digunakan untuk soal yang disertai dengan dasar pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragraf, gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya.
- Model II Menempatkan peserta didik dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat.
Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan dasar pertanyaan
(stimulus).

Contoh model I
Soal menyimak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Indikator:
Diperdengarkan sebuah pernyataan pendek dengan topik "belajar mandiri", peserta didik dapat menentukan dengan tepat pernyataan yang sama artinya.
Soal :
(Soal dibacakan atau diperdengarkan hanya satu kali, kemudian peserta didik memilih dengan tepat satu pernyataan yang sama artinya. Soal adalah: "Hari harus masuk kelas pukul 7.00., tetapi dia datang pukul 8.00 pagi hari.")
Lembar tes berisi pilihan seperti berikut:
a. Hari masuk kelas tepat waktu pagi ini.
b. Hari masuk kelas terlambat dua jam pagi ini
c. Hari masuk Kelas terlambat siang hari ini,
d. Hari masuk Kelas terlambat satu jam hari ini
Kunci: d

Contoh model II
Indikator:
Peserta didik dapat menentukan dengan tepat penulisan tanda baca pada nilai uang.
Soal:
Penulisan nilai uang yang benar adalah ....
a. Rp 125,-
b. RP 125,00
c. Rp125
d. Rp125.
Kunci: b

V. Langkah-langkah Penyusunan Butir Soal
Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan/ujian yang sahih dan
handal, maka harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu:

(1) menentukan tujuan tes,
(2) menentukan kompetensi yang akan diujikan,
(3) menentukan materi yang diujikan,
(4) menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk
penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian; dan tes praktik),
(5) menyusun kisi-kisinya,
(6) menulis butir soal,
(7) memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif,
(8) merakit soal menjadi perangkat tes,
(9) menyusun pedoman penskorannya
(10) uji coba butir soal,
(11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik hasil uji coba, dan
(12) perbaikan soal berdasarkan hasil analisis.

VI. Penyusunan Butir Soal Tes Tertulis
Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam penyiapan bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk obyektif dan kaidah penulisan soal uraian.

Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama lain.

Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan/perilaku secara objektif. Kelemahan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah sulit menyusun pengecohnya.
Soal uraian di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat sendiri. Kelemahan soal uraian di antaranya adalah sulit menyusun pedoman penskorannya.

VII. Penulisan Soal Bentuk Uraian
Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur yang digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya. Hal yang paling sulit dalam penulisan soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman penskorannya. Penulis soal harus dapat merumuskan setepat-tepatnya pedoman penskorannya karena kelemahan bentuk soal uraian terletak pada tingkat subyektivitas penskorannya.
Berdasarkan metode penskorannya, bentuk uraian diklasifikasikan menjadi 2, yaitu uraian objektif dan uraian non-objektif. Bentuk uraian objektif adalah suatu soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif. Artinya perilaku yang diukur dapat diskor secara dikotomus (benar - salah atau 1 - 0).

Bentuk uraian non-objektif adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik, sehingga penskorannya sukar untuk dilakukan secara objektif. Untuk mengurangi tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor ini, maka dalam menentukan perilaku yang diukur dibuatkan skala. Contoh misalnya perilaku yang diukur adalah "kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan", maka skala yang disusun disesuaikan dengan tingkatan kemampuan peserta didik yang akan diuji.

Kaidah penulisan soal uraian seperti berikut¬.
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran.
d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.

2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca,
   dan berfungsi.

3. Bahasa
a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).
c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta didik.

VIII. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah pertama adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan kunci jawabannya, langkah ketiga menuliskan pengecohnya.
Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan perkembangan soal, maka soal ditulis di dalam format kartu soal. Setiap satu soal ditulis di dalam satu format.

Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya. Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban yang benar dari pilihan jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup:
(1) dasar pertanyaan/stimulus (bila ada),
(2) pokok soal (stem),
(3) pilihan jawaban yang terdiri atas: kunci jawaban dan pengecoh.

Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut ini.
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan
materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
b. Pengecoh harus bertungsi
c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya
mempunyai satu kunci jawaban.

2. Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
Artinya, kemampuan/ materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu persoalan/gagasan
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang
diperlukan saja.
Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.
c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
f. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
Kaidah ini diperlukan karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
g. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas
salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar".
Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak homogen. 
h. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis.
Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban.
i. Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.
Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.

j. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti.
Seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
k. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawabbenar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.

3. Bahasa
Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, dalam penulisan soal di antaranya meliputi:
a) Pemakaian kalimat : (1) unsur subyek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat;
b) Pemakaian kata : (1) pilihan kata, (2) penulisan kata, dan
c) Pemakaian ejaan : (1) penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca.
d) Komunikatif, pernyataannya mudah dimengerti  warga belajar/peserta didik.
e) Pilihan jawaban jangan mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.