Bagaimana Kepala Sekolah Menjalin Hubungan Dengan Masyarakat
Referensi :
BAHAN BELAJAR MANDIRI
Kelompok Kerja Kepala Sekolah
Dimensi Kompetensi Sosial
DIREKTORAT JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL, Jakarta, 2009
Sekolah dan Masyarakat adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Keduanya saling berhubungan dan terkait satu sama lain. Karenanya sekolah dan masyarakat harus saling kerja sama dsan saling mendukung. Di sinilah peran kepala Sekolah sangat penting dan vital, kenapa? Seorang kepala sekolah harus bisa menyatukan kata antara visi, misi sekolah dengan keinginan masyarakat sehingga keduanya bisa saling berjalan beriringan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ada.
Hubungan dengan masyarakat menurut Abdurrachman ialah kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, good will, kepercayaan, penghargaan dari publik sesuatu badan khususnya dan masyarakat pada umumnya (Suryosubroto, 2004: 155).
Sedangkan menurut Syamsi, hubungan dengan masyarakat adalah untuk mengembangkan opini publik yang positif terhadap suatu badan, publik harus diberi penerangan-penerangan yang lengkap dan obyektif mengenai kegiatan-kegiatan yang menyangkut kepentingan mereka, sehingga dengan demikian akan timbul pengertian darinya. Selain itu pendapat-pendapat dan saran–saran dari publik mengenai kebijaksanaan badan itu harus diperhatikan dan dihargai (suryosubroto, 2004: 155).
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari masyarakat. Dan mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk mensuksekan program-program sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah tersebut bisa tetap eksis.
Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat. Cermati kata demi kata dan tangkaplah dengan seksama makna yang terkandung di dalamnya. Sangat bagus jika Anda, sambil membaca, menggaris
bawahi hal-hal penting, dan setelah itu merangkumnya sehingga Anda mendapatkan pemahaman global dan utuh tentang manajemen hubungan sekolah dan masayarakat.
Selanjutnya, diharapkan Anda Mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan pihak lain untuk
kepentingan sekolah/madrasah yang Anda pimpin.
Urgensi Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat termasuk salah satu substansi manajemen pendidikan yang sangat krusial. Posisi krusialnya terletak pada keharusan menyatunya kembali berbagai kelembagaan pendidikan, yaitu kelembagaan pendidikan keluarga, kelembagaan pendidikan sekolah dan kelembagaan pendidikan masyarakat. Dalam perspektif ilmu pendidikan, kelembagaan pendidikan tersebut juga berhimpit dengan lingkungan pendidikan.
Keharusan untuk mensinergikan antar kelembagaan pendidikan tersebut, sebenarnya dapat dirunut dari pertanyaan: siapakah sesungguhnya yang membentuk kelembagaan pendidikan sekolah?
Begitu jawaban yang kita berikan adalah keluarga dan masyarakat itu sendiri, maka sesungguhnya keluarga dan masyarakat harus dilibatkan dalam pengurusan dan pengembangan program-program pendidikan di sekolah. Hanya dengan cara demikianlah, maka program-program pendidikan di sekolah akan dapat memberikan kepuasan kepada keluarga dan masyarakat, yang lazim juga dikenal dengan stake holders pendidikan.
Seiring dengan makin kukuhnya kelembagaan pendidikan sekolah, pengembangan hubungan sekolah dengan masyarakat haruslah dilakukan oleh sekolah, agar makin banyak multi stake holders yang dapat dilayani, dan dapat diserap aspirasinya. Kepuasan multi stake holder dan customer pendidikan, untuk era sekarang dan ke depan, dipandang urgen paling tidak dari perspektif total quality management (TQM) yang kini juga sudah merambah ke dunia pendidikan. Sebagai lembaga yang menjadi pertemuan antar kultur peserta didik, tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan, sekolah juga diharapkan mampu melakukan hubungan multi kultural dengan masyarakat yang juga multi kultur.
Agar partsipasi masyarakat dapat ditingkatkan, selayaknya lembaga pendidikan melakukan hubungan-hubungan sosial. Hubungan-hubungan sosial ini harus dibangun, baik dengan tokoh-tokoh masyakat maupun dengan mereka yang berada pada posisi grass root. Lazimnya,
ketika dengan elit atau tokoh masyarakat sudah dapat dibangun, maka hubungan dengan grass rootnya akan menjadi lancar.
2. Pengertian dan Prinsip
Hubungan sosial adalah hubungan yang dijalin oleh seseorang, lembaga pendidikan dengan masyarakat.
Masyarakat di sini, bisa berupa masyarakat yang terorganisir dan masyarakat yang tidak terorganisir.
Masyarakat yang terganisir, juga dapat dikategorikan terorganisir formal dan terorganisir tidak formal. Sedangkan hubungan sosial sendiri, bisa bersifat formal dan tidak formal. Hubungan sosial juga bisa tertuju kepada tokoh atau elit masyarakat, dan bisa juga langsung ke masyarakat.
Karena itu, saluran hubungan sosial ini juga bisa menggunakan saluran formal dan bisa menggunakan saluran tidak formal.
Menurut Maisyaroh (2006), beberapa prinsip yang perlu diterapkan dalam melaksanakan hubungan lembaga pendidikan dan masyarakat.
Prinsip tersebut terdiri atas:
(1) fleksibilitas, Prinsip fleksibelitas ini patut dipedomani, karena lembaga pendidikan yang fleksibellah yang akan dapat mengakomodasi aspirasi dan harapan masyarakat. Pada hal, makin fleksibel suatu lembaga, makin banyak aspirasi masyarakat yang terakomodasi. Ini menjadikan
masyarakat merasa memiliki terhadap program lembaga pendidikan. sens of belongingness masyarakat terhadap lembaga pendidikan akan menghadirkan dukungan baik yang terkait dengan aspek finansial maupun program.
(2) relevansi, Prinsipm relevansi juga harus dipedomani, karena peran dan fungsi lembaga pendidikan, menurut Maisyaroh (2006), hendaknya ditentukan sesuai dengan kondisi masyarakat yang menjadi latar belakang peserta didik. Relevansi ini menyangkut kesesuaian antara program sekolah dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini perlu diperhatikan karena peserta didik setelah menyelesaikan studi akan kembali ke masyarakat.
Masyarakat sebagai pengguna lulusan tentunya menuntut kompetensi lulusan sesuai dengan kebutuhannya. Tentu saja yang dimaksud dengan masyarakat di sini, selain masyarakat secara umum juga masyarakat pengguna lulusan secara langsung seperti dunia usaha, dunia industri dan sebagainya.
(3) partisipatif, Prinsip partisipatif juga patut dipedomani, karena Lembaga pendidikan bersama masyarakat hendaknya mengembangkan program kegiatan dan layanan guna memperluas, mengadakan inovasi, memadukan pengalaman berbagai kelompok umur pada semua tingkatan
(Maisyaroh, 2006). Dengan mengintensifkan partisipasi masyarakat, lembaga pendidikan akan semakin kokoh. Lembaga pendidikan perlu menyusunn program, melaksanakan program, mengevaluasi program bersama masyarakat. Hal ini sesuai dengan semangat pemberlakuan Manajemen Berbasis Sekolah yang sekarang sedang digalakkan oleh pemerintah.
4) komprehensif, Prinspi komprehensif mengandung makna bahwa lembaga pendidikan harus selalu menghubungkan dirinya dengan masyarakat yang lebih luas, intern bangsa maupun masyarakat secara internasional. Hal ini perlu dilakukan karena era global sudah terjadi dan tak bisa dibatasi atau
dibendung keberadaannya. Kompetensi yang dibutuhkan masyarakat global sangat bervariasi. Persaingan dalam mencari pekerjaan semakin ketat. Untuk itu lulusan perlu diberi bekal kemampuan dan sejumlah kompetensi agar dapat bersaing di era global. Lulusan tidak hanya
dipersiapkan untuk kebutuhan intern (lokal) tapi bisa diperluas sesuai dengan kebutuhan di tingkat nasional bahkan internasional.
Prinsip melembaga mengandung makna, bahwa layanan efektif dalam masyarakat pada setiap warga negara hanya dapat dicapai melalui organisasi, terutama organisasi pendidikan yang dikelola secara baik, mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasannya (Maisyaroh, 2006). Partisipasi masyarakat dan warga sekolah dalam mewujudkan sekolah yang bermutu perlu dimaksimalkan.
5) Melembaga, Prinsip melembaga patut dipedomani, karena akuntabilitas bantuan masyarakat hanya memungkinkan dilakukan jika semua jenis kerja sama antara lembaga pendidikan dan masyarakat tidak dilakukan secara orangperorang. Kelembagan itulah yang harus dibawa oleh lembaga pendidikan ketika mengembangkan sayap kerja sama dengan masyarakat.
3. Prosedur
Prosedur pelaksanan hubungan sekolah dengan masyarakat dilaksanakan melalui 3 tahap.
Pertama, menganalisis masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan kondisi, karakter, kebutuhan dan keinginan masyarakat akan pendidikan,
problem yang dihadapi masyarakat serta aspek-aspek kehidupan masyarakat lainnya seperti kebiasaan, sikap, religius (panatisme beragama) dan sebagainya. Cara yang dapat dilakukan adalah
mengadakan pengamatan melalui survey tentang kebiasaan, adat istiadat yang mendukung atau bahkan menghambat kemajuan pendidikan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, wawancara dan dialog langsung dengan masyarakat khususnya melalui tokoh kunci (key informan), untuk mengetahu apa kebutuhan dan aspirasi mereka.
Kedua, mengadakan komunikasi dengan masyarakat sasaran. Dalam melakukan komunikasi, terutama sebelum memberikan informasi, hendaknya pastikan bahwa informasi, petunjuk atau saran yang diberikan telah dilakukan oleh si pemberi informasi. Disamping itu, dalam berkomunikasi perlu memberikan penghargaan kepada lawan komunikasi. Bila ingin memberikan kritik dalam berkomunikasi, berikan secara bijaksana sehingga tidak mengganggu perasaan orang lain. Hendaknya
kita belajar mendengarkan orang lain, termasuk dalam hal ini sensitif pada perasaan orang lain dengan melihat gejala yang muncul. perhatikan minat setiap individu lawan bicara. Hendaknya memulai pembicaraan dari sesuatu masalah yang menjadi minat, hoby atau pusat perhatian orang.
Ketiga, hendaknya melibatkan masyarakat. Melibatkan masyarakat bukan hanya sekedar menyampaikan pesan tapi lebih dari itu menuntut partisipasi aktif masyarakat dalam berbagai kegiatan dan program sekolah.
4. Teknik Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Ada banyak teknik hubungan sekolah dengan masyarakat. Di antaranya adalah:
a. Siaran radio
b. Siaran tvri (khusunya siaran lokal).
c. Sticker dan kalender (almanak)
d. Media poster
e. Perlombaan-perlombaan
f. Leaflet
g. Dialog langsung dengan masyarakat
h. Pertemuan sekolah dengan masyarakat
i. Kunjungan ke ruman (home visitation).
j. Surat Kabar seolah
5. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat ke Sekolah
a. Mengawasi perkembangan pribadi dan proses belajar putra-putrinya di rumah dan bila perlu memberi laporan dan berkonsultasi dengan pihak sekolah. Hal memang agak jarang dilakukan oleh orang tua murid, mengingat kesibukan bekerja atau karena alasan lain.
b. Menyediakan fasilitan belajar di rumah dan membimbing putra-putrinya agar belajar dengan penuh motivasi dan perhatian.
c. Menyediakan perlengkapan belajar yang dibutuhkan untuk belajar di lembaga pendidikan (sekolah)
d. Berusaha melunasi SPP dan bantuan pendidikan lainnya
e. Memberikan umpan balik kepada sekolah tentang pendidikan, terutama yang menyangkut keadaan putra-putrinya.
f. Bersedia datang ke sekolah bila diundang atau diperlukan oleh sekolah.
g. Ikut berdiskusi memecahkan masalah-masalah pendidikan seperti sarana, pra sarana, kegiatan, keuangan, program kerja dan sebagainya.
h. Membantu fasilitas-fasilitan belajar yang dibutuhkan sekolah dalam memajukan proses pembelajaran.
i. Meminjami alat-alat yang dibutuhkan sekolah untuk berpraktek, apabila sekolah memerlukannya
j. Bersedia menjadi tenaga pelatih/nara sumber bila diperlukan oleh sekolah
k. Menerima para siswa dengan senang hati bila mereka belajar di lingkungan masyarakat (praktikum misalnya)
l. Memberi layanan/penjelasan kepada siswa ayang sedang belajar di masyarakat
m. Menjadi responden yang baik dan jujur terhadap penelitian-penelitian siswa dan lembaga pendidikan
n. Bagi ahli pendidikan bersedia menjadi ekspert dalam membina lembaga pendidikan yang berkualitas
o. Bagi hartawan bersedia menjadi donator untuk pengembangan sekolah
p. Ikut memperlncar komunikasi pendidikan
q. Mengajukan usul-usul untuk perbaikan pendidikan
r. Ikut mengontrol jalannya pendidikan (kontrol sosial)
s. Bagi tokoh-tokoh masyarakat bersedia menjadi partner manajemer pendidikan dalam mempertahankan dan memajukan lembaga pendidikan
t. Ikut memikirkan dan merealisasikan kesejahteraan personalia pendidikan.
6. Peranan Orang Tua Dalam Mendidik Anak
Mengingat besarnya pengaruh orang tua murid terhadap prestasi aspek kognitif, afektif dan psikomotor, Radin seperti dikutif oleh Seifert & Hoffnung (1991) menjelaskan ada enam kemungkinan caya yang dapat dilakukan orang tua murid dalam mempengaruhi anaknya, yaitu:
a. Modelling of behaviors (pemodelan perilaku), yaitu gaya dan cara orang tua berperilaku dihadapan anak-anak, dalam pergaulan sehari-hari atau dalam setiap kesempatan akan menjadi sumber
imitasi bagi anak-anaknya. Oleh sebab itu orang tua ataupun lingkungan keluarga dan masyarakat yang menunjukkan perilaku negatif akan sangat mempengaruhi perilaku anak di rumah, di sekolah, maupun dimasyarakat. Dalam kaitan dengan hal ini diperlukan kesamaan nilai dan norma yang berlaku di sekolah dengan yang berlaku di keluarga dan masyarakat.
b. Giving rewards and punishments (memberikan ganjaran dan hukuman). Cara orang tua memberikan ganjaran dan hukuman juga mempengaruhi terhadap perilaku anak.
c. Direct instruction (perintah langsung), pemberian perintah secara langsung atau tidak langsung memberi pengaruh terhadap perilaku, seperti ungkapan orang tua “ jangan malas belajar kalau ingin dapat hadiah” pernyatan ini sebenarnya perintah langsung yang lebih bijaksana, sehingga dapat menumbuhkan motivasi anak untuk lebih giat belajar. Banyak masyarakat tidak mengerti bagaimana
penghargaan dan hukuman yang akan memberikan dampak bagi proses pendidikan, Akibatnya setelah terjadi penyimpangan perilaku akibat pemberian yang berlebihan tersebut baru mereka sadar.
d. Stating rules (menyatakan aturan-aturan), menyatakan dan memjelaskan aturan-aturan oleh orang tua secara berulang kali akan memberikan peringatan bagi anak tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindarkan oleh anak.
e. Reasoning (nalar). Pada saat-saat menjengkelkan, orang tua bisa mempertanyakan kapasitas anak untuk bernalar, dan cara itu digunakan orang tua untuk mempengaruhi anaknya, misalnya orang tua bisa mengingatkan anaknya tentang kesenjangan perilaku dengan nilai-nilai yang dianut melalui pernyataan-pernyataan.
Contohnya “ sekarang rangking kamu jelek, karena kamu malas belajar, bukan karena kamu bodoh! “.
f. Providing materials and settings. Orang tua perlu menyediakan berbagai fasilitas belajar yang diperlukan oleh anak-anaknya seprti buku-buku dan lain sebagainya. Tetapi buku apa dan fasilitas apa
yang sesuai dengan kebutuhan sekolah, banyak orang tua tidak memahaminya.
7. Peranan Manajer Pendidikan (Kepala Sekolah) Menggalang Dukungan Masyarakat
Untuk dapat mengaktifkan orang tua murid, tokoh tokoh masyarakat, komite sekolah dan stakeholders, salah satu strategi yang dapat ditempuh adalah menarik perhatian masyarakat melalui mutu pendidikan yang dihasilkan oleh Sekolah. Artinya untuk menjalin hubungan dengan masyarakat dapat dimulai dengan melibatkan mereka dalam penyusunan program peningkatan mutu serta menunjukkan mutu pendidikan yang meyakinkan mereka.
Niron (2001) menyatakan bahwa kepala sekolah harus
memperhatikan beberapa hal pokok berikut ini agar dapat mencapai target mutu yaitu:
a. Mengidentifikasi pelanggan sekolah. Siapa pelanggan sekolah sebenarnya, Sallis (1993) menyatakan setiap orang di sekolah memiliki peran ganda yaitu sebagai pelayan sekaligus sebagai
pelanggan, yaitu mereka sebagai pelayan untuk orang lain (guru terhadap muridnya), tetapi dia juga sebagai pelanggan pelayanan (guru dari pelayanan kepala sekolah).
b. Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan. Kepala sekolah perlu mengetahui secara jelas apa yang diinginkan oleh pelanggan, khususnya pelanggan internal yaitu guru-guru, staf dan siswa. Sebab
merekalah sebenarnya ujung tombak bermutu tidaknya produk sekolah yang dihasilkan.
c. Menetapkan target produk yang diinginkan, khususnya kualitas produk. Dari sisi menajamen pendidikan tampilan produk suatu sekolah menjadi citra bagi sekolah di tengah-tengah masyarakatnya. Produk yang berkualitas menjadi cerminan akan kualitas pelayanan yang diberikan.
d. Mengembangkan visi, misi dan tujuan secara jelas.
8. Model Pelibatan Masyarakat
Model pelibatan masyarakat antara lain melalui komite sekolah, paguyupan orang tua di tingkat kelas, kerja sama dengan pemerintah atau masyarakat secara umum, dan bekerja sama dengan masyarakat terorganisir.
Sejak era otonomi daerah, dan sejak kebijakan manajemen berbasis sekolah diluncurkan, pemerintah telah memberikan peluang kepada sekolah dalam pemberdayaan masyarakat melalui suatu lembaga yang dikukuhkan, ialah komite sekolah atau komite madrasah.
Di tingkat kelas, banyak sekolah yang membentuk paguyupan orang tua siswa, dengan maksud agar dapat dijadikan sebagai forum yang menfasilitasi dan mendukung pembelajaran bermutu.
Kerja sama dengan pemerintah dan masyarakat secara umum, juga dapat dijadikan sebagai model pelibatan masyarakat. Berbagai bentuk kerjasama yang dapat dikembangkan dengan berbagai institusi tersebut antara lain:
a. Pemberian dan atau penggunaan fasilitas bersama. Berbagai fasilitas
yang tidak dimiliki oleh sekolah mungkin saja terdapat dan dimiliki oleh
lembaga tertentu. Untuk menunjang kegiatan pendidikan sekolah
dapat membangun kerjasama dengan pemilik fasilitas tersebut.
Misalnya tempat pameran, gedung oleh raga dan lain-lain.
b. Dibidang Sarana Akademik
Tinggi rendahnya prestasi lulusan (kualitas maupun kuantitas), penelitian, karya ilmiah (lokal, nasional, internasiona), jumlah dan tingkat kesarjanaan pendidiknya, sarana dan prasarana akademik termasuk laboratorium dan perpustakaan atau PSB, SB yang mutakhir serta teknologi instruksional yang mendukung PBM, termasuk ukuran prestasi dan prestise-nya.
c. Dibidang Sarana Pendidikan
Gedung atau bangunan sekolah termasuk ruang belajar, ruang praktikum, kantor dan sebagainya beserta perabot atau mebeuler yang memadai akan memiliki daya tarik tersendiri bagi popularitas sekolah.
d. Dibidang Sosial
Partisipasi sekolah dengan masyarakat sekitarnya, seperti kerja bakti, perayaan-perayaan hari besar nasional atau keagamaan, sanitasi dan sebagainya akan menambah kesan masyarakat sekitar akan kepedulian sekolah terhadap lingkungan sekitar sebagai anggota masyarakat yang senantiasa sadar lingkungan demi baktinya terhadap pembangunan masyarakat.
e. Kegiatan Karya Wisata
Kegiatan karya wisata juga bisa dijadikan sarana hubungan sekolah dengan masyarakat, seperti membawa spanduk serta atribut sekolah sampai keluar daerah menyababkan nama sekolah dapat dikenal lebih luas sampai luar kota. Bahkan tertib sopan santun para siswanya di perjalanan akan mendapat kesan tersendiri dari masyarakat yang disinggahi dan dilaluinya.
f. Kegiatan Olah Raga dan Kesenian
Juga dapat merupakan sarana hubungan sekolah dengan masyarakat, misalnya dalam porseni dan lomba antar sekolah akan membawa keunggulan sekolah dan membawa nama harum sekolah tersebut.
g. Menyediakan fasilitas sekolah untuk kepentingan masyarakat sekitar sepanjang tidak mengganggu kelancaran PBM, demikian sebaliknya fasilitas yang ada di masyarakat sekitarnya dapat digunakan untuk kepentingan sekolah.
h. Pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan siswa. Misalnya sekolah ingin meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa tentang kesehatan, dapat bekerjasama dengan puskesmas dalam
memanfaatkan berbagai fasilitas termasuk fasilitas SDM, ingin melaksanakan pestas seni sekolah dapat bekerjasama dengan lembaga kesenian di masyarakat untuk memanfaatkan berbagai fasilitas kesenian (alat-alat seni, seperti seni tradisional).
i. Mengikutsertakan tokoh-tokoh masyarakat dalam kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler sekolah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan masih banyak lagi kegitan operasional hubungan sekolah dengan masyarakat yang dikreasikan sesuai situasi, kondisi serta kemampuan pihak-pihak terkait.
j. Pemanfaatan sumber daya manusia secara mutualism, sekolah dapat memanfaatkan sumber daya manusia di masyarakat dan sebaliknya masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sekolah.
Kelompok atau masyarakat terorganisir juga sangat besar peranannya dalam membantu pendidikan apabila diberdayakan secara optimal.
Beberapa oraganisasi yang memfokuskan dirinya terhadap pendidikan antara lain:
a. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
b. Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia (ISMAPI)
c. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
d. Masyarakat Peduli Pendidikan Indonesia
e. Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKINS)
f. Gerakan nasional Orang Tua Asuh (GN OTA)
g. Himpunan Masyarakat Psikologi Indonesia (HIMAPSI)
h. Kelompok Budayawan, Seni Tari dan Musik.
BAHAN BELAJAR MANDIRI
Kelompok Kerja Kepala Sekolah
Dimensi Kompetensi Sosial
DIREKTORAT JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL, Jakarta, 2009