Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Klasik Dan Penjajahan Modern

Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Klasik Dan Penjajahan Modern

Contents [Show Up]
Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Klasik Dan Penjajahan Modern
Penjajahan kalsik merupakan penjajahan secara nyata dan fisik, jelas terlihat siapa lawan yang harus dihadapi, sebab musuh tampak nyata didepan mata, sedangkan penjajahan medern adalah penjajahan yang tidak secara nyata terlihat didepan mata, musuh tidak harus secara langsung mengirimkan pasukannya, penjajahan dekendalikan dari jarak jauh melalui kemajuan tekhnologi ataupun melalui kurir. Penjajahan Modern bertujuan merusak mental manusia.
Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Klasik Dan Penjajahan Modern
Penderitaan bangsa Indonesia selama 350 tahun  dalam penjajahan Belanda dan tiga setengah tahun  penjajahan Jepang, menjadi mimpi buruk yang tak akan terlupakan. Karenanya kita mesti bersyukur  pada Tuhan Yang Maha Esa, dan berterimakasih pada para pejuang bangsa yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Jangan sekali kali kita melupakan perjuangan Mereka, karena tanpa perjuangan Mereka bangsa indonesia mungkin saat ini tidak akan maju.

Jangan lupa! Mari kita isi kemerdekaan ini dengan kebaikan dan perbuatan yang bermanfaat bagi bangsa kita Indonesia tercinta.  Kita harus waspada terhadap penjajahan. Karena bisa jadi penjajahan zaman sekarang tidak secara fisik tapi penjajahan secara mental dan tidak terang terangan.

Penjajahan modern tidak memakai serangan militer, tidak menyuruh bekerja paksa, tanam paksa, penyiksaan ,  perang, pengerahan senjata, dll. tetapi lebih banyak memakai sarana: pemberian hutang luar negeri, investasi, pembelian asset nasional dengan harga murah, memaksakan mata uang dollar sebagai standar ekonomi, kontrak karya pertambangan yang monopolis dan licik, menanam agen-agen di berbagai sektor kehidupan.

Penjajahan zaman modern kalau kita sadari memang sangat halus tapi bisa membuat manusia terlena dan mati secara mental, spiritual.   Coba Kita renungkan setiap hari rakyat disuguhi tontonan hiburan oleh RCTI, SCTV, TransTV, Trans7, ANTV, GlobalTV, MNC TV dan TV lainnya baik TV dalam negeri maupun TV luar negeri sekarang bisa ditonton  oleh masyarakat. Tontonan bisa berupa musik, film, kartun, sinetron, lawak, kuiz, reality show, hiburan, pengajian, sepakbola, hobi, kuliner, dll. Itu masih ditunjang oleh hiburan lain seperti video, Youtube,  internet, bioskop, kaset, CD/DVD, dan online-online lainnya. Masyarakat terlena dan nyaman-nyaman saja, merasa hidupnya baik-baik saja, tenang-tenang saja, banyak hiburan. Padahal semua hiburan itu hanyalah menipu akal, bahkan bisa meracuni pikiran mereka. Agar mereka tidak sadar dan terlena kalau negaranya sedang dijajah oleh orang-orang asing; agar mereka tidak sadar kalau harta kekayaan negaranya terus dikuras oleh perusahaan-perusahaan  asing.

Anak-anak muda yang sangat potensial disibukkan oleh tontonan  TV, Game Online, Face Book, Whats App, Messenger, BBM, Youtube, Tweeter dan media sosial atupun tontonan lainnya.
Anda jangan sekali-kali memandang remeh persoalan ini. Kolonialisme baru benar-benar sedang berjalan di Indonesia. Bahkan ia sudah berjalan lama. Pasar Global adalah pintu masuk kaum penjajah untuk semakin mengobrak-abrik kehidupan bangsa kita. Kemajuan Tekhnologi merupakan cara sistematik dan strategis untuk membuat masyarakat buta dan tidak sadar terhadap kondisi penjajahan yang sedang terjadi.

Bukankah sudah banyak kita lihat di sekitar kita, masjid, mushola dan tempat ibadah lainnya yang sepi pengunjung, jarang yang berjamaah, seruan adzan saat terdengar suara “Allahu Akbar, Allahu Akbar, suara azan seakan tidak menggugah tidur mereka karena kantuk setelah begadang semalaman menonton sepak bola atau film lainnya, suara azan sudah seperti nyanyian yang tidak berarti, kalah artinya dengan nyanyian dangdut, pop, slowrock dan nyanyian lagu yang lain.

Anak-anak jarang yang mengaji. anak anak kecil sekarang bermainya bukan bermain yang klasik dan tradisional dengan teman teman, melainkan mereka bermain sendiri asik dengan handphon, asik dengan game online, sampai lupa akan kewajiban mereka yaitu belajar, Sekolah hanya yang penting berangkat tidak memikirkan pelajaran dan sama sekali tidak memikirkan susahnya orang tua mencari nafkah, anak-anak jarang yang mau membantu orang tua, bahkan sekarang sudah banyak anak yang berani sama orang tua, tidak patuh dan cenderung membangkang dan melawan. Itulah salah satu akibat penjajahan modern.

Semua keadaan ini seperti seperti itu harus kita perhatikan dan pikirkan serta jangan kita biarkan begitu saja. Akan seperti apa generasi penerus kita, bagaimana pertanggungjawaban kita pada Tuhan Yang Maha Esa. Bukankah anak-anak adalah amanah yang harus kita jaga agar menjadi aset kita yang bernilai tinggi di akherat. Mari kita berusaha untuk membenahi keadaan ini milai dari diri kita, keluarga kita dan selanjutnya lingkungan kita , bangsa kita negara kita. Bangunlah dari tidur dan lihat sekeliling kita, jangan sampai kita terjajah dan terlena oleh gemerlapnya dunia, dan tekhnologi, jang sampai kita dikendalikan oleh dunia dan tekhnologi. Tapi Kita yang mengendalikan dunia dan tekhnologi.

Belajar dari sejarah, belajar dari pengalaman sejarah, jangan sampai sejarah terulang lagi!

Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Klasik
A. Penjajahan Belanda di Indonesia
Belanda  menjajah Bangsa Indinesia selama 350 tahun atau tiga setengah abad.
Tahun 1596 Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, pertama kali mendarat di Banten.
Tahun 1602 Belanda mendirikan kongsi dagang VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie).
VOC mempunyai hak istimewa disebut Octroi.
Gubernur Jendral VOC pertama Pieter Both, kemudian digantikan J. P. Coen.

Belanda dapat menguasai Nusantara karena politik kejam mereka yaitu politik adu domba.
Belanda mengadu domba raja-raja di daerah sehingga mereka terhasut dan terjadilah perang saudara dan perebutan tahta kerajaan.

Akhir abad ke-18 VOC bangkrut dan dibubarkan tanggal 31 Desember 1799.
Indonesia diperintah oleh Kolonial Belanda dengan gubernur jendral pertama Daendels yang sangat kejam.
Rakyat dipaksa kerja rodi membuat jalan sepanjang 1.000 km (dari Anyer–Panarukan), mendirikan pabrik senjata di Semarang dan Surabaya juga membangun Pelabuhan Merak.
Kerja paksa zaman penjajahan Belanda terkenal dengan nama kerja rodi.

Tahun 1816 Indonesia dikembalikan ke Belanda, dengan Van den Bosch sebagai gubernur.
Ia menerapkan politik tanam paksa. Tujuannya untuk mengisi kas Belanda yang kosong.Tanam paksa menyengsarakan rakyat, selain rakyat
dipaksa menanam 1/5 tanahnya dengan ketentuan Belanda, mereka juga dipaksa membayar pajak dan ganti rugi tanaman.

Tokoh yang melawan Belanda, antara lain sebagai berikut.
1. Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Mataram (Tahun 1628 dan Tahun 1629)
Raden Mas Rangsang menggantikan Raden Mas Martapura dengan gelar Sultan Agung Senapati Ing Alogo Ngabdurrachman. Ia adalah Raja Mataram yang memakai gelar Sultan, sehingga lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung.

Sultan Agung memerintah Mataram dari tahun 1613–1645. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram mencapai kejayaan.

Pada masa pemerintahannya, Mataram menyerang ke Batavia dua kali (tahun 1628 dan tahun 1629), namun gagal.
Dengan kegagalan tersebut, membuat Sultan Agung makin memperketat penjagaan daerah perbatasan yang
dekat Batavia, sehingga Belanda sulit menembus Mataram. Sultan Agung wafat
pada tahun 1645 dan digantikan putranya bergelar Amangkurat I.

2. Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten (1650–1682)
Sultan Ageng Tirtayasa memerintah Banten dari tahun 1650–1692. Di bawah
pemerintahannya, Kerajaan Banten mengalami masa kejayaan. Ia berusaha
memperluas kerajaannya dan dan mengusir Belanda dari Batavia. Dia mengadakan
perlawanan terhadap Belanda di Batavia. Kemudian mengadakan perusakan
perkebunan tebu milik Belanda di Ciangke.

Pada tahun 1671 Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota menjadi
raja pembantu dengan gelar Sultan Abdul Kahar (Sultan Haji). Sejak saat itu Sultan
Ageng Tirtayasa beristirahat di Tirtayasa.

3. Sultan Hasanudin dari Makasar Sulawesi Selatan
Sultan Hasanudin mendapat Julukan Ayam Jantan dari Timur.
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin, Kerajaan Makasar mencapai masa kejayaan. Cita-cita Sultan Hasanudin untuk menguasai jalur perdagangan Nusantara mendorong perluasan kekuasaan ke kepulauan Nusa Tenggara.

4. Pattimura (Thomas Matulesi) dari Maluku
Pada tanggal 16 Mei 1817 Rakyat Maluku di bawah pimpinan Pattimura
(Thomas Matulesi) mengadakan penyerbuan ke pos Belanda dan berhasil merebut
benteng Duurstede. Dari Saparua perlawanan meluas ke tempat lain seperti Seram,
Haruku, Larike, dan Wakasihu. Hampir seluruh Maluku melakukan perlawanan,
sehingga Belanda merasa kewalahan. Pada tanggal 15 Oktober 1817, Belanda mulai
mengadakan serangan besar-besaran. Pada bulan November 1817 Thomas Matulesi
berhasil ditangkap.

5. Imam Bonjol dari Sumatra Barat
Rakyat Minangkabau bersatu melawan Belanda. Terjadi pada tahun 1830– 1837. Perlawanan terhadap Belanda di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol. Untuk mengatasi perlawanan rakyak Minangkabau, Belanda menerapkan siasat adu domba.

Dalam menerapkan siasat ini Belanda mengirimkan pasukan dari Jawa di bawah pimpinan Sentot Prawiradirja. Ternyata Sentot beserta pasukannya membatu kaum padri. Karena itu Sentot ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat.

Pada akhir tahun 1834, Belanda memusatkan pasukannya menduduki kota Bonjol. Tanggal 16 Juni 1835, pasukan Belanda menembaki Kota Bonjol dengan meriam.
Dengan tembakan meriam yang sangat gencar Belanda berhasil merebut Benteng Bonjol. Akhirnya pada tanggal 25 Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol menyerah. Dengan menyerahnya Tuanku Imam Bonjol berarti padamlah perlawanan rakyat Minangkabau terhadap Belanda.

6. Diponegoro (Ontowiryo) dari Yogyakarta (1825 – 1830)
Pangeran Diponegoro dengan nama kecil Raden Mas Ontowiryo, putra sulung Sultan Hamengkubowono III, lahir pada tahun 1785. Melihat penderitaan rakyat, hatinya tergerak untuk memperjuangkannya.

Perlawanan Diponegoro pemicu utamanya adalah pemasangan tiang pancang membuat jalan menuju Magelang. Pemasangannya melewati makam leluhur Diponegoro yang dilakukan tanpa izin. Karena mendapat tentangan, pada tanggal 20 Juli 1825 Belanda melakukan serangan ke Tegalrejo.

Dalam perlawanan melawan Belanda Pangeran Diponegoro dibantu Pangeran Mangkubumi, Sentot Pawirodirjo, Pangeran Suriatmojo, dan Dipokusumo. Bantuan dari ulama pun ada, yaitu dari Kyai Mojo dan Kyai Kasan Basri.

Untuk mematahkan perlawanan Diponegoro, Belanda melaksanakan siasat Benteng Stelsel (sistem benteng). Dengan berbagai siasat, akhirnya Belanda berhasil membujuk para pemimpin untuk menyerah. Melihat hal itu, Pangeran Diponegoro merasa terpukul. Dalam perlawanannya akhirnya Pangeran Diponegoro terbujuk untuk berunding. Dalam perundingan, beliau ditangkap dan diasingkan ke Makasar sampai akhirnya meninggal dunia pada tanggal 8 Januari 1855.

7. Pangeran Antasari dari Banjarmasin
Perlawanan rakyat Banjar dipimpin oleh Pangeran Hidayat dan Pangeran Antasari. Perlawanan tersebut terkenal dengan Perang Banjar, berlangsung dari tahun 1859–1863.

Setelah Pangeran Hidayat ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat perlawanan rakyat Banjar masih terus dilakukan dipimpin oleh Pangeran Antasari. Atas keberhasilan memimpin perlawanan,
Pangeran Antasari diangkat sebagai pemimpin agama tertinggi dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.
Beliau terus mengadakan perlawanan sampai wafat tanggal 11 Oktober 1862.

8. Sisingamangaraja XII dari Tapanuli Sumatra Utara
Sisingamangaraja lahir di Baakara, Tapanuli pada 1849 dan menjadi raja pada tahun 1867. Saat bertahta, ia sangat menentang penjajah dan melakukan perlawanan, akibatnya ia dikejar-kejar oleh penjajah. Setelah tiga tahun dikejar Belanda, akhirnya persembunyian Sisingamangaraja diketahui dan dikepung ketat. Pada saat itu komandan pasukan Belanda meminta kembali agar ia menyerah dan menjadi Sultan Batak, namun Sisingamangaraja tetap menolak dan memilih mati daripada menyerah.

Akibat peralatan canggih pihak Belanda, maka pasukan Sisingamangaraja XII mundur dan bertahan di Benteng Parik Sabungan Pearaja Sion Parlilitan. Belanda dengan segala macam tipu muslihat berhasil memancing Sisingamangaraja XII keluar dari Benteng pertahanan dengan cara menawan permaisuri beserta keluarganya.

Menyaksikan hal tersebut Sisingamangaraja XII semakin marah dan terjadilah baku tembak yang sengit sampai terjadi perang. Dalam pertempuran itu, putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi termasuk panglima dan putrinya Lopain tewas tertembak.

Melihat putrinya Lopain tertembak Sisingamangaraja XII berlari dan merangkulnya sehingga tubuh Raja itu terkena darah dan kekebalannya menjadi sirna. Pada waktu itulah, pimpinan pasukan Belanda Kapten Chirtofel memerintahkan penembak yang mengakibatkan gugurnya Sisingamangaraja XII pada tanggal 17 Juni 1907.

9. Teuku Umar dan Cut Nyak Dien dari Aceh
Teuku Umar dan Cut Nyak Dien adalah merupakan pahlawan dari Aceh.
Kemudian Belanda Dr. Snouck Hurgronje untuk menyelediki masyarakat Aceh dengan melakukan penyamaran.
Dalam penyamaran Dr. Snouck Hurgronje menyamar sebagai ulama dengan nama Abdul Gafar.
Berdasarkan hasil penyelidikan Abdul Gafar tersebut, Belanda memperoleh petunjuk bahwa untuk menaklukkan Aceh harus digunakan siasat kekerasan. Siasat ini membuat pasukan Teuku Umar kewalahan. Pada tanggal 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur sebagai pahlawan bangsa. Perjuangan dilanjutkan oleh istrinya Cut Nyak Dien dan Cut Meutia.

B. Pergerakan Nasional Indonesia
Kegagalan perjuangan sebelum tahun 1908 disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Belum ada persatuan dan kesatuan di seluruh Nusantara.
2. Perjuangan masih bersifat kedaerahan.
3. Kalah dalam persenjataan dan teknik perang.

Tokoh penting pergerakan nasional antara lain sebagai berikut.
1. R. A. Kartini lahir di Jepara 21 April 1879 Jawa Tengah. 
Menerbitkan buku "Habis Gelap Terbitlah Terang", cita-citanya ingin memajukan kaum wanita sederajat dengan pria. Ia mendapat gelar pahlawan emansipasi wanita.

2. Dewi Sartika dari Jawa Barat. Ia mendirikan sekolah Kautaman Istri.

3. dr. Sutomo, pendiri Budi Utomo pada tangal 20 Mei 1908. Budi Utomo adalah organisasi pergerakan nasional pertama maka kelahirannya diabadikan sebagai hari kebangkitan nasional yaitu tanggal 20 Mei.

4. K.H. Dewantoro lahir tanggal 2 Mei di Yogyakarta dengan nama kecil R. Suwardi Suryaningrat. Jasa beliau adalah sebagai berikut.

a. K.H. Dewantoro pendiri Indische Partij bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusuma. Mereka bertiga dikenal dengan nama Tiga Serangkai. Indische Partij berdiri tanggal 25 Desember 1912 di Bandung dengan tujuan ingin mempersatukan Indonesia mencapai kemerdekaan.

b. K.H. Dewantoro pendiri Taman Siswa tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta, organisasi pendidikan dan kebangsaan. Ia mempunyai semboyan “Ing ngarso sung tulodho, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani.” Karena jasa beliau di bidang pendidikan beliau mendapat gelar Bapak Pendidikan Nasional. Dan tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

5. Douwes Dekker adalah mantan residen Lebak, ia menulis buku Max Havelaar dengan nama samaran Multatuli. Isi buku menceritakan penderitaan rakyat selama 31 tahun sewaktu dilaksanakan tanam paksa. Buku itu menggegerkan warga Belanda, akhirnya tanam paksa dibubarkan.

Douwes Dekker juga ikut mendirikan Indische Partij. Tokoh lain yang ikut dalam pergerakan nasional adalah Saman Hudi (pendiri SDI) dan Hos Cokroaminoto, K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), Ir. Soekarno, dan kawan-kawan (pendiri PNI), dan Muh. Hatta (pendiri PI).

C. Peranan Sumpah Pemuda
Trikoro Darmo adalah organisasi pemuda pertama. Tujuan mulia Trikoro Darmo yaitu sakti, budi, dan bakti.Berdiri 7 Maret 1917 dipimpin oleh R. Satiman Wirjosandjojo.
- Tahun 1918 berganti nama dengan Jong Java.
- Tahun 1917 Moh. Hatta mendirikan Jong Sumatranen Bond (JSB).
- Tahun 1918 pemuda Ambon mendirikan Jong Ambon.
- Setelah itu menyusul Jong Celebes, Jong Batak, dan Sekar Rukun (Sunda).

Pada bulan April 1926 diadakan kongres pemuda I di Jakarta.
Ketuanya adalah M. Tabrani dan
Sumarto sebagai wakilnya.
Sekretarisnya adalah Jamaludin
Adinegoro, dan
Suwarso sebagai bendaharanya.

Pada tanggal 27–28 Oktober 1928 diadakan Kongres Pemuda II.
Ketua : Soegondo Djojopuspito
Wakil Ketua : Djoko Marsaid
Sekretaris : Moh. Yamin
Bendahara : Amir Syarifudin
Kongres Pemuda II menghasilkan Ikrar Sumpah Pemuda yang berbunyi

SUMPAH PEMUDA
1. Kami putra-putri Indonesia, mengakui bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putra-putri Indonesia, mengakui berbangsa satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra-putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Sebelum sumpah pemuda dibacakan dinyanyikan lagu Indonesia Raya oleh W.R. Supratman, setelah itu setiap pertemuan dimulai dinyanyikan lagu Indonesia Raya untuk menggugah semangat pemuda.

Pada tanggal 22 Desember 1928 diadakan kongres organisasi wanita di Yogyakarta. Tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu.

D. Pendudukan Jepang di Indonesia
Pada tanggal 11 Januari 1942 Jepang datang pertama kali di Tarakan Kalimantan Timur.
Tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.
Pada awal mulanya Jepang bersikap manis dengan propagandanya sebagai pemancing simpati bangsa Indonesia yaitu:

Tiga A yang berisi 
1. Jepang Cahaya Asia, 
2. Jepang Pelindung Asia, 
3. Jepang Pemimpin Asia. 

Tujuan 3A adalah untuk menggerakkan rakyat membantu Jepang.
Tanggal 9 Maret 1943 dibentuk Putera (pusat tenaga rakyat) yang dipimpin oleh Empat
Serangkai, yaitu:
1. Ir. Soekarno,
2. Moh. Hatta,
3. K.H. Dewantara, dan
4. K.H. Mas Mansur.
Tahun 1944 Jepang membentuk Jawa Hokokai atau Perhimpunan Kebaktian Jawa untuk kepentingan perang Jepang.

Untuk membantu militer Jepang dibentuk organisasi
1. Seinendan,
2. Fujinkai,
3. Bogodan (pembantu polisi),
4. Keibodan dan Heiho (pembantu prajurit).
5. Tahun 1943 dibentuk PETA (tentara pembela tanah air) dan
6. giguyun (tentara suka rela) yang bertugas mempertahankan wilayahnya.

Untuk kepentingan perang Jepang, rakyat diperas dan dipaksa bekerja. Jepang menggerakkan pekerja paksa yaitu Romusha.

Mereka dipaksa bekerja di tengah hutan, di tebing, pantai, sungai untuk membuat lapangan terbang dan kubu-kubu pertahanan serta rel kereta api. Romusha dipekerjakan di dalam dan luar negeri seperti Burma, Malaysia dan Thailand.

Akibat penjajahan Jepang, rakyat kelaparan, kurang pangan, dan sandang. Rakyat dipaksa menanam padi sebanyak-banyaknya dan jarak untuk dijadikan pelumas mesin-mesin dan pesawat.
Jepang berkuasa di Indonesia selama kurang lebih tiga setengah tahun.

Beberapa tokoh pahlawan yang mengadakan perlawanan terhadap Jepang, yaitu:
1. Tengku Abdul Jalil dan Tengku Abdul Hamid memimpin perlawanan di Aceh tahun 1942 dan 1944.
2. K.H. Zainal Mustafa di Singaparna Tasikmalaya Jawa Barat tahun 1944.
3. Pang Suma di Tayan Pontianak Kalimantan Barat tahun 1944.
4. L.Roemkorem di Papua tahun 1943.
5. Supriyadi di Blitar Jawa Timur tanggal 14 Februari 1945