BAGAIMANA MENGGALI BAKAT SENI ANAK

BAGAIMANA MENGGALI BAKAT SENI ANAK

Contents [Show Up]
BAGAIMANA MENGGALI BAKAT SENI ANAK
Setiap anak mempunyai kelebihan. Itu pasti, hanya saja terkadang kita bingung bagaimana menggali bakat anak tersebut. Yang jelas kita perlu mencoba dengan berbagai cara untuk bisa mengetahui bakat dan kompetensi apa yang dapat dikembangkan dari seorang anak.Bagaimana Menggali Bakat Seni Anak

Artikel ini mebahas bagaimana cara menggali bakat anak, mudah-mudahan dapat membatu Anda dalam rangka mencari tahu (menggali) dan mengembangkan  bakat seorang anak.

A. Pengantar
Bakat atau potensi adalah suatu kemampuan dasar seseorang (anak) yang sudah ada dan diperoleh tanpa latihan. Namun tidak mungkin bakat seseorang dapat berkembang dengan baik tanpa diberi peluang untuk berkembang.Jadi harus diasah dan dikembangkan sehingga bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Potensi dan Keunikan setiap anak ini harus disadari sepenuhnya oleh orang tua khususnya karena orang tualah yang paling lama mendampingi seorang anak, sehingga para orang tua hendaknya jangan terjebak dan jatuh pada tindakan yang salah yaitu membanding-bandingkan anaknya dengan yang lain, baik itu dalam satu darah atau keturunan maupun membandingkan dengan anak orang lain. Padahal, sudah jelas setiap anak berbeda dan unik, baik keunikan yang berasal genetika maupun lingkungan tempatnya bertumbuh sejak bayi.

Pandangan sempit orang tua yang hanya menilai kecerdasan dan potensi anak dari nilai rapor saja. Nilai rapor hanya bisa melihat kecerdasan dan potensi anak dalam hal-hal yang bersifat akademis, bagaimana dengan kecerdasan dan potensi anak yang non akademis. Teori Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) menyebutkan ada 8 jenis kecerdasan anak, yaitu: kecerdasan logika/matematika, kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan interpersonal, kecerdasan fisik/kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan visual/spasial, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan alam, tapi kalau kita bicara tentang potensi anak, tentu saja cakupannya bisa lebih luas dari itu.
Pendapat Crow and Crow  (1989)  Bakat merupakan anggapan kualitas yang di miliki oleh setiap manusia yang memiliki tingkatan beragam. Oleh karena itu kesempatan bagi anak-anak kita untuk berkembang sangat luas dan tak terbatas, yang penting dia tekun dan bekerja keras pada hal-hal yang diminatinya.

Penumbuhkembangan bakat dan atau potensi yang melekat pada anak sangat bergantung pada orang tua, akan tetapi bukan orang tua sebagai penentu bakat anak. Oleh karena itu, setiap saat orangtua harus menyadari bahwa fungsinya adalah membantu anak. Membantu menemukan dan menumbuhkan bakat, berarti orangtua perlu berfokus pada kekuatan (strength) anak, bukan pada kelemahannnya.

Menumbuhkan bakat adalah usaha untuk mengasah kekuatan anak. Ibaratnya, mengembangkan bakat adalah seperti membangun bukit, bukan menutupi jurang.
Untuk mengenali bakat dan potensi anak, peran orangtua utama adalah memberikan lingkungan yang nyaman untuk tumbuh dan berkembangnya potensi anak itu. Anak tidak merasa takut mengeluarkan dirinya, mengekspresikan diri. Anak juga merasa nyaman untuk berproses dengan hal-hal yang menjadi minatnya, yang terkadang masih berubah-ubah. Seorang anak yang masih berkembang, tugas orangtua adalah mendampingi, memotivasi dan membimbingnya. Terkadang orangtua mengekspos anak pada sebuah hal tertentu, terkadang menemani, menyemangati, menjadi teman diskusi, menguatkan anak agar terus bersemangat menempa diri.  Terkadang, orangtua juga berperan membantu anak untuk mengeksplorasi hal-hal baru di luar bidang yang selama ini digelutinya.

B. Bakat Seni 
Bakat seni adalah anugerah yang sangat patut disyukuri. Tidak semua orang bisa memperoleh anugerah tersebut, sehingga orang tua seharusnya mengasah bakat seni anak sedari ia masih kecil, Bakat seni seperti berpidato, menggambar, menyanyi, menari, akting dan sebagainya, jika diasah lebih baik akan menjadi sebuah prestasi yang membanggakan keluarga. Agar anak-anak lebih percaya diri dan berani untuk unjuk kebolehan di depan masyarakat luas, maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Biarkan seorang anak Mencoba hal baru
Jangan pernah melarang seorang anak yang sedang mencoba hal baru. kita cukup dengan mendukung dan membimbing serta mengarahkan pada hal yang benar. Jangan takut untuk mencoba hal-hal berbau seni bahkan yang baru sekalipun, misalnya; melukis, menggambar, menyanyi, akting dan sebagainya, dengan ini si kecil akan menemukan kegiatan seni apa yang benar-benar ia cintai. Lihat saja, bayi senang sekali memerhatikan benda berwarna warni yang bergerak.  Ketika memasuki usia 1 tahun, ia mulai menyukai pensil, krayon, spidol, dan segala sesuatu yang bisa meninggalkan ’jejak’ di kertas, dinding, sofa, atau seprai. Ia juga gemar merobek-robek kertas, berharap bisa membuat ‘patch work’ dari hasil robekannya. Kemudian, coba anak diberi stiker. Dijamin, ia akan riang gembira meminta Anda mengelupas stiker dan menempelkannya ke mana saja. Dalam waktu singkat, ia pun akan melepas dan menempelkannya kembali berulang-ulang, menata semaunya, sampai stiker tersebut robek atau tak berbentuk.

Anak sangat menyukai musik pula. Coba lihat, betapa mudah ia mengikuti gerakan tepuk tangan orang tua ketika orang tua mengajarkan lagu “Pok Ame-Ame”? Atau, betapa cepat ia menggoyangkan tubuh begitu mendengar suara musik dari televisi, dan orang tua menyemangatinya berjoget. Seni ternyata bukan soal berbakat atau tidak berbakat. Menurut para ahli dibidang seni. Seni sebenarnya sudah menjadi bagian proses tumbuh dan kembang anak. Beberapa anak memang diberi kelebihan berupa bakat seni, tetapi bakat pun harus dikembangkan. Jika tidak, anak tidak akan mendapatkan manfaat dari bakatnya.

2. Berilah contoh yang baik agar anak menirunya.
Seorang anak masih dalam tahap konkret, sehingga apa yang dia lihat akan terekam dalam ingatannya dengan kuat sehingga dia akan ikut mencoba dan berusaha untuk bisa.

3. Tidak ada kesempurnaan
There’s always a first time for everything. Selalu ada yang pertama kali untuk setiap hal. Oleh karena itu, jangan berharap terlalu besar ketika awal-awal belajar. Sangat wajar jika si kecil melakukan kesalahan tetapi dengan motivasi dan dukungan dari keluarga, maka bukan tidak mungkin ia akan mencapai kesuksesan. Bahkan para seniman besar butuh bertahun-tahun untuk menghasilkan sebuah maha karya.

4. Berlatih
Practice makes perfect. Ketekunan serta belajar terus-menerus keterampilan si kecil akan semakin meningkat dan berkembang. Tidak ada seseorang bisa melakukan sesuatu tanpa belajar dan berlatih terlebih dahulu.

C. Manfaat Seni bagi Anak 
Seni berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Dalam melakukan aktivitas seni segala perasaan, pikiran, imajinasi dan keinginan-keinginan dapat diungkapkan secara bebas melalui seni. Melalui aktifitas yang menyenangkan tanpa disadari bakat dan potensi anak mulai kelihatan dan berkembang dengan baik dan optimal.
Manfaat seni bagi anak adalah: Dapat mengembangkan beberapa kemampuan dasar anak di antaranya adalah:

1. Fisik (Motorik)
Perkembangan fisik anak yang berkaitan dengan seni adalah perkembangan motorik. Dengan bergerak Kematangan motorik anak akan semakin baik apalagi bila dikaitkan dengan mengolah kemampuan koordinasi dengan indera anak, anak akan belajar mengendalikan dan mengatur koordinasi kerja antara anggota tubuh satu dengan yang lainnya, dan berusaha menciptakan keserasian gerak yang mengandung nilai keindahan.

Awalnya, anak akan menggerakkan seluruh lengannya untuk membuat coretan sehingga hasil coretannya menjadi tampak tak beraturan. Namun lama-kelamaan, anak akan lebih mampu mengendalikan gerakan tangannya, hingga akhirnya hanya pergelangan tangannya yang bergerak ketika ia menggambar atau menulis. Coretannya pun menjadi lebih rapi dan bermakna. Anak yang terbiasa berlatih, kemampuan motoriknya akan lebih cepat berkembang dibandingkan yang jarang atau tidak dilatih. “Pada akhirnya, anak-anak inilah yang akan lebih cepat menguasai cara memegang krayon, memegang kuas, menggunting, dan menempel,”.

2. Cerap (perseptual)
Persepsi berkaitan dengan kemampuan dan respon anak terhadap masukan dari inderanya, menafsirkan dan mengkolaborasikan dengan pengetahuan anak, mengolah emosi, imajinasi estetikanya sehingga pada akhirnya menghasilkan gagasan dan karya yang baik.

3. Pikir (intelektual)
Anak akan mengolah pengetahuan yang dimilikinya, mengkritisinya kemudian menyimpulkan dan menghasilkan gagasan baru yang konseptual.

4. Emosi
Emosi berkaitan dengan kemampuan anak mencurahkan perasaan secara bebas dan spontanitas ke dalam karya seni. Anak akan mengekspresikan diri secara bebas, imajinatif dan membuahkan gagasan dan tindakan yang luwes.

5. Sosial (komunikasi dengan manusia lain)
Anak akan mengolah kesadaran bahwa ada orang lain selain dirinya. Karenanya ia akan belajar menghargai, bekerjasama.

6. Untuk bermain atau bereksplorasi
Dunia anak dikenal dengan dunia bermain dan bercanda. dengan bermain seorang anak akan berusaha mengeluarkan bermacam-macam perasaan, emosi, kreativitas, keahlian dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ada bebeapa jenis bermain menurut Sutton dan Smith yang dikutip Maxim (1980) yaitu:
a. Bermain meniru
b. Bermain menjelajah (eksplorasi)
c. Bermain menguji ( eksperimen) dan
d. Bermain membangun

7. Untuk menyalurkan bakat atau potensi
Bakat merupakan kemampuan dasar yang dimiliki seseorang yang tidak diperoleh dengan berlatih. Namun demikian bakat harus dipupuk dan diasah sedemikian rupa sehingga bakat dapat berkembang secara optimal.

8. Dengan seni anak dapat memperoleh kehalusan budi
Karena seni mengolah kepekaan anak terhadap alam sekitar dan hal yang berkaitan dengan keindahan ((Ki Hajar Dewantoro, 1977) dalam Pendidikan Seni Rupa/Kerajinan Tangan. Dr Cut Kamaril dkk)).

9. Daya cipta (Creativity)
Kreatif di sini berarti anak akan selalu punya cara untuk menyelesaikan masalah, contohnya, ketika bertengkar dengan temannya, ia akan tahu cara menyelesaikan konflik dengan baik. Bahkan, menurut Lisa Tanti, pemilik Art Nouveau, anak yang kreatif bisa saja menemukan cara menyelesaikan soal matematika, tanpa menggunakan rumus yang baku atau standar.

10. Menjadikan anak lebih percaya diri
Melakukan seni, seperti membuat lukisan, prakarya, atau menari, akan membangun kebanggaan anak terhadap diri sendiri. Ketika anak melukis, ia akan menghabiskan waktunya selama berjam-jam, melibatkan seluruh hati dan jiwanya, berusaha mengolah, dan membuat hasil seninya menjadi indah. Ketika selesai, ia akan merasa puas dan bangga karena telah berhasil menciptakan sesuatu. Apalagi jika ditambah dengan apresiasi orang tua dan lingkungannya, kepercayaan diri anak akan semakin besar.

11. Belajar Fokus
Seni bisa sangat membantu pada anak- anak berkebutuhan khusus. Pada anak dengan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) yang sulit fokus, proses membuat karya seni bisa membuat mereka lebih tenang dan fokus saat melakukan sesuatu.aktivitas, seperti menggambar, menempel, membuat anak tetap konsentrasi kepada hal yang ia lakukan, meski banyak aktivitas lain yang terjadi di sekelilingnya. Kemampuan berkonsentrasi atau fokus ini kelak berguna bagi anak ketika harus menyelesaikan soal matematika atau pelajaran lain yang membutuhkan konsentrasi tinggi.

D. Penutup
Bakat merupakan anugerah Tuhan yang harus kita syukuri. Bakat anak berbeda beda dan harus digali serta dikembangkan. Bakat anak juga tidak mungkin akan berkembang dengan sendirinya, harus ada usaha untuk memupuk dan melatihnya sehingga bakat anak akan berkembang secara maksimal dan pada akhirnya akan bermanfaat bagi dirinya dalam kehidupan ini serta bermanfaat untuk orang lain.

Orangtua menjadi orang pertama yang harus memahami apa yang dimiliki oleh anak-anaknya, orangtua harus mengerti apa kelebihan dan kekurangan anaknya, sehingga orangtua dapat membimbing dan mengarahkan anak-anaknya menjadi anak yang mampu menjalani hidup ini dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Kata orang bijak "Jadilah manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain, yang keberadaannya dinantikan oleh banyak orang".

Referensi:
1. Aldilla Dharma, Jangan Takut Gagal: 2016, , Qultum Media
2. Bunda Lusi, Mendidik Sesuai dengan Minat dan Bakat Anak: 2010,; Qultum Media
3. Drs. Juhana Wijaya, Psikologi Bimbingan, Cet.1, (Bandung, PT Eresco, 1988, h. 66
4. Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Cet. 6, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993), h. 170
5. Dr.Cut Kamaril, dkk, Pendidikan Seni Rupa/Kerajinan Tangan, Universitas Terbuka, Tangerang,2007.

Post a Comment